1. Bertemu

1 1 0
                                    

Matahari pagi, menambah seri di wajahnya, menambah kehangatan hatinya, menambah kekuatan di raganya.

Dia, yang tampak namun tak nyata. Dia, yang indah namun tak mewah. Dia, yang menggugah namun menyerah. Menyerahkan raganya berbuat sesuka hatinya, menyerahkan rasanya tak mampu berjuang.
Dia, dengan penuh api menambah pesona di mataku. Dia, berwarna merah menambah rasa di hatiku. Dia, emotional people.
Fathan Raka Sagara

Pagi ini, Fathan menempuh perjalanan baru untuk sampai di kampusnya. Sebuah jembatan yang berada di atas jalan yang biasa ia lalui. Sebelum melintas di jembatan, motornya malah berhenti, mogok sepertinya. Ia menenteng putar balik motornya menuju bengkel dekat rumahnya. Fathan menitipkan motor di bengkel, ketika bang Gian memperbaikinya. Malas membawa motor ke rumah, ia menumpang mobil tetangga yang kebetulan searah dengan kampusnya.
"Tumben, tidak bawa motor, tan?" tanya Fika, tetangganya, mobilnya berhenti di depan Fathan.
"Kebetulan, Mbak Fika sama Mas Karsa lewat, Fathan boleh numpang kan?, motor nya mogok, mbak." jawab Fathan.
"Mari masuk, Tan." Ajak Karsa.
"Iya, bang terimakasih." Ucap Fathan sambil masuk dan segera menutup pintu.
Selama perjalanan mereka diam saja, karena memang tak pernah bertegur sapa sebelumnya, bahkan kalau bertemu hanya saling melempar senyum saja.
"Oh iya, Tan. Nanti malam, mbak ada acara syukuran di rumah. Dateng ya." Ajak Mbak Fika. "Insya Allah, mbak." Jawab Fathan santai.
Setelah sampai, Fathan mengucapkan terimakasih dan ia langsung masuk ke dalam kampus. "Alhamdulillah, nggak telat." Ucapnya saat melihat jam di tangannya. Namun, ternyata saat ia melihat jam sambil berjalan, ia tidak memperhatikan jalan yang biasa dilewati kendaraan lalu-lalang tiba-tiba ada yang menabraknya. Karena sedang terburu-buru, seseorang tidak memperhatikan keberadaannya, dan Fathan pun tergolek lemas akibat benturan pada kepalanya yang beradu dengan pembatas jalan. Sementara itu, yang menabrak tampak segera turun dan memeriksa keadaan Fathan. Karena merasa tidak memungkinkan untuk membawanya sendiri, ia memanggil satpam yang ada di depan gerbang kampus, dan meminta bantuan untuk membantu membawa laki-laki itu. Para satpam membawanya ke klinik kampus. Orang yang menabrak nampak sedang bingung dan khawatir, pasalnya saat ini ia harus menghadiri sidang skripsinya. Namun, ia malah menabrak orang lain dan masih belum sadar juga. "Dok, maaf saya boleh titip pasien, saya ada sidang, mohon dok." Ucap gadis itu dengan raut wajah memelas. "Iya, mbak. Pasien biar sendiri dulu, silahkan saja kalau mbak ada kegiatan lain." Jawab sang dokter. Sebelum pergi, ia menghampiri pria yang masih terpejam dengan luka di bagian kening yang baru saja diperban dokter. "Maaf, mas saya tinggal dulu. Doakan sidang saya lancar." Pamitnya.
Setelah perempuan itu pergi, jari Fathan bergerak-gerak dan dokter yang berada tak jauh dari tempatnya langsung menghampirinya. Perlahan Fathan membuka mata, dan melirik ke arah dokter. "Mas, apa yang dirasakan?, jangan dulu banyak bergerak ya." Ucap dokter. "Dok, saya kenapa?, kepala saya pusing dok." Jawab Fathan. "Mas, saya sudah memberi pereda pada pusingnya, mas hanya perlu istirahat saja." Ucap dokter menenangkan.
Baru saja Fathan mendengar suara perempuan. "Siapa dia?." Lantas dia segera membuka mata. Dan dia heran, kenapa yang ada hanya dokter, bukan wanita yang bersuara tadi. Ia pun melihat sekeliling ruangan, hanya ada teman yang sedang diobati tangannya dan itu laki-laki semua. "Ah, sudahlah sepertinya suara itu hanya dari mimpi."

Sementara itu, di ruang sidang wanita cantik berpakaian serba hitam itu nampak tegang, setelah melewati wawancara barusan. Dan penguji memutuskan bahwa sidangnya lancar dan mendapatkan hasil yang baik sekali. Hilang sudah, ketegangan dan semua kegundahan hatinya. Saat keluar ruangan, nampak ia sudah disambut oleh teman-temannya. Berbagai macam buket ia terima dan nampak kewalahan dengan jumlah serta ukurannya. Foto-foto pun tak terhitung lagi berapa lamanya, sudah pegal ia rasa pipinya. Namun, dari banyaknya buket yang ia terima, satu yang nampak tak bertuan dan tak ada dokumentasi dari pemberinya. Ia tersenyum menatap buket itu, dan memakan salah satu coklat yang menempel di sana. "Tadi, ada titipan dari mas paket, buat kamu. Dari bogor katanya, ciee dari siapa tuh?." Goda Maila. "Untuk Kaka-ku, jangan lupa hadir di wisudaku." Ucap Katrina. Gadis itu adalah Katrina Thalia Alya, seorang gadis berusia 23 tahun, yang baru saja menyelesaikan studi S-1nya. Ia memang sendiri saat sidang, karena ia hanya mengundang orang tuanya saat prosesi wisuda nanti. Sama halnya seperti teman yang lain, ia hanya mendapatkan beberapa hadiah, serta menggunakan selempang S.Kom kebanggaannya.

Tak lama ia kembali teringat dengan pasiennya, lalu ia menghubungi dokter di klinik kampusnya untuk mengonfirmasi keadaan orang yang ditabraknya tadi.

"Oh, begitu ya dok. Kalau begitu sebentar lagi saya kesana. Terima kasih dok." Ucap Katrina. "Kaka, mau kemana?. Kita kan dah janji mau makan abis ini." Tanya Maila. "Mama, aku tadi abis nabrak orang, besok-besok ya makan-makan nya, ini aku harus tanggung jawab dulu, dah Mama. Dede, Kaka pergi dulu ya." Pamit Katrina pada Delia. Delia masih fokus berfoto dengan sang pacar yang kebetulan sama-sama selesai sidang hari ini, mereka berdua memang pasangan sejak masuk kuliah, mungkin masih merayakan momen dimana mereka merasa bahagia bisa lulus bersamaan.

"Mas, ini makanannya di makan ya. Mas nya biar cepet sehat, kalo ada apa-apa bilang. Maafin saya ya tadi saya buru-buru." Ucap Katrina saat masuk ke klinik. Tak sengaja keduanya bertatapan, menghadirkan suasana seperti deja-vu terutama bagi Fathan. Ia masih ingat jika di acara dakwah pasti akan bersama dengan perempuan itu, bahkan suaranya masih sangat ia kenali. "Teh Katrina?" Ucap Fathan sambil menatap Katrina tak percaya. "Hmm, sebentar. Mas kenal saya?." tanya Katrina sambil meletakkan makanan di samping brankar Fathan. " Fathan, Raka Sagara. Informatika 2019." ucap Fathan sambil tersenyum, tentu ia tak menyodorkan tangan karena jelas keduanya sudah saling mengerti tentang larangan itu. "Masyaa Allah, pangling aku, Kang Fathan beda banget, udah berapa lama ya kita tidak ketemu." Ucap Katrina saat ia mengingat Fathan.

Keduanya bertemu di organisasi kampus, selama kurang lebih dua tahun, sering kali mereka melaksanakan kegiatan bersama, namun ya begitulah laki-laki. Tidak bertemu selama enam bulan saja sudah berbeda, kata perempuan begitu, namun laki-laki masih merasa sama seperti dulu saja.

"Wah, barakallah fii ilmi teh. Saya juga ini ada jadwal bimbingan, tapi qadarullah." Ucap Fathan. "Maafin aku, jujur, ini tidak disengaja. Lancar ya bimbingannya." Ucap Katrina sambil membuka makanan yang ia beli tadi agar Fathan memakannya. "Wah, repot-repot teh, saya tadi menolak makanan dokter, karena dokter bawainnya ayam geprek, ya takut mules saya." Ucap Fathan. "Iya, tadi aku tanya dokter, gak mau makan katanya. Kalau nggak salah dulu kamu benci sama orang yang susah makan, jadi dihabiskan ya makanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE As KiddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang