01.00

1.2K 127 18
                                    

Kageyama terbangun ketika ponselnya berdering diatas nakas. Mahasiswa teknik semester 5 itu tinggal sendiri di asrama tanpa teman sekamar. Ia terduduk di ranjang, mengusap wajahnya pelan.

Di luar, butiran hujan turun dengan derasnya. Suara petir yang menggelegar membuat suara di seberang telpon tak begitu jelas. Sekilas Kageyama menatap pada jam digital di atas nakas, menunjukan pukul satu dini hari.

"Baiklah, tunggu disana."

Lelaki itu memakai jaket sebelum turun ke lantai satu. Membuka pintu gedung asrama yang telah dikunci dan mendapati seorang pria berdiri di luar. Rambut dan tubuhnya basah kuyub.

"Rin.."

Pria itu berjalan mendekat sedikit goyang, menjatuhkan tubuhnya kepelukan Kageyama. Tetes air dari baju dan tubuhnya menggenang di lantai. "Aku merindukanmu Tobio.."

Kageyama terdiam. Ini sudah kesekian kalinya Suna kembali padanya dengan kondisi seperti ini.

Kehujanan, mabuk, merindukan dirinya.

Ia pun membawa Suna ke kamar.

Ketika pintu di tutup, yang lebih tua mulai beraksi, ia mengukung Kageyama di tembok, melingkarkan tangannya di pinggul ramping Kageyama, membatasi pergerakanya.

"Rin," Kageyama menatap melas pria itu.  "biar kuambilkan baju, kau tunggulah disini." Kageyama hendak pergi namun Suna menahan tangannya.

"Aku mau kau, bukan baju." Ia menarik Kageyama kembali, membuat tubuh mereka berbenturan. Netra si blueberry meredup saat Suna membelai pipinya.

Sensasi dingin yang menerpa permukaan wajah membuat tubuhnya merinding. Bermula dari pipi, turun ke leher dengan sensual, lalu ke pundak untuk melepas jaket yang Kageyama kenakan. Suna melakukannya seperti seorang yang telah terlatih.

Kageyama mendongak, menatap pada mata mantan kekasihnya yang sayu. Mata kuning terang itu terlihat menyala. Menatapnya dengan dalam seolah hendak menelan dirinya.

"Rin.."

"Sshh.." Suna menahan bibir Kageyama dengan jari telunjuk. Isyarat agar lelaki itu diam dan menurut padanya. "Biarkan aku menyentuhmu, Tobio.." Tangan kirinya mengusap pinggang Kageyama naik turun, berbisik sengan cara yang paling seduktif, sedang tangan kanannya menangkup pipi si blueberry.

Kageyama memejamkan mata. Satu kaki Suna berada di selangkannya, mulai menggesek untuk menggodanya. "Let me fuck you.. "

"Rin stop.." Kageyama mulai merasa resah. Ia mencengkram baju Suna seraya matanya kembali terbuka. Yang ia lihat hanya Suna dan ekspresinya yang dominan.

"I'll fuck you really really good baby.."

"..."

"I'll be gentle sweetie, please let me.." Ia menelusukan wajahnya ke perpotongan  leher Kageyama, menggeram rendah disana membuat kaki Kageyama terasa lemas. "What do you say, babe?"

Kageyama mengangguk pelan. Bagaimanapun perasaan sayangnya pada Suna masih ada meski mereka sudah putus seminggu yang lalu.

"Rin!" Kageyama terkejut saat Suna tiba-tiba menggendong dirinya. Membuat tangan dan kakinya secara reflek mengalung pada si pria. Suna tertawa, ia menahan tubuh Kageyama seraya menempelkan ke tembok.

3.00 AM (SunaKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang