idee fixe

9 2 0
                                    

Anantara melambungnya egosentris dengan renjana. Menjadi seorang pencemburu hingga dewana. Ribang yang menjadi tiranis, mendoktrin wujudmu yang fana. Kausanya, kita yang tidak memiliki kapabilitas untuk beranjangsana.

Dara itu bukanlah seorang avontunir amor. Hanya entitas yang kehilangan interlokutor. Harsanya uguhari ditikam lara hingga disambangi duka yang menjadi indikator. Lingkup sanubari yang telah tersara bara semakin lebur adanya sehembus frasa sang agitator.

Sentimen tanpa nuraga unggul kontradiksi. menggiring segenap eunoia diambang degradasi. Dirimu adalah fana, temporer, manuskrip dari pesakitan dan dukaku, dan dirimu hanya sebatas delusi. Selaksa peristiwa tentangmu realitasnya hanya sebait pretensi.

Namun, seulas senyum yang begitu cendayam ku artikan sebagai oportunitas. Mendekapmu sekali lagi dalam angan ku yang sempat kandas. Sekali lagi ku tekankan, renjana ku amerta, tanpa cela, aktualitas. Tetapi, bengis ku kian menggebu tak beralas.

Petang ini lagi-lagi aku bersedia menjadi sang ilusionis di jagat maya. Anganku begitu elok dengan menjadi pionir digdaya. Menjadi citraleka yang menciptakan fantom dalam wujudmu sebuah adikarya. Begitu mematenkan obsesi tentangmu hingga baya.

Jarahan frasa kontradiksi tersusun koheren.
Mendayung garis lakon menuju puncak enigma.
Memandati segala klausaku yang otoriter, begitu inheren. Segala konversasi ku adalah sebuah konklusi dari dogma.

Kita sudah berada di ambang katarsis. Aku bukan seseorang yang kudus. Namun, aku adalah seseorang yang terlalu dalam tenggelam dalam asmaraloka di sepenjuru kosmos. Menjelma lagak Phobetor yang menghantarkan muasal mimpi buruk bagimu. Sebab aku, terlalu lelap mengkalkulasi persentase bahwa dirimu nyata.

Mahligai Frasa (imajiner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang