Black White

19 4 0
                                    

"saya pasti bisa menangkap pembunuh itu dan mengungkapkan semuanya! Tuan komisaris, anda harus mempercayai saya!"

Dengan wajah serius, Kenzie. Gadis cantik dengan pakaian polisi berwana abu-abu lengkap dengan atribut berdiri tegap didepan meja kerja di ruang Kepala Inspektur komisaris polisi ibukota Xinzi.

Mata kuningnya yang cerah menatap lurus dan tegas. Wajah cantiknya yang terkesan lucu kini terlihat sangat menggemaskan karna ekspresi seriusnya.

Lelaki paruh baya yang menempati meja kerja itu berdiri dan menatap serius gadis didepannya. Aura intimidasi yang kuat ia pancarkan untuk membuat gadis didepannya ini gentar. Namun nihil, itu tidak mempengaruhi gadis itu sedikitpun. Seolah-olah, intimidasi itu tidak pernah tertuju padanya.

Brak!

Lelaki paruh baya itu mengebrak meja tiba-tiba dan membuat gadis itu berkedip karena terkejut. Tidak sia-sia pelatihan mentalnya selama ini. Buktinya, ia mampu bertahan dari intimidasi kuat Tuan Komisaris.

Tuan komisaris itu bernama William Jansen. Melihat gadis didepannya tidak gentar sama sekali, William hanya bisa menghela nafas pasrah dan kembali duduk di kursinya.

Jari-jari panjangnya mengetuk meja dengan irama ringan sembari menatap sebuah foto yang berdiri tegak di meja kerjanya.

"Apa kau yakin? Kau yakin ingin menyelidiki ini dan menyerahkan sementara jabatanmu pada Deva? Kau harus tahu, jika Deva bekerja dengan sangat baik dan tidak ingin menyerahkan jabatannya, kau hanya bisa mengulang dari bawah"

"Siap! Saya bersedia! Tidak perduli apa, saya akan menerima setiap resiko yang ada!"

Wajah Kenzie bertambah serius saat William melontar pertanyaan itu. Sedangkan William kembali menghela nafas.

"Baik. Aku ijinkan. Tapi dengan syarat"

Mendengar penuturan William, Kenzie segera tersenyum dan mengangkat tangannya untuk memberi hormat.

"Baik! Saya akan menerima apapun sayarat itu!"

***

"Ketua, Tikus hitam sudah tiba di kediamannya di perumahan Rose jalan Sentra."

Walkie talkie hitam kecil bersuara ditelinga lelaki tampan yang duduk di kursi taman. Jari-jari panjangnya sibuk memainkan rubik ukuran 4x6 dengan cepat, seolah ia tidak mendengar suara apapun.

"Ketua, dia masuk kedalam rumah dengan membawa tas belanjaan besar di kedua tangannya"

Mendengar seseorang dari kejauhan berbicara lagi, lelaki itu berhenti memutar rubik dan menatap ke gedung didepannya dengan datar.

Lelaki itu berdiri dan menaruh rubik yang ternyata sudah tersusun rapi sesuai warna kedalam kantung jaket yang ia kenakan lalu menekan walkie talkie yang ada di telinganya dan mengucapkan

"Waktunya sudah tiba"

"Baik ketua!"

Rekan-rekannya segera menjawab dan bergegas ke posisi masing-masing. Sementara lelaki itu, setelah mendengar suara rekan-rekannya di walkie talkie, lelaki itu segera berjalan menuju gedung tinggi yang sedari tadi ia perhatikan.

Ia berhenti di depan mobil van yang ada di depan gedung dan di titik buta CCTV. Dengan gesit jari-jari panjang lelaki itu membuka pintu mobil dan mengambil topi baseball hitam dan pistol kejut yang tergeletak di kuris penumpang bagian belakang.

Lelaki itu mengenakan topinya dan mengambil dua kantung plastik besar dari dalam mobil dan segera berlari-lari kecil ke gedung tinggi itu.

Saat tiba di depan pintu gedung, lelaki itu berjalan dengan santai dan sesekali melihat orang-orang berlalu lalang dengan pakaian mewah. Itu wajar jika mereka mengenakan barang branded dan barang-barang mewah lainnya karena gedung tinggi ini adalah gedung apartemen elit. Hanya orang-orang kaya dan orang-orang yang memiliki tangga sosial yang tinggi saja yang bisa tinggal di sini.

Lelaki itu menaiki lift utama dan segera menekan tombol lantai 8. Setelah tiba di lantai 8, Lelaki itu berjalan menyusuri lorong dan berhenti tepat di depan salah satu apartemen dengan nomor 307. Ada bingkai kayu klasik menghiasi angka itu yang membuatnya mudah untuk di cari.

"Ketua, kami siap"

Mendengar rekannya sudah memberi aba-aba, lelaki itu segera menekan bel pintu beberapa kali dan menunggu seseorang membukakan pintu.

Saat pintu dibuka, pria paruh baya dengan perut buncit dan kepala botak keluar. Ia menatap lelaki tinggi yang membawa bungkusan besar dikedua tangannya.

"Takeaway!"

Pria parah baya itu mencemooh lelaki muda yang mengantarkan pesanannya dan berbalik untuk mengambil uang tips. Namun, sebelum ia bisa melangkah, sesuatu yang dingin dan terasa tumpul ditaruh dibelakang kepalanya. Sontak, hal itu membuat pria paruh baya itu berbalik dengan perlahan dan melihat moncong pistol yang diarahkan padanya.

Sebenarnya itu bukan pistol asli, melainkan pistol kejut yang ia ambil di mobil sebelumnya.

Pria itu terjatuh dan segera mundur dengan menyeret tubuh bulatnya. Matanya yang tadi mencemooh, sekarang tergantikan dengan tatapan horor.

Brak!

Brak!

Suara gaduh dari dalam rumah membuat bulu kuduk pria itu berdiri. Antara tidak percaya dan panik, ia melihat sekumpulan orang berpakaian hitam ketat dan lambang divisi detektif kota Light menempel di lengan kanan mereka tengah membongkar kantung-kantung yang sebelumnya ia bawa.

Disana, terdapat beberapa obat-obatan terlarang dan beberapa organ dalam hewan terbungkus rapi serta dompet pink yang berlumuran darah.

Belum sempat ia merespon kejadian yang tiba-tiba ini, suara dingin penuh intimidasi terdengar di telinganya membuat pria itu ketakutan setengah mati.

"Zicuan, Anda ditahan atas pengedaran obat-obatan terlarang dan perburuan hewan yang dilindungi serta pembunuhan dan pelecehan seksual di daerah Cisan"

Pria paruh baya itu tidak bisa melarikan diri Atau membuat perlawanan lagi, karena ia ditahan oleh dua orang berpakaian hitam saat itu juga.

Pria itu menatap tumpukan barang bukti dan tertawa gila. Ia sudah tamat! Para keparat ini berhasil menangkapnya! Padahal, ia sudah sangat berhati-hati, tapi ia masih bisa di tangkap oleh mereka?!

Pria paruh baya itu segera di bawa kekantor polisi dan diadili untuk perbuatan jahat yang pernah ia lakukan.

Sementara itu, lelaki tampan yang menangkap penjahat itu masih diam di TKP dan meneliti setiap sudut.

Setelah memeriksa semuanya, ia menemukan ponsel tua yang masih menyala. Di ponsel itu, terdapat sebuah pesan dari nomor misterius yang berbunyi 'hidupmu telah berakhir' dengan bahasa Inggris.

Setelah melihat pesan itu, lelaki muda itu mengepalkan tinjunya hingga buku-buku jarinya memutih dan mata tajam birunya bersinar dengan kebencian.

###

Wehe cerita baru wkwkw :v

Ywdh, gk banyak bacod lagi. Kalau suka, tolong tinggalkan jejak! 👇👇🌟

See u😘

#_N.L⭐
21.Januari.2022

Black WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang