Semesta adalah tempat dimana tragedi dilahirkan.
Suasana kelas yang gaduh seketika senyap. Kehadiran seorang guru bersama lelaki tampan berhasil membungkam mulut anak-anak di kelas XI IPA 2 yang mayoritas perempuan. Semua mata tertuju padanya kecuali Viola, ia masih fokus dengan novelnya dan tidak menyadari kehadiran guru dan calon teman barunya.
Viola adalah sosok yang cukup dikenal di sekolah ini. Ia terkenal tegas. Tak banyak berbicara meski ia pandai berbicara dalam segala hal. Dingin namun hangat bagi mereka yang telah mengenalnya. Viola sangat pandai menyembunyikan karakter aslinya kepada orang-orang yang membuatnya tak nyaman. Ia tak akan menunjukan bagaimana ia sesungguhnya. Jika Viola adalah es krim, maka es krim rasa rujak tepat untuk menggambarkan sosoknya.
Apakah mungkin syarat menjadi perempuan cerdas itu tak boleh tidak serius bareng sehari saja? Entahlah.
"Perkenalkan, nama saya Zack Rosihan Karinda."
Suara itu...
Viola membuka-buka rekaman suara yang di ingatnya. Usahanya tak sia-sia.
Ia menemukan satu nama. Benar. Tak perlu diragukan. Viola sangat mengenal suara itu. Karena penasaran dan ingin mencari kebenaran, ia mendongak menuju sumber suara. Viola terkejut, betapa kebenaran terjadi di depan matanya. Jantungnya berdegup hebat. Semesta telah memberikan kejutan besar untuknya."Zack!" lirih Viola.
Air matanya berlinang. Adegan demi adegan di masa lalu bergantian tayang. Segala kenangan buruk menyatu membentuk keresahan. Hatinya mulai meracau tentang kebencian."Lo kenapa, Vi ?" tanya Gaby, teman sebangku Viola. Viola menggeleng. Ia berharap gelengan itu mampu menyelesaikan ragam tanya di kepala Gaby. Hendak memutus rasa penasaran Gaby, Viola segera mengangkat tangannya. Lantas pamit meninggalkan kelas untuk ke toilet. Ia tak ingin semakin banyak orang yang menyadari perbuahan sikapnya saat ini.
Di sisi lain, Zack juga terkejut melihat Viola. Secara tidak langsung. Viola memberitahu Zack bahwa ia berada di ruang yang sama dengan Zack. Zack baru menyadari, hijrahnya ke Bandung bisa membuat kesalahan yang baru. Ia melupakan kejadian yang bermula dari Bandung dan Jakarta.
Mata Zack mengikuti Viola sampai di ambang pintu kelas. Ia tahu alasan Viola keluar kelas pasti dirinya. Viola merasa terusik oleh kehadirannya. Namun ia mencoba biasa saja meski dalam hatinya, ia ingin mengejar Viola.
"Yang tadi keluar kelas itu siapa?" tanya Zack kepada Vino setelah ia duduk disebelahnya dan saling bertukar nama.
"Dia Viola" jawab Vino seadanya. Zack mengangguk-angguk mengerti. Apapun yang terjadi di depan, akan ia hadapi. Bagaimana pun resikonya.
Kau, utusan sementara yang pernah disembunyikan waktu untuk kemudian terlahir kembali sebagai kejutan.
***
Jam istirahat telah mempersilahkan para siswa untuk keluar dari kelas. Demikian pula Viola. Jam istirahat kali ini hanya akan ia habiskan untuk mengganjal rasa ingin tahunya dengan sisa-sisa kisah di dalam novel yang ia bawa.
Benar. Dia adalah gadis yang haus akan ilmu pengetahuan. Ia suka membaca buku apapun. Kebiasaan ini telah Ayahnya latih sejak TK. Dulu, Ayahnya sering membelikan majalah anak-anak. Hingga kini, ia terbiasa dengan bacaan. Dari buku-buku yang ringan hingga berat pembahasannya.
Sudah hampir sepuluh menit ia duduk di kursi taman sekolah. Di sebelahnya ada seorang lelaki yang sudah setahun ini menemaninya. Dialah Daniel. Teman satu organisasi di OSIS sekaligus sahabat baiknnya.
Viola tak memiliki banyak teman. Bukan ia menarik diri dari pergaulan. Hanya ia tak pernah tertarik dengan cerita teman-teman perempuan yang berpusat pada gaya hidup dan cerita roman picisan saja. Baginya, cantik dan memiliki kekasih tampan tidak bisa menjadi modalnya hidup. Hal itu yang mendasari dirinya untuk terus membaca dan menjejali otaknya dengan makanan sehat."Vio" ucap seseorang lirih. Viola mendongak ke sumber suara. Pun dengan Daniel yang tampak bingung. Ia tak mengenali sosok lelaki yang menyebut nama Viola. Ia juga bingung mengapa Viola tampak malas pada lelaki itu.
"Semua sudah selesai dan tidak ada yang perlu diperjelas!" tegas Viola seraya kembali menenggelamkan diri ke dalam novel. Namun lelaki itu justru mengambil paksa novel dari tangan Viola.
"Lima menit" pintanya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya.
"Zack, semua sudah selesai" tegas Viola lagi. Benar, lelaki yang menemuinya adalah Zack, si anak baru.
"Oke. Kalo itu mau lo. Ingat, selamanya lo nggak akan pernah tahu kebenaran" kata Zack. Ia mengembalikan novel Viola dan bergegas meninggalkan Viola beserta lelaki yang entah siapanya, Zack tidak peduli. Zack juga tidak mau mencampuri urusan Viola. Walau di hati Zack, ada beberapa pertanyaan yang meminta sampai ke telinga Viola.
Viola tak lagi dapat melanjutkan bacaanya. Mood-nya rusak sebab kehadiran lelaki itu. Baru saja ia akan melupakan kejutan semesta pagi tadi, dia justru muncul kembali. Mengapa? Apakah semesta ingin mengutuk dirinya?
Zack, aku suka kau kembali. Aku suka melihat senyummu lagi. Tapi, sudahlah. Apa yang pernah terjadi di masa lalu tak perlu kita bawa hingga ke masa kini. Biarlah aku menjadi aku yang mempertahankan nyala cahayaku, sendiri.
***BERSAMBUNG***
Hallo...
Selamat datang. Jabat erat dari aku sang penulis cerita 😊Penasaran tidak bagaimana kelanjutan kisah dari Zack dan Viola?
Jangan lupa vote, kritik dan sarannya ya. Biar aku makin semangat buat menulis ceritanya. 😊
Terima kasih banyak sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini 💙
See you soon...
KAMU SEDANG MEMBACA
PROBLEMATIKA
Teen FictionHarusnya kenangan itu memudar seiring berjalannya waktu. Namun, dinding ingatan terlalu kekal untuk dimusnahkan. Waktu saja tidak dapat membuatnya runtuh. Atau mungkin kenangan itu telah disalahartikan. Tidak seharusnya luka lama menjadi benci yang...