Aku tidak mengenal apa itu bahagia sampai aku bertemu dengannya, pria yang telah menjadi suamiku. Sejak kecil, aku tidak memiliki seorang appa, tapi sejak mengenalnya aku tidak pernah merasa ketakutan lagi. Dia selalu melindungiku dengan apapun caranya, termasuk meninggalkan keluarganya demi bersamaku.
Pria itu sedang berbaring di pangkuanku yang sedang duduk di pinggir kolam mengawasi putraku dan tangannya memeluk perut buncitku, ne aku tengah hamil anak kedua kami. Putra pertamaku juga sedang bermain di dalam kolam, kami sedang berlibur sebelum menyambut bayi kami.
Aku membelai lembut rambut suamiku, aku sangat mencintainya. Ia tersenyum padaku dan aku menciumnya.
"Daddy" teriak darren, putraku mengejutkan kami yang tengah berciuman. Ia dengan kesal menarik kaki daddynya hingga jatuh ke kolam karena hilang keseimbangan.
"Oppa,," aku terbangun
"Nona, akhirnya kamu sadar" ujar seorang pria, dia berpakaian putih dan aku tidak mengenalinya. "Kamu tahu siapa namamu?"
"Aku Im Yoona" ujarku
"Kamu tahu sekarang kamu dimana?" Tanyanya lagi dan aku menggeleng
"Kamu di rumah sakit"
"Dimana suami dan anakku?" Lalu aku teringat bayiku, aku memegang perutku, rata. "Bayiku, dimana bayiku?"
Aku mulai histeris, aku takut terjadi apa-apa dengan bayiku.
"Tenang nona" ia kembali memberikan aku sebuah suntikan, lalu tubuhku kembali terasa lemas.
***
Saat terbangun kembali, aku merasakan sebuah genggaman kecil di tanganku. Aku membuka mataku sedikit dan melihat putraku Darren, tapi dia tampak lebih dewasa dari saat terakhir aku melihatnya.
Ia menangis
"Mom, seharusnya aku sangat bahagia hari ini saat mendapat telepon dari uncle dokter kalau mommy sudah sadar. Tapi ntah mengapa aku begitu takut," ia mengenggam tanganku dan air matanya membasahi tanganku
"Aku tidak tahu bagaimana caranya mommy hadapi semua ini, membuka mata dan melihat semuanya telah berbeda"
Aku mengenggam balik tangannya dan ia segera menghapus air matanya.
"Darren" panggilku dan ia menatapku, tidak salah dia sudah berbeda dari terakhir aku melihatnya.
"Mommy, mommy" ia menangis sambil memelukku, "aku sangat merindukanmu mom"
"Kamu semakin tinggi,"
"Aku sudah 11 tahun mom" ujarnya, aku terkejut seharusnya dia masih berumur 8 tahun. "Mommy tidak sadarkan diri selama 3 tahun ini. Saat melahirkan Esther, mommy tidak bangun sampai sekarang"
"Apa namanya esther?" Tanyaku dan darren mengangguk "daddy yang memilih nama itu?"
"Aunty yang memilih" ujar darren pelan tapi aku sanggup mendengarnya
"Aunty?" Tanyaku dan darren menutup mulutnya seolah itu adalah hal yang harusnya ia tutupi dariku.
"Mom, aku panggilkan uncle dokter untuk memeriksa mommy" ujarnya berlalu keluar dan menimbulkan banyak pertanyaan di hatiku.
***
Aku tidak melihatnya sejak membuka mataku. Darren yang selalu mengunjungiku setiap ia pulang sekolah. Dokter belum mengijinkan aku untuk pulang, aku masih butuh banyak perawatan.
Aku tidak bisa melakukan apapun karena kakiku belum bisa berjalan. Dokter mengatakan aku terlalu lama berbaring sehingga butuh terapi untuk bisa kembali berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae
FanfictionWalaupun rasanya begitu sakit, aku akan belajar menerimanya. Aku tidak akan menyalahkan siapapun, semua orang memiliki hak untuk memilih dan aku terima kamu tidak memilihku. ~Im Yoona Apapun yang aku katakan tidak akan ada artinya lagi, aku telah me...