• Bagian Satu

3 3 0
                                    


Sas sudah menggunakan setelan seragam biru putih dengan rapi dan menunggu di pinggir jalan tepat di depan rumahnya. Hari ini, ia siap mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa di SMA PERWIRA. Diliriknya jam tangan yang telah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit.
"Duh, mana sih nih anak! Katanya mau jemput, udah hampir telat nih!" keluh Sas.
Dua menit kemudian, sebuah motor beat berwarna merah berhenti tepat di depan Sas. Pemuda itu membuka helm bogo hitam dengan tatapan minta maaf. "Sorry, Sas, tadi lupa arah rumah lu. Abis udah sebulan liburan dan enggak pernah ke sini. Mana jalan rumah lu banyak belokannya lagi," ujar Sidqi.
Tanpa menjawab, Sas langsung naik ke motor Sidqi dan menepuk pundak pemuda itu. "Cepetan berangkat! Kita udah hampir telat!" ucap Sas buru-buru.
Sidqi segera mengendarai motornya dengan kecepatan 90 km/jam. Sas terus mengumpat karena hampir terjatuh. Segera, Sas langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Sidqi. Mereka menyusuri jalan dengan kecepatan tinggi hingga akhirnya sampai di depan gerbang sekolah. Gerbang itu hampir tertutup, Sidqi segera membunyikan klakson. Hal itu sontak membuat penjaga gerbang melonjak kaget dan seketika menghentikan aktivitas menutup gerbang.
"Bocah edan!" teriak penjaga gerbang.
Sidqi mengabaikan teriakan penjaga gerbang dan segera memarkirkan motornya. "Mana tas lo?" ucap Sidqi sambil menarik tas Sas.
"Buat apaan sih?" tanya Sas.
"Lu ikut upacara dulu! Biar tas lu, gue yang taruh ke kelas. Kita satu kelompok MOS di grup Gurita, kan?" balas Sidqi.
Sas membulatkan bibirnya sembari berkata,"Oh." Suara Sas pelan tetapi masih terdengar di telinga Sidqi.
"Cepetan! Upacaranya udah mau mulai!" ujar Sidqi buru-buru. Sas segera memberikan tas miliknya ke Sidqi. Setelah mendapatkan tas milik Sas, Sidqi segera berlari ke arah kelas, tempat kelompok Gurita menaruh barang mereka.
Sas dan Sidqi sudah bersahabat sejak kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama. Awal mula mereka dekat, karena sering jadi satu kelompok hampir di setiap mata pelajaran. Aneh memang, tapi hal itulah yang terjadi.
Melihat kepergian Sidqi, Sas menggelengkan kepala. Dia sering mendapatkan tuduhan dari teman-teman lain, jika salah satu antara dirinya dan Sidqi pasti ada yang memiliki rasa. Padahal itu semua tidak benar. Selama mereka bersahabat, keduanya tidak pernah merasa tertarik satu sama lain. Sas menggelengkan kepala sembari bergumam, "Kebanyakan orang pasti menganggap bahwa enggak akan mungkin sahabatan lawan jenis berjalan tanpa melibatkan perasaan. Kalau menurut gue sih, mungkin aja. Nih, gue sama Sidqi contohnya."

~~~

Bersambung...

Tanpa Balas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang