Setelah kepergian Sena, dengan susah payah Evan bangkit dan melangkah menuju mobilnya yang kebetulan ia parkirkan di parkiran basement.
Setelah masuk ke dalam mobil, Evan berusaha meraih ponselnya yang berada di saku celananya, ia harus meminta pertolongan kepada teman-temannya. Sebab sangat tidak mungkin kalau dirinya harus menyetir mobil sendirian.
Begitu berhasil meraih ponselnya, yang syukurnya masih selamat, Evan langsung membuka room chat grup bersama teman-temannya.
Evan: Tykonf hue
Evan: Tokomg
Persetan dengan tulisannya yang typo, syukur-syukur ia masih bisa mengetik.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk semua teman-temannya membalas pesannya.
Yoga: Van, lo kenapa?
Yuda: Van?
Elyn: Kenapa lo?
Verrel: Waduh Van, masa lo mabok jam segini? Emang udah ada kelab yang buka?
Elyn: Coba ditelepon, Yud
Meski dengan susah payah, Evan masih bisa melihat semua pesan yang dikirimkan oleh teman-temannya.
Tak lama setelah pesan yang Elyn kirimkan, ponsel milik Evan berbunyi, sebuah panggilan masuk dari Yuda.
Buru-buru Evan menggeser logo hijau di layar ponselnya.
"Van, lo kenapa?"
"To... long gue, Yud,” ujar Evan dengan sedikit merintih karena menahan perih di sudut bibirnya.
"Lo kenapa? Sekarang lo di mana?”
Evan menyebutkan lokasinya sebelum akhirnya menutup sambungan teleponnya setelah Yuda mengatakan akan menjemputnya bersama teman-teman mereka yang lain.
***
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam akibat jalanan kota Jakarta yang macet, akhirnya ketiga teman Evan; Yuda, Elyn, dan Yoga pun tiba di parkiran basement mal, dan langsung bergegas turun dari mobil.
Kemudian dengan tergesa-gesa, mereka berlari menghampiri mobil Evan, dan langsung membuka pintu mobilnya. Evan ada di bangku belakang mobilnya, sedikit tak berdaya. Keadaan Evan benar-benar memprihatinkan. Darah banyak keluar dari wajahnya.
“Gila, kenapa lo bisa begini?!” seru Elyn.
"Ga, lo bawa mobil gue. Biar gue yang bawa mobil Evan. Lyn, lo sama gue, jagain Evan di belakang,” titah Yuda pada akhirnya.
Yoga mengangguk mengerti. “Sip. Kita ke rumah sakit, Yud?”
Mendengar itu, Evan meringis. “Nggak usah. Bawa gue pulang ke apartemen aja.” Suaranya pelan, dan kurang terdengar jelas.
“Lo hampir mati, Van! Kita harus obatin luka lo di rumah sakit!” seru Elyn.
“Tapi gue nggak mau dibawa ke rumah sakit, Lyn,” balas Evan.
“Udah, udah. Yaudah kita balik ke apartemen lo,” putus Yuda.
Karena Elyn dan Evan sama-sama keras kepala. Walau Elyn adalah seorang perempuan, Evan tetap tidak akan mau mengalah untuknya, itu sebabnya jika mereka dibiarkan terus berdebat, tidak akan ada habisnya.
Setelah itu Yuda melempar kunci mobilnya pada Yoga. Yoga menangkapnya dengan sempurna, dan langsung berlari menuju mobil Yuda.
Sedangkan Yuda, ia mulai menghidupkan mesin mobil milik Evan setelah Elyn masuk, dan duduk di sebelah Evan.
***
“Sumpah, Van, kok lo bisa bonyok gini sih?” Elyn bertanya selagi tangannya telaten mengobati luka di wajah Evan.
“Siapa sih yang ngehajar lo kayak gini? Kok lo diem aja?” Yuda ikut menyahuti.
“Adrian sama Sean,” jawab Evan.
“What the fuck? Seriously?” Yoga ikut bersuara.
“Kok bisa? Kenapa lo ketemu sama mereka?” tanya Elyn.
“Persetan sama itu, gue malah bingung kenapa lo nggak balas perlakuan mereka dan malah pasrah kayak gini, Anjing?” Lagi-lagi Yoga berbicara. Ah, dia benar-benar tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti ini.
“Ke mana Evan Arkana yang bajingan tiga tahun lalu, Bro?” tambah Yoga.
“Lo bisa diem nggak sih, Ga?” decak Yuda.
“Buruan jawab pertanyaan gue, Van!” Elyn menekan kapas pada luka Evan, membuat laki-laki itu meringis.
“Gue ketemu El. Anak yang fotonya gue post di Twitter, ternyata itu anak El,” jelas Evan pada akhirnya.
Benar, saat sedang bermain bersama Leo di timezone, ketika bocah laki-laki itu sedang menaiki komedi putar mini yang berada di sana, Evan sempat memotret Leo beberapa kali, dan mengunggah fotonya di akun Twitter miliknya. Memuji betapa menggemaskannya Leo.
“Kok bisa?”
“Gue ketemu Leo lagi nangis di depan timezone, Lyn, ya gue samperin, lah. Gue bantu cari orang tuanya, ternyata anaknya Michaella,” desis Evan saat lagi-lagi Elyn terlalu kuat menekan lukanya.
“Oh jadi karena ada El, makanya lo nggak ngehajar mereka balik?” tuduh Yoga.
“Nggak, bukan itu. Lo semua tahu kan gue ngerasa bersalah sama kejadian masa lalu? Gue juga pernah bilang, gue pasrah sama apa yang bakal dilakuin para pelindung El, kalau seandainya gue ketemu mereka, karena gue sadar sama kesalahan gue ke El. Dan, ya? Hari ini kejadiannya. Gue harap, semua luka di muka gue bisa sedikit mengurangi dosa kesalahan gue di masa lalu,” ujar Evan panjang lebar.
“Tolol! Lo emang temen gue yang paling tolol, Van! Kalau lo nyesel sama apa yang udah lo perbuat di masa lalu, cara nebusnya bukan kayak gini? Kalau lo mati karena dihajar mereka, gimana?” Kali ini Elyn mulai tersulut emosi.
“Lebay lo, ini buktinya gue masih hidup kali,” kekeh Evan.
“Lo sekarat, Anjing!” seru Yoga.
“Emang bego,” sahut Yuda.
---
Hai, hai, hai? Long time no see!🤩So sorry karena cerita ini ngaret satu tahun lebih. But thanks buat kalian yang masih mau baca, dan kasih feedback untuk aku🥰
Instagram:
[at]ashintyasSerang, 21 Januari 2023
Love, Agnes
KAMU SEDANG MEMBACA
Find a Baby!
RomanceEvan sedang ada di mal dengan niat awal untuk bertemu dengan klien, mengadakan meeting, tapi malah tanpa sengaja menemukan seorang anak kecil menangis di depan timezone, yang ternyata adalah anak Michaella, mantannya beberapa tahun lalu.