Dengan sigap, Sas bergegas menuju ke barisan upacara. Sas lalu menelusup masuk ke kelompok Gurita lewat barisan paling belakang. Dirinya pun sempat menengok ke belakang, memastikan apakah Sidqi sudah menyusulnya. Namun, Sidqi belum kunjung datang. Sas mulai cemas. "Duh, ke mana sih nih anak? Lama banget naruh tasnya," batin Sas.
Tak lama kemudian,
Hosh! Hosh! Hosh!
Terdengar suara napas yang memburu dari arah belakang barisan kelompok Gurita.
Mendengar suara napas yang nyaris putus, Sas menebak bahwa itu adalah suara Sidqi. Ia pun langsung menengok ke arah belakang dan mendapati Sidqi tengah terengah-engah seraya tangan kanannya menekan dada bagian kiri. Belum sempat Sas memanggil pelan Sidqi, terdengar suara sirine dari arah toa, pengeras suara yang dinyalakan oleh Ketua MOS. Sas sedikit terperanjat ke samping dan tak sengaja bahu kanannya mengenai bahu kiri teman satu kelompok.
"Eh, sorry gue nggak sengaja. Hehehe. By the way, salam kenal, ya. Gue Sas Smith. Panggil aja, Sas!" Sas memperkenalkan diri seraya menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman.
"I-iya, nggak apa-apa, nggak sakit kok. Oke, salam kenal juga ya. Gue Farahdiza Wafiq. Lu bisa panggil gue Farah atau Wafiq, tapi seringnya gue dipanggil Wafiq," jawab Wafiq yang sedikit memelankan suara. Mereka pun melanjutkan obrolan dengan tetap berbisik-bisik.
Upacara pembukaan MOS telah usai. Barisan upacara dibubarkan oleh pemimpin upacara dan serentak para siswa baru SMA PERWIRA berhamburan menuju ke kelas masing-masing. Beberapa siswa ada yang berlari dan ada juga yang berjalan sembari berkenalan satu sama lain yang tergabung dalam satu kelompok.
"Woy, Sidqi, jangan lari, Lu! Tungguin gue laah!" Sas memanggil Sidqi yang tampak berlari membelakanginya.
"Gue kebelet kencing, Sas. Makanya gue lari," teriak Sidqi yang membalikkan badan seraya berlari mundur saat menyahut permintaan Sas.
Setelah menjelaskan maksud ia berlari, Sidqi lantas balik kanan dan bergegas menuju ke toilet lantai bawah, dekat kelas mereka. Sas pun mengajak Wafiq untuk berlari kecil menuju ke kelas mereka--Kelas 1 A.
Sesampainya di kelas, Sas segera menuju meja urutan kedua, di mana sudah ada tas miliknya di sana. Ia pun menawari Wafiq untuk duduk sebangku dengannya. Wafiq membalas tawaran Sas dengan mengangguk dan tersenyum tanda dirinya mengiyakan. Wafiq kemudian meraih tas ranselnya yang tak jauh dari tempat Sas duduk, lalu memindahkannya ke bangku sebelah Sas.
Beberapa saat kemudian, Sidqi masuk ke kelas. Ia lalu menghampiri Sas. Melihat Sidqi berjalan menuju ke bangkunya, Sas langsung mengenalkan Wafiq kepada Sidqi. Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk bersahabat.~~~
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Balas
Teen FictionTugas akhir kelompok Asma Nadia Penulis : Cicilia Fajar Juniyanti Bintang Ilmania Alfinatul Mukarromah Anisa Laili Fitriya