|Prolog|Canva|

10.4K 669 19
                                    

Namanya Canva Ardelio Dandelion. Nama Dandelion berasal dari nama sebuah bunga yang bernama Dandelion. Nama Dandelion ini memiliki makna yang begitu mendalam bagi kehidupan. Dandelion, dia bisa tumbuh dimana saja mulai dari tepi tebing yang curam hingga di semak-semak.

Bijinya yang terbang mengikuti arah angin hingga mendarat di suatu tempat pun mengajarkan bahwa, dalam hidup orang harus mengikuti alurnya dan tetap kuat meskipun sudah terseok-seok.

Batang yang bisa tumbuh di tebing jurang tadi juga bisa dianalogikan bahwa dalam keadaan tersulit pun harus tetap bertahan hidup, dan jangan menyerah.

Yaitulah Canva, sosok remaja yang selalu terlihat tegar, dan tetap bangkit walau kehadirannya selalu di tolak oleh sekitar. Hadirnya bahkan semu tak di harapkan dan tak terlihat. Bukan seperti pelangi, yang hadirnya selalu di nanti. Dan perginya, akan di rindu dan di kenang.

Bocah berusia enam tahun itu berlari girang saat netranya melihat kedua orangtuanya serta kakak laki-lakinya pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bocah berusia enam tahun itu berlari girang saat netranya melihat kedua orangtuanya serta kakak laki-lakinya pulang ke rumah.

Jari jemari Canva, menari-nari di udara menyiratkan kalimat, "Ayah, Buna, kak Ezza, kalian dari mana?" sembari menyunggingkan senyum manisnya.

Kedua orang itu berdecak dan menatap Canva dengan tatapan tidak suka. Tanpa menjawab, mereka berdua meninggalkan Canva begitu saja. Kedua orang itu adalah Hito, sang ayah dan kakak Canva, Ezza. Berbeda dengan sang Buna, yang mengelus kepala Canva sayang.

"Kita baru pulang dari pesta rekan Ayah, sayang. Buna ke kamar dulu ya," ujar wanita paruh baya itu, yang tak lain adalah Buna nya dengan lembut. Canva mengangguk. Lantas sang Buna pun beranjak pergi.

Canva tersenyum getir menatap punggung ketiga orang itu dengan tatapan sendu. Canva juga ingin di ajak pergi ke pesta oleh Ayah seperti kak Ezza. Namun, Canva cukup tahu, bahwa kekurangannya yang menyebabkan dirinya dibenci seperti ini. Tapi, bukankah setiap manusia tiada yang sempurna bukan? Jika boleh memilih, Canva juga tidak mau terlahir dengan keadaan seperti ini. Karena terlahir dengan keadaan seperti sekarang, membuat Ayah dan Abangnya malu mengakui dirinya.

"Ayah...kak Ezza, paru-paru Canva sakit. Tapi hati Canva lebih sakit. Canva takut nggak punya waktu banyak untuk membuat penantian Canva menjadi kenyataan."

Terlahir menjadi anak yang istimewa, adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dijalani. Namun, itu tak mengurangi rasa bersyukur ku kepada Tuhan yang menciptakan ku (Allah).

Canva Ardelio Dandelion.

TBC

Jangan lupa vote dan komen ya 💫

Mau dilanjut? Komen sebanyak-banyaknya oke?!

Aksara Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang