Chapter 2

9 1 0
                                    

- Beberapa hari kemudian -

Kalia sedang bermain ke rumah Priscilla; hal yang sudah biasa ia lakukan. Namun, seperti beberapa kali sebelum ini, perhatian Priscilla lebih ditujukan ke handphone-nya melainkan ke percakapannya dengan Kalia.

Kalia memperhatikan Priscilla, kesal karena dia bahkan tidak sadar bahwa dia selalu melihat ke handphone-nya! Matanya hampir tidak pernah lepas alat kecil itu. Kalia akhirnya muak.

"Cil!" Ia menghentakkan kakinya, mengagetkan Priscilla yang akhirnya melihat ke arah Kalia. "Kamu gimana, sih?! Kita kan lagi ngobrol, kenapa kamu lihat hape terus? Sudahlah, Cil!"

"Oh, iya. Sebentar, Kal. Ini Carmen lagi ngasih tau aku tentang-"

"Aku nggak peduli, Cil! Sejak kamu mulai ngobrol sama Carmen, kita yang jadinya nggak pernah ngobrol lagi, tau nggak?! Memang apa yang bikin dia spesial, sih? Kan ada aku; emang aku nggak seru?!" Bentak Kalia dalam satu tarikan napas.

Priscilla terkejut dan akhirnya memerhatikan Kalia. "Apa sih, Kal? Memangnya aku nggak boleh punya teman lain?" Tanyanya, merasakan amarah mulai mendidih dalam dadanya.

"Teman?" Kalia tertawa, "Kamu udah punya banyak teman! Hampir semua orang di sekolah berteman sama kamu! Masih kurang? Kita udah berteman selama lima tahun, terus kamu dengan gampangnya mengesampingkan itu? Untuk apa, untuk Carmen?"

Priscilla menghembuskan napas berat sambil menggelengkan kepalanya, bingung melihat Kalia yang tiba-tiba meledak seperti itu.

"Kamu cemburu?" Tanyanya dengan pelan. "Mungkin kamu juga harus punya teman lain selain aku, Kal."

Jantung Kalia berdebar kencang dengan amarah yang panas. Bagaimana dia bisa mengatakan itu?

Kalia tertawa pahit sambil dia bangun dari kursi Priscilla untuk mengambil tasnya. "Ya, betul; mungkin aku harus mencari teman yang bukan kamu." Katanya pelan sambil dia berjalan keluar kamar Priscilla, menutup pintunya dengan keras.

Perilous EnvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang