Dalam perspektif Islam, penyakit hati seringkali diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan sejenisnya
Setiap muslim menginginkan hatinya
bersih dan suci. Apabila hati secara rohani berada dalam kondisi sakit dan kotor, maka akan berpengaruh kepada kerusakan dalam hidupnya, yang jika tidak diobati akan mendapat kesengsaraan di dunia hingga siksa Allah di akhirat kelak.Hati menduduki posisi sentral dalam kehidupan manusia, karena hati menjadi hakim dalam menentukan berbagai aktivitas setelah terlebih dahulu mendapatkan berbagai informasi dari otak yang menjadi tolak ukur dalam mengukur sehat tidaknya kondisi manusia. Hati yang tidak sehat secara akan menimbulkan aktivitas yang tidak sehat atau tidak menyenangkan banyak orang secara fisik akan berpengaruh pada kondisi tubuh pemiliknya. Artinya apabila hati secara rohani berada dalam kondisi sakit tidak tertahankan akan berefek buruk pada tubuh.
Penyakit hati lebih bersifat batin, seperti riya, sum’ah, ujub, iri, dengki, dan hasut serta tamak dan serakah termasuk menganggap dirinya yang paling benar. Tidak sedikit orang yang terlihat rajin dalam beribadah kepada Allah dalam kesehariannya, juga dihinggapi penyakit hati. Artinya dia selalu merasa yang paling benar ibadahnya dan menganggap rendah orang lain.
Allah SWT mengingatkan tentang bahaya penyakit hati ini dalam surat al-Baqarah ayat 10 dan 12 :
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ ۙ فَزَا دَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَلَهُمْ عَذَا بٌ اَلِيْمٌ ۙ بِۢمَا كَا نُوْا يَكْذِبُوْنَ ١٠
اَ لَا ۤ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰـكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ ١٢
Artinya :
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah menambah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, mereka menjawab, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al-Baqarah : 10 & 12).Mereka yang disebut hatinya sakit oleh Allah diatas adalah para munafiqin yang sikap dan kondisi hatinya berbeda dengan sikap dan kondisi aktivitas luarnya. Artinya kondisi dan sikap lahiriyahnya bersahabat, mendukung dan membela nabi Muhammad SAW, namun kondisi dan sikap hatinya menentang dan menolaknya. Dalam hatinya terpendam rasa benci, iri, dengki, dendam angkuh dan bahkan berusaha untuk menghancurkan islam serta usaha untuk membunuh nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Hamzah ya’qub menghimpun fenomena penyakit hati sebagai berikut :
“Ananiyah (egois), al-Baghyu (lacur), al-Bukhl (kikir), al-Buhtan (dusta), al-Hamr (minum hamr), al-kinanah (hianat), al-Dzulmu (aniaya), al-Jubn (pengecut), al-Fawahisy (perbuatan dosa besar), al-Ghadab (marah), al-Ghasyyu (curang), al-Ghibbah (mengumpat), al-Namimah (adudomba), al-Ghururu (tipudaya), al-Hasad (dengki), al-Hidq (dendam), al-Ifsad (berbuat kerusakan), al-Istikbar (sombong), al-Kufran (ingkar nikmat), al-Liwath (homosek), Qatlu al-nafs (membunuh), al-Riba (makanan riba), al-Riya (ingin dipuji), al-Sum’ah (ingin didengar), al-Sikhriyah (berolok-olok), al-Sirqah (mencuri), al-Shahwat (mengikuti nafsu), al-Tabdzir (boros), al-‘Ajalah (tergopoh-gopoh), dan lain-lainnya.” (Hamzah Ya’qub, Etika Islam,(Bandung : Diponegoro1985)).Dalam rangka pengobatan hati yang sedang sakit, HAMKA memberikan arahan agar seorang melakukan 4 hal yaitu:
1. Shajaah yaitu berani melakukannya kebenaran dan takut melakukan kesalahan.
2. Iffah yaitu pandai menjaga kehormatan batin.
Hikmah yaitu tau rahasia dari pengalaman kehidupan
3. Adalah yaitu berlaku adil walaupun kepada diri sendiri.Ada enam cara untuk menghilangkan sakit hati ala Rasulullah SAW :
1. Mushabah diri
Mushabah diri merupakan upaya introspeksi diri atas apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan pada masa yang akan datang. Ketika hendak menyalahkan seseorang, ada baiknya untuk terlebih dahulu melihat ke dalam dirinya sendiri apakah sudah melakukan hal terbaik atau malah sebaliknya.
2. Menjauhkan diri dari sifat iri hati dan dengki.
Untuk menghapus perasaan cinta berlebihan akan dunia yang dapat menimbulkan sakit hati tersebut, Rasulullah menganjurkan untuk menghilangkan sifat iri serta dengki. Rasulullah Bersabda:
“Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Iaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian membelanjakannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan dengannya dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
3. Menjauhka diri dari sifat amarah dan keras hati.
Sifat marah ini akan berujung pada perasaan sakit hati, membuat orang tersebut menjadi keras hati. Untuk itulah, Rasulullah menganjurkan untuk menjauhkan diri dari dua sifat tercela ini.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyebutkan bahawa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami akan membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.”
4. Memupuk sifat pemaaf.
Perasaan sakit hati akan hilang ketika seseorang memupuk sifat pemaaf dalam dirinya. Ia tidak akan mudah dendam terhadap orang yang berbuat salah terhadapnya. Oleh sebab itu, orang yang pemaaf cenderung jauh dari perasaan sakit hati, karena ia mampu menerima semuanya dengan lapang dada. Rasulullah bersabda :
“Bertakwalah kepada Allah di mana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, nescaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan bergaulah dengan manusia lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Hakim dan At-Tirmidzi).
5. Husnudzon (berprasangka baik).
Perasaan sakit hati terkadang membuat kita selalu berfikir buruk terhadap orang yang menyebabkannya. Ada kalanya seorang muslim berburuk sangka terhadap muslim lainnya sehingga menjauhkan mereka dari persaudaraan. Itulah yang menyebabkan Rasulullah menganjurkan untuk berprasangka baik terhadap orang lain agar menjauhkan diri dari sifat iri hati.
6. Ikhlaskan diri.
Orang yang ikhlas diri ini akan mudah untuk menangani hatinya agar selalu berserah hanya kepada Allah SWT. Ia tidak pernah menggantungkan apapun kepada selain Allah, oleh sebab itu biasanya orang yang memiliki sifat ini tidak akan mudah sakit hati karena rasa berserah diri tersebut.Manusia khususnya orang islam sendiri sudah lupa akan nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita, sehingga kita jarang bahkan lupa umtuk selalu bersyukur kepada-Nya. Baik bersyukur melalui Shalat, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir kepada Allah SWT. Sehingga penyakit-penyakit hati yang muncul karena nafsu yang dimiliki oleh manusia itu sendiri akan mudah masuk, sebab hatinya jarang menyebut asma Allah swt. Maka dari itu tingkatkan ibadah kita kepada Allah swt agar terjauhi dari penyakit-penyakit hati yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Penulis 1 : Firna Nur Ilahisabila
Penulis 2 : Ibu Siti Maryam Munjiat S.S., M. Pd. I

KAMU SEDANG MEMBACA
Tassawuf Penyakit Hati dan Obatnya
Ficção CientíficaDalam Islam, terdapat sejumlah penyakit hati yang berbahaya bagi individu yang mengidapnya. Penyakit hati ini berdampak buruk pada keimanan dan ketakwaan seorang muslim, bahkan dapat mengantarkannya pada dosa yang dibenci Allah SWT. Pada dasarnya, p...