Hana

907 51 26
                                    

Hana Mayuri, 18 tahun, mahasiswi yang sedang bekerja sambilan di sebuah restoran tengah kota sedang sibuk di dapur mengumpulkan piring-piring kotor yang harus dicucinya. Malam ini restoran cukup ramai pengunjung hingga Hana pun tidak sempat beristirahat untuk makan malam hari ini. Dia bekerja mulai sore sepulang kuliah. Meski belum makan, dan merasa lapar Hana tetap bekerja dengan cekatan, karena sedari kecil ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti bersih-bersih rumah dll. Hana sudah mulai bekerja sambilan sejak dia di bangku SMA. Ya, dia harus giat bekerja mulai saat itu demi mengumpulkan uang untuk masuk perguruan tinggi (kuliah). Karena tidak mungkin paman dan bibinya mau membiayai kuliahnya. Jadi dia harus membiayai dirinya sendiri jika ingin menempuh perguruan tinggi. 

Hana melihat sebuah piring yang menyisakan makanan. Tanpa pikir panjang Hana mengambil sisa makanan yang tampaknya seperti sepotong daging dan langsung melahapnya. Itung-itung itu bisa mengganjal sedikit rasa laparnya. Tidak ada yang melihat, karena semua orang di dapur sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. 

Waktu hampir menunjukkan jam 10 malam. Hana bergegas menyelesaikan pekerjaannya karena ia hanya bekerja sampai jam 10. 

Bos muncul dan memanggil Hana dari Depan pintu dapur. "Hana! kalau sudah selesai silahkan ke kantor saya." Ucapnya.

"Baik, Pak." Jawab Hana.

Karena sudah genap 30 hari dia bekerja di restoran itu, artinya dia akan menerima gaji pertamanya hari ini, tentu saja itu membuatnya sangat bersemangat. Gajinya mungkin tidak seberapa, tapi itu sangat berarti baginya. Ia bisa menabung sedikit demi sedikit untuk mewujudkan impiannya agar bisa memiliki tempat tinggal sendiri dan tidak perlu lagi menumpang dengan paman dan bibinya.

Singkat waktu, Hana sampai di rumah lewat tengah malam. Dia memencet bell dan mengetuk pintu beberapa kali, tetapi tidak ada yang datang untuk membukakan pintu. Mungkin semua orang sudah tidur. Hana pun duduk di depan pintu dan menunggu, mungkin saja orang di rumah menyadari kalau dia sudah pulang dan akan membukakan pintu. Biasanya selalu seperti itu. Tidak apa-apa, Hana dapat mengerti.

Karena rasa lelah dan mengantuk, Hana hampir saja tertidur.  Lalu terdengar suara halus memanggil namanya, "Hana..."

Ternyata itu adalah tetangga sebelah. Seorang ibu rumah tangga yang sudah cukup peduli pada Hana sejak dia masih kecil. Hana segera berdiri dan menyambut panggilan hangat itu.

"Ini sudah larut malam, apa kau mau ke rumahku? Kau bisa masuk angin jika tidur di luar."

"Saya akan menunggu sebentar lagi. Mungkin Cindy sudah bangun sekarang."

"Kau yakin? Apa kau sudah makan?"

"Sudah."

Ibu itu memasang wajah khawatir, terlihat langkahnya berat untuk masuk ke rumah seolah dia tidak tega meninggalkan Hana sendirian di luar... "Datanglah ke rumahku, jika tidak ada yang membukakan pintu."

Hana mengangguk pelan sambil tersenyum lembut untuk meyakinkan wanita baik itu bahwa dia baik-baik saja.

Seketika perasaan menjadi hangat. Meskipun tidak mendapat kehangatan dari keluarga pamannya, setidaknya masih ada orang lain yang peduli kepadanya. Itulah yang membuat Hana masih bisa tersenyum hingga saat ini. 

Tak lama setelah wanita baik hati itu masuk ke rumahnya, tiba-tiba saja seseorang membukakan pintu dengan kasar, hingga mengagetkan Hana.

Hana & Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang