Jika berbicara dalam bahasa Korea adalah hal sulit bagi Riki, maka presentasi adalah sesuatu yang paling ia hindari.
Riki tampil di hadapan kelas dengan gugup, sambil berusaha menetralkan nafas ia bersusah payah untuk tetap stabil sampai akhir meskipun dengan bahasa Korea yang bisa dibilang seadanya.
Ini adalah tahun pertamanya di SMA, dengan persiapan matang merantau ke Korea untuk mengejar mimpi. Dan ini juga merupakan pertama kali ia menggunakan powerpoint. Karena tidak tahu cara pakainya, Riki hanya mengetik ulang semua yang tertuang di dalam buku ke dalam layar kecil itu. Tidak ada hiasan atau analisa pendukung. Benar-benar hanya tulisan baku.
"Hanya ini saja?" Tanya pak Jinyoung setelah Riki menutup presentasinya karena tidak ada yang ingin bertanya.
Ia mengangguk pelan, tangannya saling menggenggam dengan gelisah. Takut dikritik karena presentasinya tadi terlihat buruk, terlebih powerpointnya yang benar-benar polos dibandingkan dengan milik teman-temannya yang di desain begitu kreatif.
"Baiklah, semuanya mari tepuk tangan untuk Riki"
Perintah itu membuat Riki sedikit khawatir dan bingung, semakin cemas. Khawatir dirinya akan menjadi bahan bercanda dan olokan.
Tapi, Riki tahu Jinyoung bukan guru yang seperti itu.
"Bagus Riki, kedepannya lebih ditingkatkan ya. Kalau kamu masih belum bisa, silahkan datang ke ruangan bapak"
Kalimat itu membuat Riki membungkuk dan mengangguk tegas. Dalam hati ia benar-benar bersyukur karena Jinyoung terlihat sangat menghargai usahanya.
Setelah Riki kembali duduk, Jinyoung memanggil Sunoo dan Sunghoon sebagai presentator selanjutnya.
Wajah seluruh kelas terlihat lebih cerah dan antusias, itu Karena Sunoo dan Sunghoon berdiri berdampingan di depan mereka.
Sunoo imut dan manis. Senyumnya membawa kebahagiaan dan cahaya. Sedangkan Sunghoon, ia sangat tampan. Ya, cuma tampan saja. Begitulah menurut Riki. Hanya karena cowo itu mendapat gelar ice prince dari warga sekolah, ia merasa sedikit terintimidasi oleh kehadirannya.
Sunghoon dan Sunoo berbicara bergantian, saling berinteraksi. Terlihat teman-temannya memasang perhatian lebih daripada ketika ia yang berdiri disana.
Riki tidak fokus mendengarkan karena seluruh tubuhnya tertuju pada Sunoo. Sedangkan pikirannya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia yakin Sunoo pun tak tahu jawabannya.
Kenapa bisa kau lahir setampan itu?
Apa kau anak dewi?
Cerah sekali, apa kamu menyadarinya?
Riki iri, ia tidak percaya lagi pada kalimat 'tidak ada manusia yang sempurna' setelah melihat Sunoo.
Jika tidak percaya pun, ia berharap Sunoo tidak pernah melintas atau berada dalam jangkauannya. Ia tidak ingin Sunoo ada diatasnya. Jika Sunoo sempurna, Riki ingin ia disampingnya. Dengan begitu mungkin ia akan sama terlihat sempurna seperti Sunoo.
*Prok prok prok*
Kesadarannya tertarik ketika kelas bertepuk riuh untuk Sunoo dan Sunghoon saat presentasi mereka selesai. Dunia bergerak 2 kali lebih cepat saat Riki melamun. Meskipun begitu, mata Riki belum luput dari Sunoo bahkan ketika cowok itu sudah duduk memunggungi.
Tampak Sunoo tertawa, entah apa yang dikatakan Sunghoon. Di dalam hati Riki timbul keinginan, ia juga ingin berada di dalam radar Sunoo. Ia juga ingin merasakan kebahagiaan yang disalurkan Sunoo ke sekitarnya.
Riki ingin meraih itu dan kesempurnaan yang Sunoo miliki.
%%%
c) @/sungfluff on Twitter
c) @dearlybums
KAMU SEDANG MEMBACA
bakery for ddeonu [sunki]
FanfictionRiki tidak pernah berpikir orang sebahagia Kim Sunoo akan pergi diam-diam menemui psikolog. Tak sengaja berpas-pasan, cowok Jepang menatap Sunoo sampai punggungnya hilang. Ia masuk ke ruang yang sama dengan ruang Riki keluar. tidak ada yang menemui...