unlimited homework

11 2 0
                                    

"Buru gih ke ruang Mr. Jo" ucap Danial sambil melepaskan helm yang ada di kepala gw dan merapikan beberapa helai rambut yang menutupi pandangan mata. Ini rambut yang di rapiin, tapi jantung gw ambyar berantakan.

"oh..hooh. iya makasih"  balas gw terbata-bata.

Ayolah lice ini bukan kali pertama lu di anterin ama dia, kenapa masih aja salting ama sikapnya yang penuh afeksi ke elu.

Sambil tersenyum kaku gw langsung menggerakkan kedua tungkai kaki menuju ruang dosen, tepatnya ruang Mr. Jo. Bisa gw liat ada 4 mahasiswa yang mukanya udah kucel di hantam cobaan hidup, artinya mereka baru keluar dari ruang Mr. Joseph serta beberapa mahasiswa lain yang menunggu giliran untuk berkonsutasi dengan beliau. Memilih buat duduk lesehan disebelah Rheii dan Zeeya yang sibuk dengan laptopnya. Gw tebak dia pasti langsung benerin point yang direvisi oleh Mr. Joseph.

"baru dateng buk?"  sapa blueva yang langsung duduk disebelah gw.

Kayaknya dia udah selesai bimbingan dan langsung dapet ACC dari Pak Adi, dosen pengujinya saat seminar proposal kemarin. Termasuk cepat sih karena beliau adalah Kajur, otomatis sering berada di kampus. Gw Cuma bisa ngasih senyum 'semangat' untuk menanggapi pertanyaan blueva yang di tanggapi dengan dua kali tepukan di bahu gw, puk puk penyemangat katanya.

Pintu ruangan Mr. Joseph terbuka dibarengi dengan rengekan pelan yang keluar dari mulut Ayana, salah satu mahasiswa jurusan manajemen juga. Lihatlah muka memelas penuh cobaan itu, pasti harus revisi di banyak point lagi.

"Padahal semua point yang diminta revisi udah gw selesein"  dumalnya sambil update status di whatsapp miliknya.

Gw Cuma bisa tersenyum maklum sambil menepuk pelan bahunya, memberi suntikan semangat buat segera nyelesain revisian skripsinya tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gw Cuma bisa tersenyum maklum sambil menepuk pelan bahunya, memberi suntikan semangat buat segera nyelesain revisian skripsinya tersebut. Skripsi yang orang anggap Cuma copas sana copas sini, comot data sana comot data sini faktanya ga semudah itu. Harus punya jurnal acuan sebagai pembanding, mempersiapkan data dengan baik berikut dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, seperti data yang di input tidak menghasilkan output yang di harapkan alhasil kudu nambah data atau menguranginya dan kemungkinan terburuk harus mengganti judul. Percaya sama gw, hal itu sering terjadi khususnya saat dosen pembimbing dan mahasiswa yang dibimbing tidak sinkron.

Ayana, dia di jemput pulang oleh pacarnya setelah hampir 10 menit berkeluh kesah dengan si mamas via whatsapp. Lebih baik di ajak makan deh daripada tetep disini dan bikin dia makin sedih plus stress.  Blueva juga udah pulang setelah notifikasi dari sang pacar berdenting di ponselnya. Tersisa gw, satu mahasiswa lainnya serta Rheii dan Zeeya yang masih diposisinya, lesehan sambil sibuk menyelesaikan revisi yang kejar tayang. Puluhan notifikasi dari pacar-pacar mereka diabaikan, maaf mas ini kalo gw bales pesan atau angkat telfon dari kamu, semua materi yang mau di tulis bisa ambyar.

Bukan tanpa alasan sih mereka berdua ngebut banget nyelesain revisinya, karena menurut kabar Mr. Joseph akan ke Aussie pekan depan sehingga mau ga mau revisi tersebut harus selesai secepatnya. Rasanya mental gw udah di uji bahkan sebelum masuk ke ruangan beliau, mendadak nervous dan mual. Gw coba ngatur nafas sambil mengetuk-ngetukkan ujung sepatu di lantai, berharap bisa mengurangi rasa nervous yang makin menjadi saat mahasiswa yang duduk disebelah gw masuk ke ruangan Mr. Joseph. Setelah dia, gw yang harus masuk. Keringat mulai muncul di dahi dan telapak tangan gw, ini Cuma ketemu dosbing bukan mau ijab qobul ya tuhan.

"minum dulu"  dua kata tersebut memecah konsentrasiku terhadap lembar revisi yang gw baca ulang. Menoleh ke arah sosok pria yang mengantar gw tadi, berdiri tepat didepan gw dengan sebotol minuman ion berwarna biru. Duh kok makin nervous ya.

"nih"  Danial menyodorkan minuman yang sudah dibuka tutupnya, meminta gw untuk segera meminumnya. Sedikit perasaan nervous buat ketemu dosbing luruh berganti dengan perasaan hangat yang menjalar sampai ke pipi.

"Tenang aja. Lu bisa jadi wakil yang baik di himpunan dan gw rasa revisian kali ini bukan apa-apa. Gw yakin kali ini langsung ACC"  kalimat penyemangat keluar dari bibir Danial yang sedikit menyunggingkan senyum di akhir kalimatnya. Sekarang gw gatau,nervous yang gw rasain apakah masih karena mau ketemu dosbing atau karena berdekatan sama mas crush.

"Dah sana masuk. Giliran lu sekarang. Gw tunggu sampe lu kelar"  Kalimat singkat di barengi tepukan pelan pada bahu, memberi suntikan semangat buat gw untuk masuk ke ruang Mr. Joseph. Sedikit senyum gw ulas saat pintu yang gw dorong terbuka, entahlah rasanya ingin cepat-cepat selesai revisian dan ketemu sama Danial lagi.

Dalliance - A Story About Skripsi & LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang