Suasana backstage bisa dibilang sangat ramai saat ini, khususnya oleh para panitia yang sedari pagi sudah disibukkan dengan masing-masing tugasnya. Terdapat beberapa tenda talent pengisi acara yang juga sudah disediakan oleh para panitia.
Jeffran keluar dari tenda yang ditempati oleh bandnya, di tangannya sudah ada sebungkus rokok berserta korek api, siap untuk menyesap sebatang tembakau pelipur asam mulutnya saat ini.
Jeffran berserta bandnya yang beranggotakan lima orang atau bisa dipanggil dengan nama The Bidder itu tengah mengisi acara musik di kampusnya malam Minggu ini. Acara yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu mengundang band fakultas sebelah, yaitu fakultas Jeffran dan keempat anggota band lainnya. Dengan senang hati mereka menerima undangan tersebut.
The Bidder bukan sembarang band yang hanya mengcover lagu-lagu penyanyi lain, mereka sudah tembus studio rekaman dan memiliki EP yang sudah singgah di chart paltform musik. Bahkan, eksistensi mereka juga sudah mulai dikenal banyak masyarakat lokal, terutama para mahasiswa di kampusnya.
Sebatang rokok sudah terselip di antara kedua bibir Jeffran, lalu tangannya menyalakan pemantik api itu. Jeffran mulai menyesap rokoknya dan menghembuskan asap yang terkepul di dalam rongga dadanya. Membuat jakun cowok itu bergerak naik turun.
Sekarang sudah pukul setengah tujuh malam, yang di mana 30 menit lagi acara akan segera dimulai. Setelah melakukan check sound di jam lima sore tadi, itu berarti segala persiapan sudah sempurna. Tinggal tunggu acara dimulai dan mereka akan naik panggung untuk tampil.
Di saat asiknya Jeffran menyesap sebatang kematian itu, suara ribut mulai terdengar di dalam tenda yang diisi oleh para anggota bandnya yang lain.
Shaka, sang gitaris sekaligus leader bandnya keluar dari tenda. Ia mendapatkan Jeffran sedang berdiri bersama sebatang rokok di sela jemarinya. Jeffran menaikan sebelah alisnya, yang tak langsung adalah sebuah kode pertanyaan, 'Ada apa?'
"LO kita mana, ya, Jef?" tanya Sakha dengan bola mata yang mencari seseorang.
"Enggak tahu, kenapa emangnya?"
"Nasi kotak kita tadi di dalam sayurnya ada udangnya, dan kemakan sama si Willis. Sekarang tuh anak badannya gatel semua, alergi." jelas Sakha.
Hell, tidak ada persiapan yang sempurna. Pasti ada saja kejadian yang diluar dugaan saat sebelum tampil.
Tak lama kemudian seorang perempuan datang menghampiri Jeffran dan Sakha yang sedang berdiri di depan tenda, terlihat kebingungan.
"Ada yang bisa dibantu, Kak?" tanya LO itu.
"Tadi di nasi kotak yang kita dapet ada udangnya, salah satu member kami ada yang alergi udang, dan tadi gak sengaja kemakan. Alergi dia kambuh sekarang, bukannya kami sudah request untuk gak masukin udang ke dalam menu makanan kami?" jelas Sakha sopan, namun raut wajah seorang perempuan di hadapannya langsung panik.
"Sebelumnya saya minta maaf, Kak. Tadi saya juga sudah koordinasi sama divisi konsumsi katanya itu sudah aman. Apa kondisi alerginya parah?" tanya LO itu yang bernama Brenda, dilihat dari ID card panitia yang dikalunginya. Tangan perempuan itu membuka ponsel miliknya, ingin menghubungi seseorang.
"sekarang badannya gatal semua, dan pasti bakalan ganggu perform kita nanti."
"Baik, kak. Tunggu sebentar ya." ujar Brenda. Ia menempelkan handphonenya menghubungi seseorang, "Lu ke tenda nomor 2 sekarang." suruh Brenda dengan nada yang sangat ketus ke seseorang di seberang sana yang di mana tanpa menunggu jawaban, ia sudah memutuskan sambungannya.
"Dikasih minyak kayu putih dulu aja," kata Jeffran, wajah ia masih terlihat sangat santai.
"Udah, gak mempan. Malah makin banyak sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectly Imperfect
FanfictionHidup seorang Jeffran Immanuel terlihat sangat sempurna, bahkan segala kesempurnaan ada pada dirinya. Berbanding terbalik dengan dunia Starla Abigail yang dipenuhi ketidaksempurnaan oleh masa lalunya hingga saat ini. © cazzless 2021