Bab 3

44.8K 5K 20
                                    

Gladys mendengar pintu kamarnya digedor dengan sangat keras. Bukan suara ketukan, tapi gedoran. Dengan malas ia menyingkirkan selimut dan mengecek ponselnya. Semalam ia baru tidur jam dua pagi setelah menyelesaikan editan video milik Kang So Bin. Gladys mengambil ikat rambut yang ada di nakas kemudian mengikat rambutnya dengan asal. Ia keluar dari kamar dan melihat Tania sudah berdiri berkacak pinggang dengan wajah yang galak.

"Anak perawan kok bangunnya siang!" semprot Tania langsung.

Gladys menguap lebar dan menguletkan badannya ke kanan dan ke kiri. "Kata siapa aku masih perawan?" sambarnya asal.

Sontak Tania memukul Gladys dengan kuat. "Kamu udah gak perawan? Sama siapa? Kenapa sampe kebobolan sih?" cercanya dengan kesal.

Gladys berusaha menghindari pukulan dari Tania. "Astaga Tante, aku bercanda," selanya cepat. "Jangan dipukul, sakit," adunya.

Tania menghentikan pukulannya melihat Gladys yang mengusap lengannya yang baru saja ia pukul. "Makanya gak usah ngomong aneh-aneh. Tante bawa ke ustad nanti kalo kamu aneh-aneh, biar sekalian dirukyah."

Gladys menggurutu pelan.

"Udah sana mandi!" pinta Tania. "Masa kalah sama Zio yang udah berangkat sekolah daritadi. Habis itu makan di bawah. Jangan lanjut tidur lagi."

"Iya...," jawab Gladys malas.

"Lihat aja kalo kamu berani tidur lagi, Tante siram kamu pake air bekas cucian," ancam Tania galak.

"Astaga, iya Tante." Gladys berbalik masuk kamar dan menutup pintu meninggalkan Tania. Ia segera melaksanakan apa yang disuruh oleh Tania.

Ancaman Tania padanya tidak pernah main-main. Pernah saat usianya tujuh belas tahun, ia ketahuan clubbing dan pulang dalam keadaan habis minum alkohol. Padahal pada saat itu Gladys dalam keadaan sadar seratus persen dan tidak mabuk sedikitpun. Ia ingat Tania benar-benar mengurungnya selama kurang lebih dua jam di kamar mandi. Semenjak itu, saat ia berlibur ke rumah Omanya, ia berusaha untuk tidak pulang malam dan tidak akan pergi clubbing lagi.

Tania adalah salah satu orang yang sayang dan peduli dengan Gladys, tentu saja selain Omanya. Walaupun Tania sengomel apapun padanya, Gladys tidak pernah kesal. Karena apa yang dilakukan Tania, tidak pernah didapatkan dari kedua orang tuanya. Tania yang selalu meneleponnya setiap hari, memastikan kalau ia dalam keadaan baik-baik saja. Orang tuanya yang serumah dengannya, bahkan tidak pernah menanyakan kabar atau kegiatannya sehari-hari. Perhatian Tania dan orang tuanya kepadanya, bagaikan langit dan bumi. Sangat jauh berbeda.

Selepas mandi, Gladys memilih turun ke lantai bawah dan melangkah ke ruang tengah. Ia mendapati Tania sedang menonton salah satu siaran gosip yang sedang tayang di TV.

"Makan dulu sana, Tante sudah masak pepes tahu sama jamur buat kamu," ucap Tania saat melihat Gladys.

Galdys duduk di sebelah Tania dan menyenderkan badannya dengan manja. "Nanti dulu, aku masih mager mau makan."

"Mau Tante suapin?"

Gladys mengangguk.

"Iya, tapi Tante suapin pake kaki," ucap Tania sinis yang membuat Gladys menatap kesal padanya. "Zio aja udah gak pernah disuapin kalo makan. Udah, sana ambil makan dulu."

Gladys melangkah ke dapur dan mengambil makanan sebelum kembali bergabung bersama Tania di ruang tengah.

"Oma mana?" tanya Gladys celingukan. Ia mendapati rumah besar ini sangat sepi.

"Lagi ada kegiatan berkebun sama temen lansianya," jawab Tania.

"Kemarin senam. Hari ini berkebun," gumam Gladys sembari mengunyah makananya di mulut.

A Million Unexpected Feeling [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang