Monochrome
Sama seperti namanya.
Buku ini berisikan sekumpulan cerita tentang hitam putihnya kehidupan kapal Taerin.
Genre : Random
Start: 1 Februari 2022
Finish : ~~~
Selamat membaca!
🐥🐻
💛🌻💛🌻💛
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini adalah hari senin. Hari dimana semua orang di haruskan untuk kembali mengemban tugas masing-masing setelah menikmati waktu libur di akhir pekan. Entah itu untuk bersekolah ataupun bekerja. Tidak sedikit dari mereka yang merasa enggan, namun tetap saja mau tidak mau mereka harus menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya.
Seperti saat ini misalnya. Hilir mudik para karyawan di sebuah gedung perkantoran yang cukup besar di kota Seoul menandakan bahwa mereka tengah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing untuk satu minggu ke depan.
"Nona Yerin, setengah jam lagi rapat akan segera dimulai. Sebaiknya anda segera memasuki ruangan rapat untuk mempelajari beberapa dokumen yang akan di presentasikan"
Perempuan yang di panggil Yerin itu menghentikan langkah lalu menoleh ke arah sang sekretaris yang sedari tadi ternyata mengekor di belakangnya.
"Astaga Joy! Kamu bikin saya kaget aja" seru Yerin sembari mengusap dadanya.
"Maaf Nona" ujar sang sekretaris membungkuk singkat dengan tampang bersalahnya.
Memutar bola matanya, Yerin lantas berdecak kesal. "Ck! Udah saya bilang berkali-kali. Kamu dan saya itu berada di umur yang sama. Berhenti manggil saya Nona"
"T-tapi Nona...-"
"Apa? Kamu takut karyawan yang lain gosipin kamu karena manggil saya tanpa embel-embel apapun?"
Sempat terdiam selama beberapa detik, akhirnya Joy mengangguk dengan ragu karena takut Yerin nekat menegur karyawan yang lain dan berakhir ia yang di tuduh mengadu.
"Ga usah dengerin omongan orang. Kalo ada yang gosipin kamu, bilang sama saya. Nanti saya tegur langsung" tegas Yerin sambil menatap sekeliling. "Lagipula, kita itu teman SMA kalo kamu lupa. Ya meskipun hubungan kita hanya sekedar saling tau nama dan wajah aja"
Joy menunduk. Perasaan bersalah yang sudah sekian lama bersarang dihatinya kini semakin mencuat.
"Yer.. aku-" tenggorokannya tercekat. Semua kalimat yang ingin ia ucapkan tertahan di ujung lidahnya.
Mengerti dengan apa yang akan dikatakan perempuan di hadapannya, Yerin lantas tersenyum hangat diiringi tepukan ringan pada bahu Joy.
"It's okay, Joy. Semua udah berlalu. Lupain aja"
"Tapi-"
"Joy.. please!" ujar Yerin dengan nada memohon. "Sekarang lebih baik kamu pergi ke ruangan saya, bawa dokumen yang akan kita presentasikan dan pergi lebih dulu ke ruang rapat. Saya janji akan menyusul sebelum rapat dimulai"
