06. 𝐑𝐚𝐟𝐟𝐢𝐬𝐡

740 72 7
                                    

Beomgyu sudah terpojok saat Soobin terus melangkah mendekatinya. Ia tidak bisa kabur ke mana pun saat kedua tangan Soobin sudah berhasil menekan bahunya pada tembok.

"Lepaskan aku!"

"Tidak. Hari ini moodku sedang tidak baik, dengan kau mencoba mencari masalah membuatku benar-benar muak melihat wajahmu." Soobin menyentuh wajah Beomgyu, menarik-narik pipi sang empu.

"Jika kau muak melihat wajahku, kenapa masih menatapku?"

"Aku sedang berpikir bagaimana mengubah moodku."

Beomgyu menaikkan alisnya, tapi kemudian matanya membulat saat Soobin menggendong tubuhnya, bahkan memukul pantatnya. Kekehan terdengar sangat puas. Beomgyu sudah berusaha menendang-nendang kaki dan memukul punggung Soobin agar lelaki ini melepaskannya, tapu Soobin justru tidak berkutik sama sekali. Ia membawa Beomgyu ke sudut ruangan lain dekat rak buku. Ada sebuah pintu, entah ruangan apa di dalam.

Lagi-lagi Beomgyu terkejut saat melihat ruangan itu adalah sebuah ruangan berisi pakaian dan juga aksesoris. Ada sebuah cermin besar. Di dalam ruangan ketua OSIS ada sebuah ruangan seperti ini?

Soobin menurunkan Beomgyu dengan kasar, sampai punggung Beomgyu terbentur cermin. "BRENGSEK!" Belum sempat Beomgyu melemparkan pukulan, Soobin sudah menahan tangan Beomgyu.

"Sudah ku bilang, moodku sedang tidak bagus."

Kedua tangan Beomgyu diikat oleh dasi Soobin yang dilepaskan dari seragam.

"Apa-apaan ini?!"

"Diam saja."

Soobin membalikkan tubuh Beomgyu menghadap cermin, hingga kini Beomgyu dapat melihat pantulan wajahnya.

"Lihat kau bisa melihat wajah memuakkanmu, 'kan?" ujar Soobin menarik dagu Beomgyu. Beomgyu yang berusaha memberontak mulai mendapat tekanan saat tubuh Soobin semakin menghimpit.

Tangan Soobin yang memegang dagu Beomgyu mulai merayap naik, memasukkan satu jari ke dalam mulut Beomgyu. Membuat mulut Beomgyi terbuka lebar hingga air liur turun perlahan. Dengan melihat pantulannya sendiri, Beomgyu merasa kesal. Ia sudah tidak tahan, langsung saja menggigit jari Soobin yang mengobrak-ngabrik mulutnya.

Tapi setelah itu justru tangan Soobin yang lain merayap masuk ke dalam seragam Beomgyu, menaikannya ke atas sampai perut dan setengah dada Beomgyu terlihat jelas pada cermin.

"Lihat, tubuhmu sangat kurus."

"DASAR MANUSIA SANGE! LEPASKAN!"

"Aku menyuruhmu untuk melihatnya bukan mengumpatiku." Soobin kembali menarik dagu Beomgyu untuk melihat pada cermin. Sementara tangan lainnya sudah memelintir puting Beomgyu dengan gerakan pelan.

Wajah Beomgyu seketika memerah, tubuhnya juga gemetar mendapat sensasi bagai kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. "Kau telihat menikmatinya. Tubuhmu sangat sensitif," komentar Soobin tersenyum puas.

Sementara Beomgyu masih berusaha keras untuk menahan suara. Tapi Soobin terus memberikan banyak sentuhan pada tubuhnya. Beomgyu hanya dapat memejamkan mata menahan siksaan seperti ini.

Hingga tangan Soobin memegang erat adik kecilnya, Beomgyi sudah tidak bisa menahan diri. Tubuhnya berkeringat, terasa panas. "Hentikan, eungh aku mohon."

Namun, permohonan Beomgyu hanya sebuah angin lalu, karena nyatanya Soobin sama sekali tidak mendengarkan permohonan itu. Ia justru tersenyum senang saat melihat Beomgyu yang tersiksa dengan birahi.

"Eunghhh."

Detik berikutnya Soobin menarik wajah Beomgyu untuk menoleh padanya, ia mencium bibir Beomgyu dengan rakus. Melumat bibir yang telah menjadi candu akhir-akhir ini. Ia akui selama ini hanya Beomgyu yang dapat membuatnya puas.

Beomgyu yang awalnya menolak, dan tetap bertahan nenutup mulut, mulai hilang pertahanan saat tangan Soobin semakin mengelus adik kecilnya lebih cepat.

"Eunggh."

"Mmmmhhp."

Lidah Soobin melesat masuk dengan sangat lincah. Panas dingin mulai terasa, sensasi mendebarkan dan rasa aneh terus membuat tubuh Beomgyu mengejang. Setiap sentuhan yang Soobin berikan selalu membuat Beomgyu terkejut.

Tanpa sadar kedua tangan Beomgyu sudah memeluk erat leher Soobin. Mereka masih berciuman lebih dalam, Soobin menekan tengkuk Beomgyu agar tidak mencoba melepaskan diri.

Drttt

Sebuah ponsel bergetar di balik celana milik Soobin. Awalnya ia tidak peduli dan masih melanjutkan meremat puting kemerahan di depannya. Tapi kemudian ia berhenti saat ponsel terus saja bergetar.

Nama Hueningkai muncul di layar depan. Sehingga Soobin benar-benar menghentikan kegiatannya.

Beomgyu yang sudah terlepas dari kungkungan Soobin sudah duduk lemah terdiam dengan napas yang memburu, peluh yang membasahi tubuh serta mulut bengkak kemerahan dengan aiur liur miliknya tercampur dengan Soobin yang menetes sampai ke dagu.

"Baiklah, aku akan segera ke sana."

Soobin sudah akan bergegas pergi, tapi kemudian berbalik memandang Beomgyu. "Bersihkan dirimu sendiri, setelah itu kau boleh kembali ke kelasmu," perintahnya sambil melemparkan sekotak tisu.

Kedua mata Beomgyu menatap dengan tajam. Tatapan itu pula tersirat sebuah kebencian yang dalam.dan kekecewaan terhadap dirinya sendiri. Setelah Soobin benar-benar telah pergi dari ruangan menyisakan Beomgyu yang masih terdiam dengan sekotak tisu di sampingnya.

Satu tetes air mata turun perlahan.

Beomgyu jarang menangis, seberapa sedih pun ia. Ia tetap akan berusaha menahan diri. Tapi kali ini, ia tidak bisa menahannya. Soobin telah memperlakukannya seperti seorang pelacur, dan ia lebih membenci dirinya sendiri yang tidak dapat melawan.

Tangannya gemetar mengambil tisu di dalam kotak. Membersihkan mulutnya dan juga adik kecilnya yang berlumuran cairan putih, bahkan masih menegang dan terasa sakit.

Beomgyu tidak mau menyelesaikan urusan adik kecilnya sehingga ia ketika ia menarik celananya, masih terlihat menggembung di baliknya. Karena itu Beomgyu mengambil almamater OSIS milik Soobin yang tergantung rapi di dalam lemari. Tidak peduli jika mungkin saja nanti Soobin marah.

Almamater itu diikat menutupi bagian bawah. Sehingga saat Beomgyu berjalan santai di koridor kelas, banyak siswa yang mulai memandangnya dengan bertanya-tanya tapi tidak ada yahg berani mengajukan pertanyaan terhadap Beomgyu.

Apalagi dengan melihat raut wajah Beomgyu yang terlihat kesal semakin membuat mereka ketakutan. Takut jika sampai Beomgyu menyerang, jadi mereka hanya diam saja saling memandang setelah Beomgyu pergi dari jangkauan barulah mereka mulai berbisik dan bertanya-tahya.

Beomgyu membuka pintu kelas dengan kesal, ia berjalan duduk menuju bangkunya. Segera saja menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan di atas meja. Ia sebetulnya masih menahan diri dari rasa sesak adik kecilnya di dalam celana. Sedari tadi belum juga turun, masih menegang sehingga tubuhnya merasa tidak enak.

Ia memilih segera tidur, dan melupakan kejadian memalukan hari ini dan berjanji ke depannya ia tidak akan peduli dengan apa yang dilakukan Soobin. Ia tidak akan peduli. Jika bisa, Beomgyu akan menemukan cara untuk melawan Soobin. Ia akan mencari kelemahan lelaki itu.

Orang yang terlihat sempurna seperti Soobin pastinya memiliki kelemahan.

Sehingga Beomgyi dapat menyerang balik, dan memperlakukan Soobin lebih buruh dari Soobin yang memperlakukannya sampai sekacau ini. Di antara semua orang di dunia ini, hanya Soobin yang paling ia benci kelebihi kebencian terhadap kakak perempuannya dan juga para musuh-musuhnya yang lain.

"Awas saja kau Choi Soobin! Tunggu pembalasanku," ujar Beomgyu di dalam hatinya.

Mine | SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang