Aku sudah seringkali memohon pada off untuk tidak terlalu perhatian padaku dan juga pluem. Tapi hal itu hanya dianggap lalu olehnya, dia dengan telaten selalu membantuku. Aku juga sudah berunglangkali memintanya untuk berhenti mengejarku. Aku terlampau sadar posisiku, off pria yang sangat baik, sangat disayangkan jika dia harus bersamaku yang penuh dengan masa lalu yang kelam. Pun aku juga takut, takut akan jatuh lagi.
Hari ini adalah hari kelulusan pluem dari sekolah dasar, tandanya anakku itu akan masuk ke smp. Pagi sekali off sudah datang, tidak lupa membawa hadiah kelulusan untuk pluem. Tentu aku marah, tapi tidak tega rasanya memarahi seseorang yang sudah baik sekali pada pluem.
Kita berangkat bertiga, di sekolah sudah banyak mobil terparkir rapi yang tandanya sudah banyak undangan yang datang. Aku dan off duduk dibangku yang letaknya tidak terlalu kedepan, cukup jelas untuk melihat pluem dipanggung. Selama acara, off sesekali mengajakku berbicara, dia melihat raut kekhawatiran dari wajahku. Jujur, aku memang sedikit gugup. Bagaimanapun ini adalah acara sekolah pluem yang aku hadiri bersama off. Mengenai hubunganku dengan off, aku mengizinkan dia untuk berusaha mendekatiku, jika ia masih mau. Aku juga membebaskan dia jika sewaktu-waktu memilih berpaling dan mencari yang baru. aku juga memperingatkannya bahwa aku tidak bisa janji untuk membalas perasaannya. Semua itu diterima dengan senyum yang manis oleh off, melihatnya begitu memunculkan rasa bersalah bagiku, maaf off.
Acara kelulusan tersebut berlangsung meriah namun tetap terkesan khidmat. Aku juga bangga sekali melihat pluem maju ke panggung menerima penghargaan sebagai siswa berprestasi dan menerima ranking 1. Anakku yang manis dan juga tampan, aku tersenyum bangga. Off tak kalah heboh ketika melihat pluem juga melambaikan tangan ke arah kami. Sementara para undangan yang juga wali murid disekitar kami melihat kami dengan wajah sumringah dan tertawa. Tidak jarang diantaranya berbisik padaku jika suamiku pasti sangat bangga melihat anaknya, dan yang dimaksut suami disini adalah off. Aku ingin menjelaskan pada mereka jika off bukanlah suamiku, tapi acara yang bising membuatku mengurungkannya.
Setelah selesai acara kelulusan, off mengajak kami untuk makan siang terlebih dahulu. Dia juga mengidekan untuk merayakan kelulusan pluem. Tentu pluem senang sekali, aku hanya bisa setuju saja melihat pluem sudah berlari kegirangan masuk mobil. Off mengajak kami menuju sebuah mall, katanya dia memiliki kenalan yang punya restoran china disekitar sini.
"Oi off, dah lama lo ga kesini"
"Weiitss iya nih lagi sibuk"
"Halah, bos sibuk apa sih?"
"Beneran anjir, eh iya new kenalin, ini temenku namanya mek"
"Halo, new"
"Mek jirakith. Oh jadi ini off yang bikin bos kayak lo kabur-kaburan?"
"Anjir kata siapa?"
"Sekretaris lo si ciize, dia sering kesini trus curhat ke mook. Parah lo"
"Ya gunanya sekretaris apa dong kalo ga direpotin"
"Masih aja lo ya, btw cakep juga pantes lo tergila-gila"
Walaupun off dan mek berbicara secara pelan dan setengah berbisik, tentu aku masih bisa mendengar dengan jelas. Dan hal itu yang membuat pipiku memerah panas, oh kenapa ini.
"Yaudah yuk duduk, special buat kalian bertiga gue yang bakal ngelayanin kalian langsung"
Mek memberikan buku menu pada kami. Off memesan banyak sekali makanan, dan tak lupa pula dia memesan dessert. Off hanya bilang, sebagai perayaan pluem kita harus makan enak, dia juga menyebutkan alasan memesan banyak karena aku yang suka makan. Dasar menyebalkan.
"Om, makasih ya udah mau ngajak aku sama papa makan disini, om juga ngasih hadiah ke aku. Sekali lagi makasih ya om"
"Pluem kan anak pinter, jadi om kasih hadiah doong"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reckless
General Fiction"I already lose, I'll never win in this game called love" ⚠⚠ -bxb -mature content🔞 -diforce -mpreg