"Em... Tu... Tuan Roni, maaf jika aku lancang. A... Apa boleh aku meminta tuan untuk tidak memecatnya?". Tanya Aleo dengan ragu dan keberanian yang ia kumpulkan.
Roger dan Roni mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Aleo.
"Kenapa kau meminta ku untuk tidak memecatnya? Apa alasannya Aleo?". Tanya Roni setelah duduk di sebelah remaja itu yang sedari tadi tak berani mengangkat wajahnya karena takut pada Roger dan Roni.
"Em... Me... Menurutku, tidak hanya paman itu yang salah, aku pun turut bersalah karena mau melakukan apa yang ia perintahkan padaku tuan, akan di rasa tidak adil jika kami sama-sama melakukan kesalahan, tapi hanya dia yang di pecat". Tutur Aleo dengan nada bicara lebih tenang dan berani sedikit mendongakkan wajahnya menatap mandornya.
"Jadi kau juga mau di pecat?". Tanya Roger beralih menyela obrolan Roni dan Aleo. Tapi Aleo dengan cepat menatap Roger dan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Lalu? Kenapa kau berani mengatakan bahwa itu tidak adil?". Tanya Roger lagi sambil mengangkat segelas teh di hadapannya.
"Aku mengakui bahwa aku pun ikut bersalah tuan, tapi apakah Tuan Roger dan paman Roni benar-benar tidak bisa memberi kesempatan pada paman tadi? Aku rasa, aku tidak di pecat karena kalian memberikan ku kesempatan kedua bukan? Agar aku tak mengulangi kesalahanku". Tutur Aleo dengan polosnya membuat Roger dan Roni tertawa sambil saling memandang yang justru membuat Aleo menatap bingung keduanya, Karena ia merasa tidak ada yang lucu dari ucapannya.
"Itulah bedanya kenapa kau tetap ada di sini dan ia ku pecat Aleo. Ia tak mau mengakui kesalahannya seperti kau berani mengakui kesalahanmu pada ku dan tuan Roger. Apa kau paham sekarang, kenapa aku tetap memecatnya?". Tanya Roni dengan senyum hangatnya mengusap kepala Aleo.
Aleo pun akhirnya mengangguk mengerti alasan kenapa Roni dan Roger memecat pria yang memberinya perintah tadi, bahkan namanya siapa pun Aleo belum sempat tau.
"Aleo, Sore nanti kau mau ikut dengan ku?". Tanya Roger menatap Aleo.
"Huh? Kemana tuan?". Tanya Aleo bingung.
"Aku ingin mengajak mu ke rumah ku, ada yang ingin ku tunjukkan padamu". Jawab Roger melempar senyum hangatnya pada Aleo.
"Eum... Ma... Maaf tuan, bukan aku bermaksud tak sopan dengan menolak ajakanmu, tapi sore nanti aku harus membantu orang tuaku membereskan rongsokan yang sudah ayah kumpulkan hari ini". Ujar Aleo dengan sopan menolak halus ajakan Roger.
Sedangkan Roger sedikit tersentak dengan jawaban Aleo, bukan karena tolakan bocah itu, tetapi kegiatannya selepas bekerja seharian menjadi kuli di pembangunan. Bukankah itu sudah cukup melelahkan, pikirnya.
"Ah... Baiklah, aku mengerti. Tapi jika lain waktu bisa?". Tanya Roger setelah menganggup paham dengan tolakan Aleo.
"Aku berjanji aku pasti datang tuan, kau berikan saja alamat tuan padaku, aku pasti sampai kerumah tuan". Ucap Aleo dengan antusias dan keyakinan diri yang tinggi.
"Sungguh? Baiklah, jika kau bisa masuk dan menginjakkan kaki mu di rumahku, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar Aleo". Ujar Roger dengan senyum penuh arti menatap Roni dan Aleo secara bergantian. Berbeda dengan Aleo, Roni sudah cukup paham siapa Roger sebenarnya. Maka ia tak terkejut sama sekali dengan ucapan bosnya itu.
"Sungguh tuan?". Tanya Aleo dengan ekspresi cerianya mencari keyakinan dari kata-kata Roger.
"Tentu saja, tapi ingat. Hadiah itu bisa kau dapatkan jika tepat kaki mu menginjak teras rumahku". Tegas Roger tetap dengan senyum menawannya yang penuh dengan makna.
"Baik, aku terima tantangan tuan". Sahut Aleo dengan semangat dan senyum lebar yang menampakkan lesung pipi sebelahnya itu.
"Yasudah, kau kembali lah bekerja, lain kali jika ini terjadi lagi, aku tidak akan memaafkanmu Aleo, jangan kecewakan kepercayaanku, kau mengerti?". Ucap tegas Roni sebelum Aleo beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketangguhan untuk Hati
FantasyIni adalah novel karya ku sendiri, semoga para pembaca suka dan selalu berminat membaca karya-karya sederhana yang ku buat. Tidak banyak permintaan ku sebagai penulis, hanya bantu untuk follow, vote, dan komentar. Hehe... Terimakasih. 🙏