Awalnya, malam itu berjalan seperti biasa. Berbagai kegiatan dilakukan di kamar masing-masing. Ada yang sedang mengerjakan tumpukan tugas, bermain ponsel, mendengarkan lagu hingga ikut bernyanyi, dan lainnya.
Semuanya baik-baik saja hingga seluruh lampu di penjuru rumah padam. Jelas, meski penghuni rumah neon bisa terlampau jahil saat meledek satu sama lainnya, mereka sendiri juga seorang penakut.
Mereka keluar dari kamar secara bersamaan dengan senter dari ponsel yang menyala. Memutuskan beranjak ke ruang tamu. Derenza mengorbankan diri untuk keluar sendirian, menaikkan tuas saklar agar lampu dapat menyala kembali.
Akhirnya lampu menyala. Karena kebetulan sudah berkumpul, mereka mulai bercerita tentang kehidupan sebelum menjadi murid sekolah menengah atas.
"Iya juga ya, temen aja bisa serem kayak gitu. Apalagi makhluk," celetuk Alvey di akhir percakapan.
Derenza bergidik ngeri. "Yaampun vey, jangan nakutin."
Alvey melanjutkan. "Ya tapi kan bener. Setan serem." Ia mengatakan dengan senyum jahilnya. Lalu memberikan kode kepada Derenza melalui tatapan yang kira-kira berbunyi seperti ini. 'Takutin Ibar sama Juliecy yuk.'
Melihat kucingnya datang, Juliecy langsung mengambilnya dan memeluknya. Kalau boleh jujur, dirinya memang sudah merinding sejak tadi. Tidak beda jauh dengan Ibar, meski wajahnya datar keringat dinginnya sudah mengucur.
"Hayo jule. Tau nggak, siapa tau kucingmu bukan kucing beneran."
"Setannya nyamar jadi kucing jul."
"HEH, KOK GITUUUUUUU," teriak Juliecy, hampir menangis. Karena sumpah, dirinya benar-benar ketakutan.
Ekspresi Alvey dan Derenza saat ini,
Untungnya, Ibar tidak ikut panik. Hanya terdiam.
Seakan belum puas, Derenza dan Alvey masih meledek Juliecy. Kasihan sekali anggota termuda yang satu ini.
Hingga lampu kembali mati seperti sebelumya.
"Astaghfirullah mati lampu," ucap Alvey.Ibar mendengus. "Pas gini aja baru inget istighfar."
Derenza yang tadi keluar untuk menaikkan saklar kembali dengan wajah kecewa. "Mati total, satu komplek kena kayaknya."
Layaknya film horror, hujan deras tiba disertai petir yang bersahutan. Entah hilangnya kemana Derenza dan Alvey yang menakuti Juliecy tadi, sekarang mereka pun ikut meringkuk dan duduk merapat di lantai ruang tamu.
Lalu, angin yang berhembus terlampau kencangㅡ atau sesuatu membuat salah satu jendela yang belum tertutup terbanting dengan keras. Petir semakin bersahutan. Apakabar dengan keempat remaja berusia 17 tahun itu?
"ASTAGHFIRULLAH YAALLAH UMIIIII"
"KAGET KAGET KAGET. SETAAAAAN"
"BUNDAAA MAU PULANG"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Neon
SonstigesSingkat, namun penuh kenangan. Bercerita tentang sekelompok siswa siswi sekolah menengah yang beranggotakan empat manusia. Namanya Ibar, Alvey, Derenza, Juliecy. "NEON, ABSEN!!" "HADIR SUHU"