Prolog

3 3 0
                                    

Lengkingan kuda, jeritan kesakitan manusia, suara gesekan pedang nampak mewarnai tanah lapang itu.

Kedua kubu nampak saling menguatkan pertahanan agar tak tumbang diserang lawan.

Tumpahan darah bergelimpangan dimana-mana. Bagian-bagian badan manusia nampak berceceran tak beraturan. Bau anyir darah amat pekat di indra penciuman.

Beribu-ribu orang wafat. Beribu kuda jadi korban. Beribu keluarga ditinggalkan. Beribu hati ditikam. Peperangan memang kejam. Tak memiliki perasaan. Tak pandang usia, pandang siapa, jika lawan ia pasti dibantai.

Ah, peperangan memang menyakiti hati banyak orang.

"Aaaakkkhhh"

Suara jerit kesakitan menggema diantara semua kebisingan. Menyuarakan sakitnya saat dadamu digoyak dengan ganas. Saat sebuah pedang besar lagi tajam menembus kulitmu, meremukkan dadamu, menusuk kejantungmu dalam sekali ayunan.
Tak sembarang orang dapat melumpuhkan lawan dalam sekali serang. Orang semacam itu pasti bukan sembarang orang.

SREKH
BLESS
BUMM
AAAKHH

Suara pedang menembus tulang. Tubuh yang jatuh kelimpungan. Jerit keputus asaan.
Disana, diantara orang-orang yang tengah bersusah payah mempertahankan nyawa, seorang pria gagah perkasa menebas setiap musuh dengan sekali ayunan pedangnya membuang darah terciprat kemana-mana.

Mata setajam elang, rambut hitam legam, tubuh kekar perkasa dibaluti zirah kesatria itu menambah karismatik dan ketampanan si pemuda. Tiara di dadanya melambangkan bahwa dialah sipemimpim pasukan perang sisi satunya. Hendak mencari si pimpinan kubu lawan untuk segera menuntaskan perang.

PRANG

PRANG

PRANG

Dua pemuda gagah perkasa berdiri ditengah-tengah sana. Keringat mengucur deras dari keduanya. Bau keringat bercampur bau anyir darah tak lepas dari keduanya, pula.

Mata sepekat malam itu saling memandang. Bak bara api yang menyala dengan garang. Siap membakar siapa saja yang melawan.

PRANG
PRANG
PRANG
PRANG
AAAKKHH

Pedang tajam itu saling beradu kekuatan. Entah siapa yang mulai duluan, kegaduhan sekeliling tetiba terhenti kala pertarungan diantara kedua pemuda yang memakai tiara itu seolah tak seimbang. Berharap-harap salah satunya segera tumbang.

Dua puluh tujuh hari dua puluh tujuh malam mereka hidup dalam kecemasan, bernafas dalam kegelisahan. Dihari ini semua penantian akan terbayarkan. Entah menjadi si pemenang ataukah yang akan dikalahkan. Angan mereka ingin segera pulang mengistirahatkan dari segala kepenatan dan kesakitan.

AAAAKKKHHH

Pekikan panjang lagi menggelegar itu menyita semua perhatian. Tanda benda-benda berjatuhan mulai terdengar di indra pendengaran. Satu-satu prajurit dari kubu lawan mulai terduduk, merunduk. Mengakui kekalaha.n Pertanda satu kubu telah memenangkan peperangan.

Netra sehitam malam itu memandang si lawan, lantas mengalihkan perhatian ke sekeliling yang kini menunduk hormat atas kemenangan sang pemimpin peperangan.

Pemuda itu mengangkat tangan yang memegang pedang. Seorang prajurit nampak berdiri diikuti yang lainnya, lantas semuanya ikut berdiri dengan gagah. Pemuda itu menggemakan takbir tanda syukur atas berjayanya seluruh pasukan diikuti semua yang dimedan perang.

ALLOHU AKBAR

ALLOHU AKBAR

ALLOHU AKBAR































Assalamu'alaikum Warrohmatulloh Wabarokatuh...
Hai, semua! Pakabar? Semoga sehat dan selalu ada dalam lindungan-Nya, ya.
Semoga suka sama cerita pertama yang ane buat ini^^ selain suka, juga semoga mendapatkan pembelajaran ya.
Bantu support ana ya dengan cara Vote, dan komentar akan cerita yang ane tulis. Ngefollow juga bagus ko😁

Crown Prince (The Islamic Kingdom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang