BAGIAN 3 ㅡ Dia Pembohong

456 100 22
                                    

Cengkeraman tangan Joy kian mengerat di leher jenjang Seulgi sehingga si korban hanya mampu mengeluarkan suara tertahan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cengkeraman tangan Joy kian mengerat di leher jenjang Seulgi sehingga si korban hanya mampu mengeluarkan suara tertahan saja. Seulgi tidak tahu jika adiknya ini berani mencekik dirinya sampai sejauh ini. Sudah sejak tadi Joy terus berteriak dan menyalahkan Seulgi atas kejadian yang menimpa kakak sulung mereka. Sedangkan Seulgi sendiri terus membantah tuduhan tak berdasar itu demi harga dirinya tentu saja.

Sebanding dengan nada kasar yang dipukulkan padanya, Seulgi pun menyanggah perkataan adiknya dengan kasar pula. Sampai mulut Seulgi melontarkan kalimat terlarang yang semakin membuat amarah Joy melonjak. "I-rene..." Perkataan darinya entah bagaimana caranya selalu buruk. Jadi tidak heran mengapa pada detik itu pula Joy kehilangan kesadaran akibat penuturannya. Seluruh energinya seketika terpusat pada gerakan tangannya saja.

Tiba-tiba Seulgi membelalakkan mata sekaligus memekik kesakitan saat Joy mengalirkan hawa panas ke telapak tangannya. Ia tampak benar-benar ingin membunuh Seulgi yang pada dasarnya adalah saudarinya sendiri.

Tubuh Seulgi serasa tersengat sedikit demi sedikit dan kulit lehernya seakan mengelupas akibat terbakar. Namun perlahan kakinya merasakan hawa dingin yang merambat hingga bagian lehernya, lantas melemahkan kekuatan Joy. Jelas Seulgi terbatuk-batuk usai Joy mengangkat tangan sepenuhnya. Tersungkur pada lantai kantin akademi yang sepi dan temaram. "Seulgi, Joy! Apakah Kak Irene akan senang mendengar pertengkaran kalian, huh? Dan kau, Joy! Kontrol amarahmu. Kak Irene ingin mengumpulkan kita bersama. Jangan menambah beban pikirannya."

"Kak Irene?" Tanya Seulgi seakan mengejek petuah dari Wendy. "Karena dia anak sulung, dia terlihat paling menyedihkan, ya? Seolah-olah hanya dia yang bekerja keras. Kesulitan mengalami pengalaman pertama, dituntut mandiri lantas diuji kesiapannya untuk menghadapi dunia yang tidak pernah adil ㅡcih, merepotkan. Sangat disayangkan Kak Irene, pembohong." Selain berdecak malas, Wendy pun menghalangi Joy yang mudah terpancing amarahnya.

"Kau lebih muda dariku. Sebab kau adiknya, bukan berarti kau mengenal Irene. Perlu lebih dari ikatan persaudaraan untuk mengenalnya. Sama halnya denganku, kau memang adikku tapi maaf, aku tidak membiarkanmu mengenalku. Jadi berhentilah menggunakan alasan aku tidak hadir saat kalian menghadapi Aoda." Seulgi berbalik badan secara spontan menghantarkan efek terpaan angin pada permukaan wajah Joy, sehingga helai anak rambutnya bergoyang mengikuti arah angin tersebut.

Demi terlihat akur, di depan pintu, Seulgi rela menunggu Joy dan Wendy yang sedikit terlambat datang ke asrama. Setelah mereka datang, menggunakan lirikan mata Seulgi saja, Wendy dapat mengerti jika Ia yang harus membuka pintu dan memulai senyuman lebarnya. Ada sedikit waktu di mana Seulgi dan Joy saling berbalas tatapan yang sulit diartikan kemudian mengalihkan pandangan mereka kepada Yeri yang dipeluk Irene.

"Hei anak ini. Kau membuat Kak Irene bangun dan harus menenangkanmu. Itu merepotkan, tahu? Punggung Kak Irene sedang sakit jika kau lupa." Ketus Seulgi sembari duduk di sebelah Wendy ㅡmenempatkan pantatnya pada ranjang mereka. Joy bergabung dengan Yeri yang duduk di atas karpet. Bertanya apakah Irene membutuhkan sesuatu? Atau apakah Irene merasakan efek lain yang lebih parah? Ia benar-benar memperhatikan Irene sejak kejadian beberapa jam lalu. Tetapi Irene selalu mengatakan hal yang sama bahwa dirinya akan segera baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ACADEMY | Red VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang