"Aku pulang". Seru Aleo memasuki rumah reotnya dan menatap sekeliling dalam rumahnya mencari keberadaan anggota keluarganya yang lain.
"Ibu". Ucapnya sekali lagi saat tak mendapati satu orangpun di dalam rumahnya.
Tak ada jawaban dari orang yang ia panggil, Aleo bergegas masuk ke dalam kamar ibunya yang memang sudah tak bisa bangun sejak setahun yang lalu.
"Ibu, aku pulang". Lirih Aleo mendekati ranjang ibunya yang nampak masih setia memejamkan matanya di atas tempat tidur.
"Kau dari mana saja nak? Kenapa baru pulang?". Tanya wanita renta itu sambil menggerakkan tangannya meraba, mencoba mencari sosok yang ia khawatirkan sedari semalam. Aleo yang merasa tengah di cari oleh ibunya pun mendekat dan menggenggam tangan hangat itu.
Ya... Ibu Aleo memang sudah tak bisa melihat seperti sedia kala, penyakit tumor di kepalanya merenggut penglihatannya saat ini, karena keterbatasan biaya rumah sakit yang sangat mahal bagi keluarga Aleo, akhirnya hanya memiloh jalan pasrah dengan keadaan ibu Aleo yang kian hari kian memburuk.
"Maafkan Aleo bu, Aleo kemarin di ajak lembur oleh atasan Aleo untuk membenahi beberapa atap yang bocor. Dan karena hujan lebat, atasan Aleo melarang Aleo untuk pulang. Jadi Aleo terpaksa menginap di rumah atasan Aleo bu". Terang Aleo yang terpaksa berbohong pada ibunya karena ia tak mungkin menceritakan kejadian sesungguhnya yang pasti hanya akan membuat ibunya bersedih juga panik.
"Untunglah atasanmu sangat baik hati nak". Ujar Yuna mengusap kepala Aleo dengan lembut dan usapannya turun meraba wajah anak lelaki tertuanya yang otomatis membuat Aleo mau tidak mau menahan ringisan perihnya karena tangan Yuna menyentuh luka di pelipis dan pipinya yang masih basah.
"Eum... Bu... Aleo mau membersihkan tubuh dulu, tidak apa kan kalau Aleo tinggal?". Tanya Aleo seraya melepas tangan Yuna dari wajahnya, sejujurnya Aleo sudah sampai hampir menangis karena sentuhan Yuna di lukanya, ia takut semakin tidak bisa menahan ringisannya lebih lama.
"Baiklah nak, Ibu tidak apa kau tinggal sendiri. Ibu baik-baik saja". Jawab Yuna dengan senyum hangatnya membuat Aleo mendesah pelan. Ada luka tersendiri justru ketika Aleo melihat senyum itu terukir di bibir Yuna.
"Aleo menyayangi mu bu". Ucap Aleo sebelum meninggalkan Yuna setelah mengecup kening Yuna dalam.
Aleo bergegas ke kamarnya untuk meredam rasa sakit di wajahnya yang terasa berdenyut saat ini, ia tak menyalahkan ibunya, hanya saja ia memang tidak tahan dengan rasa sakitnya.
Hingga tiba-tiba....
"Bbbbrrrraaaakkkk!!!".
Suara gebrakan keras menggema di telinga Aleo yang terperanjat kaget dengan suara kerasa yang berasal dari kamar ibunya. Dengan segera Aleo bangkit dari posisinya dan berlari menghampiri kamar ibunya.
"Ayah". Suara pelan Aleo namun masih terdengar jelas di pendengaran telinga pria dewasa yang nampak tengah menggeram menahan amarahnya.
"Kau sudah pulang rupanya anak siala!". Umpat Hermawan dengan mata melotot menatap Aleo yang masih berdiri di ambang pintu kamar Yuna dan Hermawan.
"Ibu sedang sakit, apa yang ayah lakukan?!". Pekik Aleo hendak menghampiri Yuna namun tangan kekar Hermawan lebih dulu menarik baju Aleo dan melempar Aleo ke dinding triplek kamar Yuna yang semakin menimbulkan kekacauan di kamar Yuna.
"A... Aleo... Aleo... Kau tidak apa-apa nak?". Tanya Yuna dengan kepanikan dan merentangkan tangannya meraba-raba benda di sekitarnya mencari keberadaan Aleo yang terdengar di pendengaran Yuna tengah merintih kesakitan.
"Dari mana saja kau semalaman tak pulang? Hah?!". Bentak Hermawan dengan keras dan menggema di kamarnya.
"Yah... Tolong, hentikan, jangan sakiti Aleo". Seru Yuna yang hanya biasa membentangkan tangannya meraba sekitarnya tanpa tau apa yang terjadi di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketangguhan untuk Hati
FantasyIni adalah novel karya ku sendiri, semoga para pembaca suka dan selalu berminat membaca karya-karya sederhana yang ku buat. Tidak banyak permintaan ku sebagai penulis, hanya bantu untuk follow, vote, dan komentar. Hehe... Terimakasih. 🙏