Bab 5 - Ada Godaan Di Luar Pondok

8 0 0
                                    

"Seseorang bebas punya MIMPI, semua berawal dari mimpi yang terwujud nyata, maka bermimpilah dengan leluasa. Masa depanmu tergantung apa yang kau impikan."

***
"Wulan!" teriak seseorang yang membuat telinga Wulan seketika panas.

"Haduh," keluh Wulan langsung memenuhi panggilan.

"Iyo, onok opo, Kang?"
(Iya, ada apa, Kang)

"Onok opo, onok opo! Lihat ini! Kenapa kaus yang ada di jemuran sampean pakai buat ngepel lantai?!" tegas Kang Fahmi dengan raut wajah memerah menahan amarah.

"Waduh, itu kaus punya lo, Kang? Sorry gue gak tau, gue pikir itu baju bekas yang gak kepakai atau emang biasa dibuat ngepel!" sahut Wulan sembari meringis tak berdosa.

"Ya Allah ... ini kaus yang biasa aku pakai ke sawah, bantuin Kang Fatih. Duh, piye toh iki," gerutu Kang Fahmi.

"Ya maaf, nanti gue ganti deh, tenang aja. Gue beliin yang baru," ucap Wulan sembari tersenyum manis.

"Gak usah!" ujar Kang Fahmi lalu berlalu pergi.

Wulan menghela napas panjang. "Huft, dasar emosian," cetusnya.

"Eh, tapi kasihan juga ya Kang Fahmi. Sepertinya kaus itu sangat berharga buat dia, ya udah deh aku ganti aja kausnya."

Wulan pun gegas masuk ke kamar mengambil uang untuk membeli kaus baru buat gantiin kaus Kang Fahmi yang tadi ia pakai buat ngepel lantai asrama.

"Wulan, kamu mau ke mana?" tanya Naomi.

"Gue mau keluar beli kaus," jawab Wulan.

"Eh, gak boleh! Enak aja kamu mau keluar, di sini ada aturannya, santriwati gak boleh keluar pondok kecuali bersama orang tuanya, itu pun kalau lagi libur sekolah," sahut Naomi.

"Ini penting, darurat," ucap Wulan tak mengindahkan ucapan Naomi.

Wulan tetap berjalan keluar dari pondok, kebetulan pondok lagi sepi karena para santriwati sedang antre mandi, ia bisa keluar tanpa sepengetahuan orang lain. Gerbang ditutup rapat, ia tak kehabisan akal. Ia pun memanjat gerbang itu, netranya ia edarkan ke penjuru asrama. Dirasa aman, ia langsung melompat keluar dari gerbang.

"Alhamdulillah aman," ucapnya.

Sementara Naomi panik, ia khawatir Wulan akan kena takzir, apalagi jika ketahuan Kang Fahmi, takzirnya bisa lebih berat dari nahan rindu.

"Haduh, gimana ini, gawat kalau sampai Wulan ketahuan keluar pondok. Nih anak bandel banget sih, gak bisa kasih tau, langsung main nyelonong kabur." Naomi mondar-mandir cemas.

"Naomi, kamu kenapa?" tanya Nona Ning menghampiri Naomi.

"E--enggak papa kok, Ustazah. Itu lagi nungguin Wulan," jawab Naomi.

"Wulan masih mandi?" tanya Nona Ning sembari mengedarkan pandangan.

"Duh, bohong itu dosa, tapi kalau aku jujur nanti aku ikutan ditakzir lagi, Wulan meresahkan banget sih kelakuannya," gumam Naomi dalam hati, ia bingung harus mengatakan apa.

"Naomi. Kok diam?"

"Iya, Ustazah. Saya permisi mau ke aula dulu, assalamu'alaikum." Naomi gegas beranjak sebelum ia diinterogasi.

"Aneh," ucap Nona Ning lalu melenggang pergi.

Sementara Wulan, ia berjalan mencari toko pakaian. Namun, tak kunjung ia temukan.

"Duh, mana sih? Kok di sekitar sini gak ada toko baju ya, ribet banget. Gue juga sih, pakai gak lihat dulu, kalau kaus itu masih bisa dipakai," gerutunya.

Gus Tampan Spill Jodohnya Dong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang