3. Dar(L)ing 🥑

37 16 0
                                    

Happy Reading..

Lea berjalan mondar-mandir di kamarnya, terhitung sudah sepuluh menit hanya itu yang Lea lakukan sejak menginjakan kakinya di rumah. Sesekali ia menggigit kukunya untuk menyalurkan rasa bingung dan takutnya.

Lea masih Mengigat jelas detail setiap kalimat yang keluar dari bibir wali kelasnya, tidak. Jin tidak sepenuhnya mengintrogasi Lea perihal pesannya yang waktu itu. Tapi hal lain yang Jin minta membuat Lea sakit kepala.

Sepertinya lebih baik jika Lea di interogasi kemudian jika si wali kelas merasa belum puas dengan jawabannya, ia bisa mendapatkan hukuman. Sayangnya hidup tidak selalu seperti ekspetasi.

Flasback

Lea berjalan mengikuti Jin menuju ruang kerja wali kelasnya sambil memainkan jas almamaternya guna menghilangkan rasa paniknya.

Dalam otaknya sudah tersusun beribu kalimat sanggahan jika wali kelasnya bebal menyalahan dirinya.

Pintu berwarna biru muda khas warna sekolahnya itu di dorong, menandakan tujuan mereka sudah semakin dekat, Lea berjalan dengan pelan sambil berdoa dalam hati.

Jin berjalan menuju kursi kebesarannya, sementara Lea, gadis itu masih berdiri di depan pintu masuk.

"Saya tidak suka, berbicara dengan posisi seperti ini, lebih baik kamu duduk." tegur Jin dengan tegas, dengan pelan Lea berjalan menuju kursi yang terletak di depan meja kerja Jin.

"Pak saya tau alasan bapak manggil saya kesini." cicit Lea setelah beberapa menit ruangan ini hanya diisi dengan suara jarum jam bergerak.

Jin mengerutkan dahinya, ia bersandar pada badan kursi, sementara kedua tangannya ia lipat di depan perut.

"Memang tujuan saya apa? "

"Menghukum saya karena sudah mengirimi bapak chat dengan nada kasar." jawab Lea dengan lirih namun masih bisa Jin dengar dengan keras karena kondisi ruangan yang hening.

Jin berdecak malas.

"Saya tidak mempermasalahkan hal kecil seperti itu, saya juga pernah salah kirim chat, lagipula saya sudah bukan anak kecil lagi Le sampai hal seperti itu membuat saya menggunakan kekuasaan saya semena mena, dan saya berbicara jika kamu ketua kelas yang displin bukan untuk menyindir kamu, tapi memang karena fakta." jelas Jin membuat Lea yang sejak tadi menunduk, mengangkat kepalanya, dia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti ini.

Sebenarnya ini wajar, hanya saja Lea sudah terbiasa membaca cerita wattpad yang mengalami hal seperti dia, berakhir di perlakukan semena-mena dan jatuh cinta?

Lea menggelengkan kepalanya, kemarin Lea sempat berpikir jika kisahnya akan berakhir seperti itu. Gadis itu berdehem untuk menghilangkan rasa canggung akibat pikiran nyelenehnya.

"Jadi alasan bapak manggil saya apa? "

Jin tidak langsung menjawab, lelaki itu menggangi posisinya, ia mengambil sebuah dokumen berwarna merah.

"Kamu alumni SMP Purnama benar? "

"Benar pak."

"Kamu kenal dengan Johnny?"

Lea diam selama beberapa saat sebelum menjawab.

"John Suh, yah saya ingat dia adalah siswa pindahan saat kelas 8. Dia juga masuk sekolah ini dan satu kelas dengan saya."

Jin mengangguk, "Saya ingin meminta bantuan kamu, tolong kamu mampir ke rumah Johnny antarkan buku paketnya, saya di tegur guru perpustakaan katanya murid 10 A tinggal Johnny yang belum ambil."

Lea mengerutkan dahinya bingung, "Kenapa harus saya pak? Kenapa anaknya gak disuruh langsung ke sekolah, atau bapak kesana."

"Saya sudah menghubungi Johnny tapi tidak ada balasan, saya memilih kamu karena kamu ketua kelas, kamu juga bertanggung jawab atas rakyat kelasmu. Dan kamu juga satu-satunya siswa yang mengenal dia lebih baik dari teman-teman yang lain."

Lea menggigit bibir dalamnya pelan, dia tidak ingin berurusan dengan seorang Johnny, selama ini dia menghindari berkomunikasi berlebihan dengan Johnny tapi sekarang dia harus mengantarkan buku paket ke rumah lelaki itu?

"Saya juga berharap kamu lebih perhatian terhadap Johnny, bukan perhatian yang bukan-bukan. Maksud saya kamu tolong bantu dia dalam belajar, saya liat nilai kamu stabil."

Oh dan sekarang Lea juga harus membantu anak itu belajar juga??

Lea ingin sekali mengatakan "Saya keberatan pak! " tapi melihat tatapan maut wali kelasnya, mau tidak mau Lea hanya mengangguk.

Flasback off

Lea menatap tumpukan buku paket yang akan dia berikan ke berandalan Johnny dengan frustasi. Sial dia tidak akan bisa lagi menghindari si berandalan itu.

Lelaki urakan, hobby bikin masalah, dan suka membolos, Lea yakin Johnny akan membuat sisa jabatannya menjadi neraka, awalnya Lea kira neraka siksaannya adalah sang wali kelas tapi ternyata ada yang lebih menyiksa.

"Argh menyebalkan, kenapa si berandalan itu harus masuk kelas ku sih." monolog Lea sambil mengacak rambutnya frustasi.

BERSAMBUNG

..
.

Dar(L)ingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang