II

1.3K 67 0
                                    

Karina tersenyum kecil menatap punggung seseorang yang sedang duduk di pinggir danau. Ia berjalan menghampiri orang tersebut lalu ikut duduk disampingnya.

"Tadi pas dari ruang Kepsek kemana? Dicariin ga ada?" Tanyanya sambil melihat pemandangan danau yang tenang.

Tak ada jawaban dari orang tersebut, Karina menoleh dan langsung menarik wajah orang tersebut dengan kedua tangannya agar bisa menatap wajahnya.

"Gevariel ih!" Kesal Karina dengan menekan kedua pipi tersebut.

"Aaaakk akkkh sak–sakit Rin" Rintih Gevariel kepada Karina.

"Biarin soalnya lo ngeselin dari kemarin"

"Nih makan nih" Karina terus menekan bagian sudut bibir Gevariel yang membengkak itu.

"Kar-rin aaaw...sakit lepas" Gevariel melepaskan tangan sahabatnya itu dari wajahnya.

"Emang kenapa mukanya bengkak gitu" Tanya Karina hati-hati.

Gevariel menghela nafas beratnya, "Biasalah" Jawabnya cepat.

"Gue bingung dengan takdir tuhan untuk gue. Ga tau kenapa rasanya ga adil, bahkan untuk bahagia aja susah. Gue pengen kayak orang - orang yang hidupnya bahagia sama orang yang mereka cintai, ga usah mikirin ini itu, ga perlu merasakan sakit apapun, bisa......."

"Ge" Suara halus dan lembut itu menghentikan ucapan Gevariel.

"Sorry kalau gue motong ucapan lo. Tapi, lo udah cukup bersyukur buat dapetin semua. Cuma aja lo belum merasakan itu. Coba buka hati lo perlahan dan lo rasakan, lo akan tau rasanya" Lanjut Karina mulai mengulurkan tangannya menggenggam tangan Gevariel.

Gevariel tersenyum kecut, "Lo ga tau rasanya Rin. Hidup lo terlalu sempurna untuk tau hidup gue yang kayak gini" Karina memejamkan matanya. Berdebat dengan Gevariel adalah sebuah kebodohan yang tidak ada habisnya. Ia menarik lengan Gevariel lalu ia peluk dan menyandarkan tubuhnya.

"Cukup rasakan Ge" Katanya pelan.

Hingga beberapa menit mereka terdiam tanpa suara sedikitpun, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Lo pacaran sama Adrian?" Karina langsung mengangkat kepalanya menatap Gevariel.

Dengan kening mengeryit, "Kenapa lo tanya itu?"

"Gapapa tanya aja" Dengan pandangan yang terus menatap ke depan.

"Gue ga pacaran sama dia. Dan asalkan lo tau, GUE GA LAGI PDKT SAMA SIAPA SIAPA!" jawab Karina penuh penekanan di akhir kalimatnya.

"Tapi—"

Karina menaruh jari telunjuknya ke mulut Gevariel, "Adrian minta gue buat jalan sama dia selama tiga hari. Klo gue nolak dia bakal cari masalah ke lo, gue ga mau kejadian waktu itu ke ulang lagi. Berantem sampai babak belur, makanya gue terima ajakan dia" Jelas Karina dan Gevariel mendengarkannya serius.

"Dasar pengecut! Berani ngancem doang" Decih Gevariel kesal.

"Lo tenang aja, gue masih bisa jaga diri walau kecolongan dia maksa gandengan dan hampir ciuman. Yang Lo liat waktu itu gue ga ciuman ya, gue langsung dorong dia trus pergi" Lanjutnya lagi.

Karina menarik wajah Gevariel agar menatapnya, "Lo harus percaya sama gue Ge" Pintanya.

"Gue percaya sama lo Rin. Tapi, gue ga percaya sama orang lain diluar sana, ck. Brengsek" Sahut Gevariel.

"Lo kok posesif banget sama gue sih" Ledek Karina sambil menahan tawanya.

"Bukan posesif. Cuma gue takut digantung hidup - hidup sama Mamah Silvi klo lo sampe kenapa - kenapa" Balasnya membuat Karina tertawa.

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang