a posteriori

11 2 0
                                    

Wanodya

Kenya, sebelumnya ia menggunakan beragam estimasi sebagai barometer yang menyuar langkahnya; memprediksi dengan apa selanjutnya ia bertarung. Menjejerkan probabilitas yang telah dikalkulasikan, hingga Kenya lupa daksanya tidak kontinu kuat manakala polemik yang persisten menyerang.

Kenya, abstain.
Kausanya, mencermati polemik dalam daksa. Dirinya tersadar, pupusnya eunoia mengenai ia seorang adiratna. Tekadnya merelap bersama dengan asa-asa yang berubah semu, menjadi ivori kemudian melebur tak tersisa.

Bertarung dengan ego, menjadi si pesimis hingga akhirnya dilematis. Tidak ada frasa yang mampu mengejawantahkan penatnya melawan pikiran sendiri. Berjuang dengan pikulan spekulasi, bahara, stigmatisasi hingga problematis seorang diri.

Kenya, kini kontemporer.
Menjadi bunga liar, menjadi derana, menjadi Maharani tanpa jagapati. Sekali lagi, absolutnya menjadi lebih tangguh sebab terbiasa dihujani personalitas durkarsa manusia.

Kenya,
Di bangkitkan oleh harapan, di ombang-ambingkan oleh realitas, kemudian dijatuhkan oleh ekspektasi. Di tengah hiruk pikuk penjuru kosmos, kerap kali dihantam eksamen. Terlalu larut berdiplomasi dengan kekecewaan, menjadi begitu naif dan lelah.

Menjadi kenya yang diserang gemap, mengikis kredo yang sempat kukuh melambung. Bahkan mulai berperan dalam belitan pelik fabula, mendedikasikan diri pada jentaka yang sudah melampaui strata tertinggi dalam hidup.

Sekali lagi,

Menjadi dewasa tidak semenyenangkan itu.

Mahligai Frasa (imajiner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang