Arc 1 : Ilmu dan Perang - Chapter 1 : Tahanan

16 3 0
                                    

Duarrrrr.....

Suara bom terdengar sangat keras dari tempat Kalingga dan Gaharu.

"A-apa-apaan ini," ucap Gaharu sambil ketakutan.

"Hmm... Apa kau tadi liat nama pesawatnya?" Tanya Kalingga.

"Aku melihatnya sedikit, 'Schwabel' itu yang tertulis di pesawatnya." Jawab Gaharu.

"Sepertinya kita ada di tahun 1900 an, awal perang dunia." Ucap Kalingga, "ayo segera pergi dari sini."

Mereka kemudian terus berjalan menyusuri hutan menuju ke arah tempat pesawat tadi datang hingga sampai di suatu lahan terbuka.

"Stop!" Ucap Kalingga.

"Ada apa?"

"Sepertinya ada banyak ranjau disini."

"Eh—bagaimana kau tau? Bukannya ranjau hanya meledak setelah kita memindahkan langkah kaki kita?" Tanya Gaharu.

"Kau kebanyakan nonton film. Ranjau yang asli akan langsung meledak sesaat setelah kau menginjaknya. Dan kaupun tidak akan mendengar apapun saat menginjaknya. Ini tidak seprti film yang sering kau tonton." Jelas Kalingga.

"Susunan tanah disini berbeda dari yang sebelumnya. Hal itu membuatku curiga. Ada beberapa kemungkinan. Yang pertama karena tanah ini ambles karena terkena banyak air dan tidak ada tumbuhan disekitarnya. Dan kemungkinan kedua karena tanah disini dipasangi ranjau." Lanjut Kalingga.

"Dilihat dari situasi kita, yang paling masuk akal adalah dipasangi ranjau. Oleh sebab itu, sebaiknya kita melewati jalan lain." Lanjut lagi Kalingga.

"Uh—aku mengerti." Jawab Gaharu.

Gaharu mulai berjalan dibelakang Kalingga. Ia ketakutan setelah tau soal ranjau tadi.

Mereka kembali berjalan menyusuri hutan. Beberapa jam berlalu. Mereka beristirahat dibawah pohon.

"Aku laa—par," ucap Gaharu.

"Sepertinya disini tidak ada yang bisa dimakan. Tunggulah sebentar lagi. Kelihatannya kita hampir keluar dari tempat ini." Ucap Kalingga.

Setelah beristirahat sejenak, mereka kembali berjalan. Di perjalanan terdapat beberapa buah berry. Gaharu langsung memetiknya.

"Awas!! Jangan dimakan. Itu dapat membunuhmu." Teriak Kalingga.

"Eh?!" Gaharu spontan melemparkan buahnya jauh-jauh. Buah berry dengan warna merah dan memiliki cekungan.

"Itu Yew Berries, atau biasa dikenal dengan sebutan buah pencabut nyawa. Jika kau memakannya, kau akan sesak nafas kemudian kejang-kejang dan akhirnya gagal jantung lalu mati." Jelas Kalingga.

"Pengetahuan seprti itu dalam kehidupan di zaman sekarang sangat diperlukan. Kalau tidak, kau akan mati dengan cara yang konyol," lanjut Kalingga.

"Ayolah, cepat. Disana terlihat ada basecamp tentara." Kalingga menunjuk ke arah Utara.

Mereka kemudian berjalan dengan cepat menuju tempat itu. Namun, sesaat setelah keluar dari hutan, mereka di todongkan dengan senapan.

"Put your hands up and get down on your knees!
(Angkat tangan kalian dan berlututlah!)" Teriak salah satu pasukan.

Jubah yang dikenakan oleh Kalingga dan Gaharu dapat menerjemahkan semua bahasa dari berbagai zaman dan membuat orang yang memakainya meskipun aslinya tidak dapat berbahasa tersebut namun dapat melafalkannya. Teknologi yang begitu canggih.

"Jawab pertanyaanku, dari pasukan mana kalian?" Tanya salah satu prajurit.

Gaharu terlihat panik dan ketakutan. Ia melirik kearah Kalingga yang tetap tenang dalam kondisi seperti sekarang ini.

Perjalanan Waktu Menciptakan Dunia ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang