Putri Haven Valencia atau akrab dipanggil Haven dan Grazie, nama khusus panggilan untuk orang-orang tertentu yang gadis wajah diamond itu pilih. Membahas lebih dalam mengenai Putri Haven Valencia, ia merupakan salah satu gadis kembang desa yang merantau ke kota berusia 16 tahun dengan tinggi 161 serta berat badan kurang ideal, memiliki bentuk alis lurus, mata bulat berwarna hitam, hidung mancung mungil, bibir tipis, dan dagu sedikit terbelah. Jika menilik dari dekat akan kelihatan garis panjang horizontal yang samar tepat bawah tulang telinga kanan, terlindungi rambut.
Mata bulat hitam Haven menatap ragu barisan gerak jalan dan Pak Bismar selaku guru BK.
"Mentang-mentang guru asal tarik, huh!"
"Tinggi kamu kayaknya 160-an cm, cocok masuk barisan dibandingkan harus cari anak-anak lain di sana," Pak Bismar menunjuk jauh deretan siswa-siswi. Haven mendengus sambil mendongak menatap langit, panas-panas menyehatkan.
"Tidak perlu lihat-lihat lagi, cepat masuk barisan! Makin lama, makin panas," ucap Pak Bismar mendorong Haven masuk ke barisan tengah, lantas guru yang Haven taksir berusia dua puluh dua tahun itu bergegas kembali ke tempat piket. Haven sedikit gugup sebab posisinya atau perempuan berada di tengah dan ia tepat di tengah barisan, barisan kedua.
"Sial, mampus ... mampus," Haven melirik lambang kelas, ternyata yang bertugas hari ini kakak kelas, ia ingin kabur, tidak nyaman rasanya berada di atmosfer yang sama dengan kakak kelas, tetapi otak seketika bleng memikirkan alasan kabur.
Haven menarik lalu hembuskan napas guna mengurangi sedikit rasa gugup yang merangkup dada. "Maaf Kak, ini nga latihan dulu?" Haven bertanya pada siswa tambun berkacamata sebelah kanan.
"Hah? Nga pernah gerak jalan, lo?"
"Buset, diam cupu, bicara judes. Ditanya baek-baek juga."
"Engga jadi."
Sementara seseorang yang berada tepat di belakang si tambun tersenyum kecil tidak sengaja menonton wajah merah Haven bak udang rebus di bawah terik matahari, ia tertarik dan cocok dijadikan target pacar.
Belum selesai pembawa upacara menyelesaikan kalimat susunan upacara, barisan yang tidak bertugas serentak meninggalkan lapangan, kecuali guru-guru. Satu dua guru berjalan ke mimbar mengambil pengeras suara lalu memberi kultum, sayangnya seperti tidak tahu saja tingkah bebal murid-murid sekolah ini yang sudah ada bahkan pada angkatan-angkatan sebelumnya.
Haven sendiri kebingungan, pasukan pengibaran bendera tidak bergerak dari tempat karena yang kanan judes, Haven bertanya pada laki-laki samping kiri berkulit sawo matang, wajah kotak, hidung mancung bulat, dan berambut ikal, tampangnya muka orang santai. Dia perlu ke ruang guru sekarang menanyakan letak kelasnya.
"Permisi, boleh nanya?"
"Boleh," jawab lelaki itu seperkian detik menatap lekat Haven dan berucap lirih, "Lo bakal sering-sering bertanya nanti."
"Saya boleh bubar duluan?" tanya Haven tidak mendengar ucapan terakhir lekaki tersebut. Namun bukan ia yang menjawab, melainkan manusia di belakangnya. Mahendra, orang yang ia untit berbulan-bulan hingga pindah ke SMA Delwin. Haven sampai tahu tinggi Mahen sekitar 177 cm, zodiak, berat badan, apa kesukaan dan tidak suka lelaki itu,
plat motor, nama motor kesayangan Mahen, jenis motor dan modifikasi-modifikasi motor apa yang dipakai, bisnis yang dijalankan Mahen, bahkan bisnis diam-diam lelaki itu, sementara umur Mahen, Haven tidak tahu pasti. Apakah 16 atau 17 tahun? Yang jelas walaupun perempuan yang kata orang-orang perempuan handal dalam men-stalking, tidak semua hasil gulir-gulir tangan itu komplet.Ternyata wajah Mahendra lebih tampan daripada foto, ia mengantongi bentuk wajah segitiga, rambut hitam model modern bowl cut, mata sayu, goresan kecil di alis kanan, hidung mancung, bibir tebal, dan tinggi seratus tujuh puluh tujuh sentimeter, tetapi alis Haven bertaut. Dia memakai bandana abu-abu senada dengan dasi SMA. Kenapa ini tidak jadi pelanggan? Jujur, ini pertama kali Haven lihat model pengurus upacara sakral ini memakai atribut tambahan. Berbeda dengan sekolahnya dulu ada yang diperban sampai pakai gendongan tangan yang akan diceritakan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAD
Teen Fiction- - - Y - - - Iklan dikit, cimiw. "Ustad!" "Gue bukan Ustad, ajj!" Mahendra berbalik, mengeraskan tubuh hingga gadis berhijab yang anak-anak rambutnya keluar terjungkal. "Tapi kamu tau Tuhuman CBL, ngak?" tanyanya ketika posisi mereka kembali berhad...