Part 2

42 6 1
                                    

Setelah hari itu, komunikasi ku dengan seorang tentara bernama I Mahendra semakin intens. Tidak hanya sering bertukar kabar via chat, kami juga sering video call hanya untuk sekedar menemaninya istirahat atau ia yg menemaniku mengerjakan tugas.

Perlakuannya padaku memang sangat manis sekali, hingga membuatku mengingat lagi memori tentang Putra yang seharusnya sudah ku lupakan dengan baik.

I Mahendra memang datang disaat yang kurang tepat menurutku. Karna aku baru saja mengakhiri hubungan dengan Putra. Tapi aku yakin, Tuhan beri I Mahendra untukku lebih cepat dari yang ku harapkan untuk membantuku bangkit dan mempercayai bahwa laki-laki yang baik memang ada.

Jujur ketika I Mahendra sering kali mengucap kata sayang, aku tak bisa percaya begitu saja. Aku takut ini hanya sementara, aku takut ini hanya sebuah jebakan, aku takut ketika aku jatuh cinta padanya lalu ia akan pergi menghilang seperti yang sudah-sudah.

Rasa takut itu yang terus membuat kami sering berselisih paham. Tapi I Mahendra ta goyah, ia tetap meyakinkan meski berulang kali aku membantahnya. Dan yaaa, laki-laki seperti ini yang memang aku butuhkan. Bukan laki-laki yang terus saja mengumbar janji untuk setia menemani namun pada akhirnya pergi begitu saja.

Dan tak terasa waktu membawaku pada bulan oktober. Dimana I Mahendra harus kembali ke kesatuannya di Jakarta. Hari ini aku mengantarnya pergi membeli perlengkapan yang ia butuhkan di Malang untuk ia bawa ke Jakarta. Di sepanjang jalan selalu ku selipkan sebuah harapan yang besar. Harapan untuk selalu menemaninya berjalan dan berjuang, sungguh aku tak pernah peduli akan bagaimana hubunganku dengannya. Yang pasti saat ini aku akan terus ada untuknya.

Tepat pukul 3 sore aku mengantarnya ke rumah orang tua asuhnya untuk bersiap kembali ke Jakarta. Ketika ia sedang bersiap, saat itu juga aku berusaha untuk mengabadikan momen-momen terakhir bersamanya. Ku video ketika ia memasukkan beberapa ransel ke mobil yang akan mengantarnya ke terminal. Saat itu ingin rasanya aku menangis, karna aku sudah terbiasa dekat dengannya, melalui banyak hal ditemani olehnya. Dan sekarang harus ku ikhlaskan ia kembali ke Jakarta.

Hingga akhirnya ketika semua sudah siap, ia menghampiriku dan mengusap kepalaku. Saat aku sudah sangat terharu dengan perlakuan manisnya ia mengatakan

👮 : gausa nangis, aku Cuma balik ke Jakarta bukan mati
🧕 : sapa juga mo nangis, resek
Dan ia melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.

Hati-hati balik ke Jakartanya bos. Semoga apa yang sedang kita upayakan bersama diberi jalan terbaik oleh Tuhan. Sampai jumpa laen waktu yaa, aku nunggu km di Malang🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sersan Dua I MahendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang