Pagi-pagi sekali Sunghoon sudah datang ke rumah Sunoo untuk menjemput. Dia duduk bersama dengan ayah Sunoo sambil bersantai, tidak ada raut kekesalan seperti semalam—Sunghoon tampak berbeda, tetapi tetap semakin lebih tampan. Sunoo ragu-ragu untuk menghampiri, bohong rasanya jika ia masih kesal berbalut takut dengan sikap Sunghoon semalam.
“Noo, itu Sunghoon sudah menunggu sedari tadi. Ayo cepat berangkat jangan menyia-nyiakan waktu nanti terlambat,” ujar ibu saaat melihat Sunoo yang sudah keluar dari kamar.
“Iya, Bu. Ini Sunoo mau berangkat sekarang.”
“Hati-hati di jalan.”
Sunoo pun memasuki mobil setelah memberi salam pada kedua orang tuanya begitu pun Sunghoon yang seakan bersikap kooperatif bersama dengan Sunoo saat ini. Bahkan selama perjalanan hanya ada keheningan baik Sunoo mau pun Sunghoon tidak ada niat sedikit pun untuk berbicara. Sunoo hanya melihat pemandangan jalan raya melalui jendela, tetapi sesekali ia melirik Sunghoon yang fokus menyetir.
Postur tubuh Sunghoon yang bagus serta wajahnya yang tampan bahkan diliat dari samping semakin mempesona terlebih terdapat tahi lalat di hidung yang membuat Sunghoon justru juga terlihat manis. Dia benar-benar indah dan enak dipandang sehingga Sunoo agak cemberut—jujur saja ia sedikit merasa iri dengan ketampanan lelaki tersebut.
Tiba-tiba mobil berhenti. “Turun!” perintah Sunghoon dengan nada datar memerintah sama sekali tidak menoleh untuk melihat ekspresi Sunoo yang kebingungan.
Dahi Sunoo mengerut. “Ini masih jauh dari kampus.”
“Aku tidak akan menjalankan mobil sebelum kau turun dari sini.”
“Kalau begitu aku tidak akan turun,” balas Sunoo sambil melipat tangan di depan dada dan menatap Sunghoon dengan tatapan tajam. Tentu saja ia kesal, bisa-bisanya Sunghoon mau menurunkannya di tengah jalan.
“Aku bilang turun.”
“Aku bilang tidak mau!”
Sunghoon menghela napas dan kembali melajukan mobilnya sementara Sunoo tersenyum penuh kemenangan. Meski ia takut akan sikap Sunghoon yang dingin tetapi Sunoo juga tidak mau mengalah begitu saja—apalagi jika diturunkan di tengah jalan. Jika begitu, lebih baik ia berangkat ke kampus bersama dengan kakaknya saja ketimbang bersama dengan Sunghoon.
Di depan gerbang belakang kampus mobil Sunghoon kembali berhenti. Lelaki itu kini menoleh menatap Sunoo dengan kesal. “Kali ini kau bisa turun. Turunlah! Aku tidak ingin orang-orang tahu kita berangkat bersama.”
Sunoo mengangguk lantas turun dan menyaksikan mobil Sunghoon kembali melaju memutar sepertinya akan pergi ke gerbang depan kampus. Lelaki itu benar-benar tidak ingin ada orang yang tahu kalau mereka berangkat bersama, Sunoo hanya bisa menggigit bibir sedikit merasa kesal; sebegitu jijiknya Park Sunghoon padanya.
Di kelas Sunoo melihat Yang Jungwon yang sedang menunduk menatap meja. Sunoo tersenyum dan menyapa tetapi lelaki itu mengabaikan justru ekspresi wajahnya benar-benar kusut membuat Sunoo khawatir, ia menepuk bahu Jungwon lalu bertanya, “Won, ada apa denganmu?”
Barulah setelah menyadari kehadiran Sunoo; Jungwon memeluk Sunoo dengan erat. “Kemarin aku melakukan kesalahan. Aku harus bagaimana, Noo?”
Sunoo mengerutkan dahi. “Kesalahan apa? Ceritakan padaku—jika aku bisa membantu, pasti aku bantu.”
“Begini ... semalam aku bertemu salah satu kakak tingkat di restoran makanan China. Dia sepertinya bersama dengan pacarnya—tapi karena aku terkejut, aku tidak sengaja menjatuhkan gelas saat mereka akan berciuman. Pacarnya langsung pergi sementara kakak tingkat itu menunjukkan ekspresi marah—ia bahkan menghampiriku dan bilang akan membalas perbuatanku. Bagaimana ini? Dia membenciku.” Jungwon sangat gelisah sampai-sampai beberapa kali ia berdiri dan berjalan memutar-mutar tapi kembali lagi duduk dengan tenang tapi kemudian kembali lagi berdiri.
Sunoo hanya bisa menahan senyum melihat tingkah lucu Jungwon yang tanpa di sadari oleh Sang Empu. “Siapa kakak tingkat itu? Kenapa kita hampiri saja dan minta maaf dengan benar. Lagipula Jungwon, menurutku kau tidak sepenuhnya salah. Itu hanya reaksi alamimu terkejut karena baru pertama kali melihat dia orang akan berciuman secara langsung.”
“Benarkah?”
“Iya.”
“Tapi dia pasti tetap membalas dendam padaku, Noo.”
“Memang siapa dia? Ayo kita temui! Aku akan berbicara untukmu jika kau masih merasa takut berhadapan dengannya.”
“Kak Jay. Kau pasti mengenalnya juga ‘kan, Noo?”
Sunoo mengangguk. Tentu saja ia mengenal lelaki itu, Jay adalah salah satu mahasiswa populer di kampus yang kebetulan juga teman dekat dari Sunghoon. Mengetahui jika Jungwon berurusan dengan Jay—Sunoo sedikit enggan karena besar kemungkinan ia akan kembali lagi bertemu dengan Sunghoon, tetapi ia juga sudah berjanji akan membantu Jungwon jadi meski enggan Sunoo tetap mengangguk dan bersama Jungwon pergi menemui orang bernama Jay itu.
Jarak antara fakultas seni dengan fakultas ekonomi dipisahkan oleh gedung administrasi. Mereka berdua berjalan bersama, terkadang bertanya pada mahasiswa lain mengenai keberadaan Jay; mereka mengatakan lelaki itu berada di ruang kelas C-12 karena ada jadwal matkul manajemen keuangan.
Baru saja mereka sampai di depan kelas tersebut tiba-tiba Sunghoon datang menghampiri Sunoo dan menarik lelaki itu. Sunoo ingin menghempaskan tangan Sunghoon karena tidak enak meninggalkan Jungwon sendirian tetapi cengkraman tangan Sunghoon pada lengannya sangat kuat sehingga Sunoo tidak dapat melepaskannya, ia justru meringis kesakitan.
Sunghoon membawa Sunoo ke toilet yang begitu sepi di dekat lorong tangga. Lelaki itu menghenpas tangan Sunoo dan dengan cepat mendorong Sunoo sampai membentur dinding toilet, menekan tubuh Sunoo sampai-sampai Sunoo memberontak ingin dilepaskan. “Kak Sunghoon!” teriak Sunoo.
“Kenapa kau datang ke kelasku hah?! Kau ingin teman-temanku tahu soal hubungan kita begitu?! Brengsek! Banci sepertimu benar-benar menjijikkan!” Sunghoon mengeluarkan seluruh amarah yang sedari tadi ditahan.
Sunoo juga marah atas perilaku yang Sunghoon berikan padanya tetapi melihat lelaki itu menggila di depannya; tubuh Sunoo seakan membeku tidak bisa digerakkan sedikit pun—ia hanya bisa menatap Sunghoon dengan tatapan tidak percaya. Lelaki yang begitu sempurna di depannya—yang selalu menunjukkan sikap acuh tak acuh—tetapi kini mengkhawatirkan reputasinya bahkan tidak peduli jika yang kini dilakukan adalah perbuatan kasar.
“Aku datang ke kelasmu bukan untuk menemuimu, Kak. Aku datang untuk menemani Jungwon bertemu dengan Kak Jay,” jawab Sunoo berharap Sunghoon percaya dan mau melepaskannya.
Namun, lelaki itu hanya tersenyum miring dan berkata, “Alasan.” Ia menekan kedua pipi Sunoo dengan tangannya, menegadahkan kepala Sunoo agar tatapan mereka bertemu. “Ku peringatkan sekali lagi; jika kau membuat masalah padaku, aku tidak akan pernah melepaskanmu.”
Sunghoon keluar dari toilet meninggalkan Sunoo yang masih bergeming menatap pintu toilet yang kembali tertutup. Sunghoon sudah lama pergi tetapi Sunoo tetap tidak memiliki kekuatan untuk berjalan keluar dari toilet. Tubuhnya merosot perlahan sampai ia terduduk, matanya memandang tangannya yang sedikit gemetar. Sunoo tidak pernah ketakutan sampai seperti ini. Sedari kecil ia selalu berada di lingkungan yang harmonis, kedua orang tua memanjakannya, kakak perempuannya meski menyebalkan tetapi selalu perhatian dan teman-temannya adalah teman yang baik. Ia tidak pernah menerima kebencian dari siapa pun sampai kini bertemu dengan Park Sunghoon.
Memang seharusnya ia tidak menyetujui perjodohan mereka. Apakah mungkin lebih baik membuat keluarga kecewa ketimbang harus menerima kebencian dari Sunghoon? Sunoo sedikit menyesali keputusannya semalam. Jika saja waktu dapat diputar, apakah mungkin ia dapat mengganti keputusan tersebut?
Sunoo bangkit dan berjalan perlahan keluar dari toilet. Ponselnya bergetar, itu pesan dari Jungwon yang menanyakan keberadaannya. Dengan cepat Sunoo menelpon Jungwon.
“Won, maafkan aku. Kita kembali ke kelas saja, urusan dengan Kak Jay—bisa kita lakukan besok saja di waktu dan tempat yang lebih baik. Aku akan mencari cara.”
***
BERSAMBUNG
Sunghoon dari kemarin kegeer-an terus ya wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive | SungSun
FanficKarena sebuah perjodohan mengakibatkan Sunoo harus melewati hari-harinya dengan segala bentuk kemarahan Sunghoon yang dilemparkan padanya. *** Sunoo yang notabennya anak penurut, tidak mempermasalahkan rencana orang tuanya. Sangat berbeda dengan Su...