Mengundurkan Diri

8 0 0
                                    

Senyum merekah di wajah Zeyna saat memasuki ruangan rapat direksi.
Dia mengambil tempat duduk yang disediakan khusus untuk DIRUT.

Setelah duduk pandangannya menyapu seisi ruangan, dan kembali tersenyum saat matanya jatuh pada wajah orang yang selama dua tahun ini menemani tidurnya.
Dialah Kevin suaminya.
Zeyna menikah dengan Kevin bukan karna dia mencintai asisten suaminya itu, tapi karna dia merasa hanya Kevin yang bisa dia andalkan dalam mengurus Perusahaan milik suaminya. Bukan hanya itu, anak semata wayangnya Eema sudah terlanjur dekat dengannya.

"Bagaimana? Rapatnya boleh dimulai?"
Peserta rapat yaitu para pemegang saham saling bertatapan dan semuanya mengangguk tanda setuju.

"Baiklah.. seperti yang sudah kita ketahui bersama, setelah kematian suami saya, saya yang memegang kendali atas semua urusan perusahaan, tapi berhubung karna saya tidak bisa menghandle semuanya, saya memutuskan mengundurkan diri."

Sejenak Zey terdiam menunggu reaksi dari para peserta rapat. Mereka saling berbisik, ada yang menggeleng, ada pula yang mengangguk.
Zeyna tidak tau apa yang mereka pikirkan. Keputusan ini bukan tanpa alasan, sudah berbulan bulan dia menimbang dan akhirnya memutuskan harus mengundurkan diri.

Sekali lagi Zeyna menyapukan pandangannya, menilik setiap wajah yang ada didepannya.
Sementara Kevin hanya diam.

"Sebelum saya menandatangani surat pengunduran diri saya, saya ingin mengajukan pertanyaan."

Suasana ruangan tiba tiba hening.

"Saya menunjuk Mas Kevin sebagai pengganti saya, apa ada yang keberatan?"

Seseorang dari peserta rapat mengangkat tangan.

"Interupsi buk Direktur,"

"Ya.. silahkan."

"Apakah keputusan Ibu mengundurkan diri sudah dipertimbangkan dengan baik? Mengingat selama Ibu yang memimpin semuanya berjalan dengan lancar, bahkan keuntungan kita jauh lebih besar dibanding tahun tahun sebelum Ibu memimpin."

Zeyna menatap Pak Hadi dengan lekat, dia tau Pak Hadi tidak akan rela kalo perusahaan yang dengan susah payah sahabat baiknya bangun, diserahkan begitu saja ke orang lain, meskipun orang itu sudah jadi suami nya.

"Pak Hadi, saya mengerti akan kekhawatiran bapak, tapi percayalah, Mas Kevin jauh lebih tau tentang perusahaan daripada siapapun yang ada di ruangan ini, termasuk saya sendiri."

Kembali Zeyna mengedarkan pandangannya kepada semua yang hadir di ruangan itu.

"Jika suara tidak sampai 50% memilih mas Kevin maka boleh mengajukan calon lain." Tegas Zey dengan menatap Pak Hadi.

"Sekarang kita mulai vote nya."

Zey mengangguk ke sekretarisnya untuk membagikan kertas.

Sepuluh menit berlalu, kertas suara sudah dikumpulkan, dan hasilnya seperti dugaan Zey, dari 10 orang, tiga diantaranya memilih untuk tidak memilih, atau dengan kata lain menolak.

Zeyna tahu satu di antara ketiga orang itu adalah Pak Hadi.

Kevin terlihat sangat bahagia, dengan senyum lebar dia menyalami peserta rapat sebelum mereka semua bubar.

"Sayang, aku sangat senang, semuanya berjalan lancar," 

Kevin memeluk Zeyna dan mengecup ubun-ubunnya.

"Mas.. jaga sikapmu, ini masih di kantor!"
Terlihat Zey tidak suka dengan perlakuan Kevin padanya.

"Maaf sayang, aku terlalu gembira, jadi tidak bisa mengendalikan diri."

"Iya, tidak masalah. Sekarang aku kembali ke ruanganku, sebelum kau dilantik, kursi itu tetap milikku, oke?"

"Okee sayang, no problem, mulai Minggu depan aku sudah bisa melihat senyum manismu menyambutku saat aku pulang kerja, kau tau? Itu impianku dari dulu."

Senyum Kevin semakin mengembang saat membayangkan setiap pulang kerja ia akan disambut oleh Zeyna dan juga Eema.

Zeyna hanya tersipu saat Kevin kembali mendaratkan ciuman di pipinya.

***

Seorang pemuda masuk keruangan, dia terlihat gugup saat mengetahui Zeyna masih ada di dalam ruangan itu. Dengan santun dia menunduk memberi salam pada Zey.

"Ibu..?"

Zeyna menatap sejenak kearah pemuda itu, lalu beralih ke Kevin.

"Mas.. dia siapa?" Sambil melirik pemuda itu.

"Ohh, dia Bee, dia asisten baruku, asisten yang lama istrinya sakit jadi dia mengundurkan diri, katanya mau fokus merawat istrinya."

"Ohh begitu rupanya."

Zeyna meninggalkan ruangan rapat, tapi saat melewati Bee, tanpa sengaja mata mereka bersirobok, hati Zeyna sedikit berdesir aneh, dia merasa pernah melihat pemuda itu, tapi di mana?

                    ***
TBC

Catatan: Ludo adalah sebuah permainan dari Negri Hindustan. Cara bermainnya cukup gampang, permainan ini dikendalikan 4 orang, satu orang mengendalikan 4 pion.
Langkah pertama, ditentukan dari kocokan dadu, jika pemain yang dapat giliran mengocok dadu dan memperoleh angka 6 maka dia boleh mengeluarkan pionnya dari rumah, atau bisa memilih menjalankan yang sudah diluar rumah.
Jika pion pemain lain bejalan dan tiba pada kotak yang didalamnya ada pion lain maka dia  menendang pion itu kembali kedalam rumahnya.
🍀

Terima kasih🙏
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUDO (SEPOTONG NERAKA DI BORNEO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang