Bab 12 - Mencari Pekerjaan

4 0 0
                                    

"Siapalah diriku hanya insan biasa, salah aku juga karena jatuh cinta, kamu seindah pelangi, sedangkan aku hanya butiran debu yang tak mungkin kau terima dengan ketulusan hati."

~ Wulan ~

***

Setiap insan yang sedang jatuh cinta tak bisa disalahkan, terlebih datangnya cinta tak disangka dan diduga. Islam pun tak melarang jatuh cinta asalkan tidak menjalani hubungan yang dilarang oleh agama.

Bukan salah Wulan yang mengagumi Kang Fahmi lebih mendalam, ia juga tidak mengerti mengapa bisa mencintai santri ndalem tersebut. Perasaan itu hadir begitu saja, Tanpa diduga sebelumnya. Padahal awal pertemuan Kang Fahmi juga membuat Wulan kesal.

Begitulah cinta, hadirnya tak peduli rasa kesal yang pernah melanda. Bahkan benci pun bisa berubah jadi cinta. Apalagi cuma sekadar kesal? Namun, terkadang perbedaan kasta, bahkan perbedaan prestasi menjadi halangan dari memiliki cinta.

Pagi ini, Wulan langsung ingin mencari pekerjaan. Karena uang yang ditransfer orang tuanya juga tak banyak, uang akan cepat habisnya, apalagi saat ini ia tinggal di indekos.

Di depan indekos pun banyak yang jual makanan dan aneka camilan. Wajar jika ia tergoda dan boros. Terlebih dari dulu juga ia selalu boros, uang tabungan pun tak punya. Maka dari itu, ia gegas mencari pekerjaan agar mendapatkan penghasilan.

"Wulan, rapi banget, mau ke mana?" tegur Fadhil berpapasan di teras indekos.

Fadhil baru saja pulang dari pasar, membeli lumayan banyak belanjaan untuk Wulan, agar gadis manis itu tidak kelaparan.

"Mau cari kerja," jawab Wulan sekenanya.

"Naomi gak ikut?"

"Dia masih tidur, tadi malam banyak nyamuk, jadi setelah sholat Subuh tadi balik tidur lagi."

"Oh gitu, mau aku antar?" ucap Fadhil ingin mengenal lebih dekat Wulan.

"Gak usah, gue ngerti jalan kok, maksud gue, nanti kalau nyasar kan ada maps," sahut Wulan menolak diantar Fadhil.

"Ya sudah, hati-hati, kalau ada apa-apa, hubungi aku saja."

"Oh iya, kamu kan belum tau nomorku ya?"

Wulan hanya menggeleng, ia masih saja bersikap dingin terhadap Fadhil. Begitulah Wulan jika dengan orang yang baru ia kenal, kecuali Kang Fahmi, entah meski kesan pertama bertemu membuatnya kesal. Namun, ia tidak bisa cuek dengan Kang Fahmi.

"Nomor kamu berapa?" tanya Fadhil.

Wulan menyebutkan dua belas digit nomornya, setelah itu ia langsung bergegas menghampiri grab yang sudah menunggunya di tepi jalan.

"Loh, gak pamit?" gerutu Fadhil.

Fadhil geleng-geleng, lalu tersenyum melihat sikap Wulan. Bukan menyerah, semangatnya mendekati Wulan malah lebih terpacu. Ia menyukai gadis dingin dan cuek, apalagi yang sok jual mahal, sebenarnya suka, tetapi gengsi menyukainya.

Sedari dulu, Fadhil selalu dikejar-kejar cewek cantik, bahkan ada yang memaksanya untuk jadi pacar. Namun, baru kali ini dia tertolak, bahkan dicuekin, justru dengan sikap Wulan yang seperti itu, ia semakin tertantang untuk berusaha mendapatkan cinta dari gadis manis yang baru dikenalnya itu.

"Aku akan berjuang, ini sebuah tantangan unik, bismillah," ucap Fadhil penuh keyakinan akan bisa mendapatkan hati Wulan.

Ia tak ingin pacaran, jika ia telah jatuh cinta, langsung saja gas pol menghalalkannya. Hanya saja, jalan terjal harus ia hadapi karena tak semudah itu Wulan 'kan menerima cintanya.

Gus Tampan Spill Jodohnya Dong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang