Setelah minggu dengan earth, aku mantap memutuskan untuk keluar dari kontrakan pak papang. Tentu saja pak papang menanyakan ada apa gerangan dibalik pindahnya diriku, namun kujelaskan kembali bahwa ini juga berhubungan dengan resignnya diriku dari koperasi. Walaupun dengan berat hati, pak papang akhirnya menerima keputusanku.
Berbeda dengan neen, gadis itu terus menangis sambil membantuku memasukkan barang kedalam koper. Dia terus meracau akan kehilangan sosok kakak dan sahabat curhat. Aku memaklumi perasaan neen, tapi mau bagaimana lagi? Aku ingin hidup yang benar-benar hidup dengan pluem. Neen juga berpesan agar aku terus menghubunginya.
Sebelum pindah dari kontrakan ini, aku telah membeli salah satu apartment. Memang tidak cash, tapi untuk menyicilnya aku bisa. Lagipula kini aku sudah resmi membuka toko roti. Toko itupun aku beli dengan bantuan neen dan tantenya. Pluem juga kini sudah resmi pindah sekolah ke sekolah dekat apartment baruku.
Apartment baruku ini tidak terlalu mewah, tapi tidak terlalu kecil juga. Dari apartment lantai 21 ini, aku akan melanjutkan kehidupanku. Hanya ada aku dan pluem. Hidup berdua dan bahagia, semoga.
_
"Papa"
Pagi itu, ketika aku masih berkutat membuatkan toast untuk sarapan tiba-tiba pluem mengagetkanku. Dia berdiri di belakangku dengan seragam sekolah barunya.
"Loh anak papa udah bangun, baru aja mau papa bangunin"
Aku memeluk dan mengecup pipinya. Kita berdua duduk di kursi dekat pantry.
"Ganteng banget anak papa"
"Aku tiba-tiba takut ke sekolah baru"
"Loh kenapa?"
"Nanti kalo aku gapunya temen gimana?"
"Pluem anak papa yang paling ganteng, paling pinter, paling baik, masa gaada yang mau temenan sama pluem? Pluem.. Inget selalu kata papa ya, selalu jadi baik dimanapun dan kapanpun, harus selalu nerapin konsep temen adalah saudara, ikhlas dan..? Dan apa ya papa lupa"
"Dan rendah hati, suka menolong"
"Pinter bangeeet"
"Makasih papa"
Pluem memelukku dengan erat
"Pluem ga takut lagi, karena pluem punya papa terhebat. Papa nomor satu sedunia"
"Papa juga seneng, punya jagoan kayak pluem. Yuk sarapan, trus kebawah nunggu abang grab, papa mau nganter pluem di hari pertama sekolah"
Setelahnya pluem semangat menghabiskan toast dan susunya. Tidak lupa juga aku membawakan beberapa potong untuk bekalnya.
_
Pluem sudah sampai di sekolahnya, kini aku menuju toko rotiku. Perjalanan dari sekolah ke toko roti hanya 15 menit.
Hari ini toko lumayan ramai, karena hari senin. Hari senin seperti ini umumnya banyak pegawai-pegawai kantor yang memilih singgah sekedar untuk membeli kopi atau beberapa cupcake untuk dibawanya ke kantor. Atau ada juga yang memilih toast dan sandwich daging sebagai sarapan.
"Permisi, bisakah aku memesan 25 kue?"
"Oh tentu saja... Kamu?"
Seseorang didepanku ini mengerjap kaget, tidak percaya bahwa kini kami bertemu lagi.
"Kakak pisang?"
"Iyaa hahahaha halooo, senang bertemu kamu lagi"
"Aku juga seneng ketemu kakak, eumm ini toko roti kakak?"
"Iyaaa, ini toko roti kakak. Baru merintis loh"
Kita berdua tertawa bersama.
"Pacarku sering bawain aku cake dari sini, enak banget! Ketagihan cake buatan kakak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reckless
General Fiction"I already lose, I'll never win in this game called love" ⚠⚠ -bxb -mature content🔞 -diforce -mpreg