02.00

969 123 18
                                    

Kageyama mencoba menghubungi Suna sejak pagi sampai sekarang hari menjelang malam, tapi masih tidak ada balasan.

Oke Kageyama kesal. Ia mengusak rambutnya frustasi sambil merutuk dalam hati. Kalau sampai dia bertemu Suna lagi, pokoknya akan dia cueki. Memangnya Suna pikir dia siapa bisa mengobrak-abrik hati dan pikirannya begini.

Tin tin

Si raven menoleh. Sosok yang barusan ia maki sepenuh hati menunjukan batang hidungnya. Suna tersenyum lebar diatas motor sedang Kageyama langsung melengos.

Melihat itu Suna segera turun. "Hei.. Kenapa?" Ia menggenggam pergelangan tangan Kageyama, mau tak mau membuat si raven berhenti.

"Kau kemana saja? Aku mengirimu pesan, menelponmu berulang kali tapi tidak ada balasan?!" Kening dan alis Kageyama mengerut, ia benar-benar kesal walaupun ini bukan pertama kalinya Suna begini.

Mereka berdua bersama sudah lebih dari tiga tahun, isinya putus nyambung. Kageyama sudah sangat hapal sifat Suna begitu juga sebaliknya, tidak ada yang mengenal Suna lebih dari Kageyama dan tidak ada yang mengenal Kageyama lebih dari Suna. Itulah alasan mengapa mereka selalu rujuk lagi rujuk lagi.

"Maaf.. Aku tidak buka hp." Suna menarik tangan Kageyama lalu melingkari pinggulnya. Lelaki itu memang kalau bermesraan tidak pernah tahu tempat. "Ja ku traktir, kau belum makan kan.."

Kageyama mengangguk dan naik keatas motor. Motor yang bersejarah bagi mereka berdua. Kageyama masih ingat awal perjumpaannya dengan Suna karena dia tidak sengaja menjatuhkan motor ini. Suna kesal awalnya ketika tahu motor kesayangannya jatuh, tapi saat melihat Kageyama, rasa kesalnya hilang dan justru mengajaknya berkenalan.

Motor ini menjadi saksi perjuangan kisah cinta mereka, bagaimana Suna selalu mengantar jemput Kageyama dulu, atau mengajaknya jalan seperti sekarang, hujan-hujanan bersama, kalau panas juga kepanasan bersama.

"Buka mulutmu"

"Aaa" Kageyama membuka mulutnya membuat Suna tersenyum, ia menyuap sehuah sushi ke dalam mulut Kageyama. "Mm" Keduanya tersenyum.

Suna mencubit pipi kekasihnya pelan, setelah bertahun-tahun Kageyama tak pernah berubah dimatanya. Masih Kageyamanya yang manis.

"Lagi?"

"Mm" Kageyama mengangguk. Dia paling senang kalau Suna sudah memanjakannya begini. Pria itu mengusak rambutnya sesekali, atau mengelus dagunya. Hapal bahwa dirinya menyukai sentuhan fisik.

Drrttt ddrrttz

Kedua mata mereka menoleh pada ponsel Kageyama. Si raven melihat kearah kekasihnya sekilas baru meraih ponselnya. "Moshi moshi?"

Suna bertopang dagu sambil melihat Kageyama, wajahnya yang semula riang kini mulai berubah kelam. Melihat Kageyama yang tersenyum sementara berbicara di telpon membuat hatinya panas.

"Iya Atsumu-san, nanti kalau sudah aku kirim filenya—Rin?!" Mata Kageyama membulat saat Suna tiba-tiba menyerobot ponselnya. Orang-orang di kedai sushi tersebut mulai menoleh pada mereka.

Tanpa basa-basi, Suna mematikan panggilan telpon itu dan melempar hp Kageyama keatas meja dengan kasar. Moodnya berubah seketika dan inilah salah satu alasan mereka putus dulu, Suna terlalu posesif.

"Rin, dia teman kelompokku, sedang bahas tugas—"

"Mau bahas tugas kek apa kek!! Kalau sekarang kau sedang denganku ya tidak usah bicara dengan pria lain!!"

Kageyama tersentak saat Suna membentak, mereka jadi tontonan dan bahan pembicaraan disana. Merasa malu dan tertekan Kageyama minta untuk pulang saja. "Oke maaf.. Ayo pulang.."

3.00 AM (SunaKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang