2. KEGUGURAN

2.9K 45 3
                                    

Netta tidak bisa memastikan siapa ayah bayi yang dikandungnya. Pada hari itu ia skidipapap dengan keduanya, Teddy dan Hendy. Namun mengingat ia tak juga hamil selama bertahun-tahun menikah, ia pikir yang dikandungnya anak Teddy.

Hendy sangat gembira tahu istrinya hamil. Ia menyuruh Netta mengundurkan diri, lalu membuat berjuta larangan. Ia membeli mesin cuci, menggaji seorang pembantu yang akan memasak dan membersihkan rumah.
"Lalu aku ngapain?" keluh istrinya.
"Selama enam minggu kau hanya rebahan. Aku tak mau kau keguguran. Anak ini sangat kudambakan."
"Nnnggg ... skidipapap?"
"Libur selama enam minggu itu."
"Mas tahan?"
"Harus tahan!"
"Jangan-jangan ...."
"Aku mencintaimu, Netta! Tak akan pernah menduakanmu! Kalau tidak tahan, kan kau masih punya tangan dan mulut."
Netta mendesah. Sejujurnya ia tak pernah suka melayani Hendy dengan tangan, apalagi mulut.

Hendy memang bisa menahan diri, tapi Teddy? Pembantu hanya bekerja setengah hari, setelah mencuci peralatan makan siang, pulang. Di rumah hanya ada Netta dan kakak iparnya. Pintu kamar selalu dikuncinya, tapi bila diketuk? Apakah tak akan dibukakan?

Suatu ketika Netta sedang tidur siang, ada ketukan pintu kamar menariknya dari alam mimpi.
Tok tok tok.
"Yaaa .... Sebentar."
Perempuan itu menggeliat malas, yakin Teddy yang mengganggunya.

Tok tok tok.
Ketukan itu berulang karena ia tak segera membuka pintu.
"Iyaaa ..... Nggak sabaran amat sih!"
Sambil mengomel ia bangkit dari tempat tidur.
"Apa, Mas?" tanyanya, hanya membuka pintu sedikit saja.
"Kiriman paket untukmu."
Netta membuka pintu lebih lebar, walaupun yakin tidak memesan barang online. Kesadarannyq belum pulih, tubuhnya telah melayang, Teddy menggendongnya, membawanya ke kamar depan.

"Mas!" pekiknya terkejut.
"Aku menginginkanmu, Netta."
"Tapi, Mas! Saat ini adalah masa rawan keguguran, Mas Hendy saja mesti puasa."
"Kau yakin, dia tak mencari pelampiasan di luar? Biasanya kan setiap malam tak pernah libur, bagaimana ia tahan berpuasa?"
Teddy perlahan membaringkan adik iparnya di ranjang, lalu ia membungkuk, mencium bibirnya yang ranum.

"Tiga bulan pertama Mas Teddy di sini, kan puasa juga?"
"Tidak!"
"Tidak?"
"Aku self service."
"Mengapa sekarang tidak self service lagi?" tanya Netta menuntut.
Teddy menggunakan waktu itu untuk melepaskan semua pakaiannya, lalu mulai membuka pakaian adik iparnya.
Netta terkesiap melihat pentungan satpam yang tergantung di antara kedua pahanya, membuatnya lupa melarikan diri. Ia tak ingat ukurannya begitu besar.

Teddy merangkak naik ke atas tubuh Netta. Perut perempuan itu masih rata, tapi dadanya mekar. Sepasang bukitnya tak lagi landai, menjadi mengkal. Masih kenyal, membuat lelaki itu tak bisa mengendalikan diri. Diserbunya salah satu puncak, mengulum dan mengisapnya.
"Aaahh ....," desah Netta keenakan, membuat gairah kakak iparnya bertambah.

Jemari Teddy turun ke bawah, menerobos semak lebat mencari celah gua yang didambakannya.
"Jangan, Mas."
Netta masih ingat untuk menolak, walaupun tangannya merajalela di tubuh lelaki itu.
"Ini kan bukan pertama kalinya, Net, dan kau bukan perawan kencur yang belum pernah dijamah lelaki," tukas Teddy gusar karena kesenangannyq terganggu.
"Aku cuma takut keguguran, Mas," sahut Netta lirih.
"Nanti bisa kubuatkan lagi!"
Dan lelaki itu menerobos masuk, mulai bergoyang memberikan rasa nikmat pada keduanya.

Teddy memeluk Netta setelah menuntaskan hasratnya, timbul keinginan merebut perempuan itu dari adiknya.
"Apakah aku memuaskanmu, Net?"
Adik iparnya hanya mengangguk lemah.
"Misalnya .... Misalnya nih, Hendy menceraikanmu, maukah menikah denganku?"
Netta menggeleng.
"Mengapa?"
"Mas nggak kerja, mau makan apa kita?"
Benar juga pendapat adik iparnya. Lelaki itu bertekat segera mencari pekerjaan tetap, bukan sekedar sopir panggilan seperti sekarang yang lebih banyak menganggur daripada bekerja.
"Berarti .... Kalau aku bekerja, kau mau?"
Sang adik ipar tertawa.
"Tidak! Aku mencintai Mas Hendy."
"Tapi ... kau toh sudah selingkuh denganku, bahkan mengandung anakku!"
"Bagaimana Mas Teddy yakin di perutku ini anakmu, bukan anak Mas Hendy?"
Pelan Netta bangkit dan meraih pakaiannya yang berserakan di lantai, dipakainya.
"Berapa tahun kau menikah? Selama ini tidak hamil, kan? Baru sekali kita skidipapap langsung ada hasilnya. Ini pasti anakku!" kata Teddy yakin sambil mengelus perut Netta yang masih rata.

Tiba-tiba Netta menjerit, merasakan ada cairan keluar dari guanya. Ia menyingkap dasternya, dan melihat darah mengalir sepanjang kakinya.
"Mas! Antarkan aku ke rumah sakit!" pekiknya panik.

***

Janin yang dikandungnya tak bisa diselamatkan, iapun dikuret. Menangis bukan karena kesakitan, tapi kehilangan calon anaknya.
"Ini gara-gara kau, Mas!" teriaknya histeris sambil memukuli kakak iparnya.
Teddy memeluk berusaha menenangkan.
"Nanti kita bikin lagi," janjinya.
"Aku tidak mau!"

Kewalahan menghadapi adik iparnya, Teddy menekan bel, memanggil perawat.
Seorang perawat membuka pintu, lalu pergi lagi, tak lama ia datang dan menyuntik Netta. Ketika Hendy masuk ke kamar itu, istrinya sudah tenang, bahkan tertidur.
Air mata haru menetes dari matanya, rasa sedihnya begitu hebat.
"Sayang, apa yang terjadi?"
Tetesan air mata ke wajah membangunkan Netta.
"Mas ...," ucapnya lirih, "maaf ...."
"Yang penting dirimu sehat. Anak bisa dibikin lagi," bisik Hendy, berusaha tersenyum.

Netta menginap semalam di rumah sakit, besoknya pulang dijemput sang suami. Hendy dengan jiwa besar tidak menanyakan apa yang terjadi, ia percaya ucapan Teddy bahwa istrinya terpleset di kamar mandi. Justru ia berterima kasih kepada kakaknya yang dianggapnya sigap mengantar Netta ke rumah sakit.

Seminggu pasca keguguran, kondisi fisik Netta telah pulih. Mulailah aktifitas malamnya, Hendy yang agak lama berpuasa sangat ganas, meremukkan tulang-tulang istrinya.
"Mas ...," keluh Netta setiap pagi, yang dijawab dengan kecupan, kadang satu ronde lagi.

Setelah makan siang, perempuan itu masuk ke kamar, mengabaikan panggilan Teddy. Ia keluar setelah suaminya pulang. Begitulah selama sebulan ia aman.
"Sayang, mengapa kau belum hamil lagi?" tanya Hendy suatu malam.
"Entahlah, Mas. Mungkin efek dikuret," jawabnya ngasal, tapi suaminya percaya, tidak menuntut penjelasan.

Surabaya, 25 Nopember 2021
#NWR

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SKANDAL IPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang