Namaku rosita. Teman-teman ku sering memanggilku rosie. Umurku 6 tahun. Dan aku tinggal di panti asuhan marthadinata. Orang tua? Tentu tak tau. Aku tak mau ambil pusing mengenai siapa orang tua ku. Lagi pula disini aku bahagia. Aku punya banyak teman. Kakak dan ibu pengasuh.
Kata kakak pengasuh, aku sudah disini sejak bayi. Dan hanya boneka beruang putih disamping keranjang bayiku. Boneka itu sekarang telah berubah warna. Bukan karena aku malas mencucinya. Hanya saja aku ingin masih tersisa bekas orang tua ku pada boneka itu.
"Kau rajin sekali rosie" ucap teman ku maya dari depan kamar. Kami satu kamar.
"Ah ya. Shinta sakit, jadi aku menggantikan piket nya" di panti kami dibagi menjadi 4 orang dalam satu kamar. Teman sekamar ku ialah maya, shinta dan joana.
Kuselesaikan sapu ku dan beranjak masuk kamar. Membawa baskom berisi air panas.
"Apa kabar shin?" Tanyaku seraya mendekati kasur shinta."Membaik" ujarnya dengan membuka selimut. "Dimana kakak pengasuh?" Tanya nya.
"Mengambil sarapan mu" ucap ku menempelkan kain yang telah kucelupkan ke air panas dan telah kuperas.
"Kau tau, kau terlalu baik ros" aku hanya tersenyum simpul. Banyak teman ku yang berkata bahwa aku terlalu penyayang dan terlalau baik. Padahal kukira itu normal. Kami kan hidup bersama di rumah ini.
Setiap pagi para kakak pengasuh akan mengecek tiap kamar anak. Karena itu setiap kamar harus ada yang piket. Jadwal hari ini adalah shinta. Karena shinta sakit dan seperinya maya dan joana yang entah sejak pagi menghilang kemana. Aku memutuskan menggantikan piket shinta.
Selepas pengecekan kamar, dan setiap kamar dipastikan bersih barulah kami sarapan serta kegiatan individu lain.
Dipanti ini pun ada banyak kegiatan yang biasanya kami lakukan. Seperti memasak, berkebun sampai menjahit.Aku sendiri lebih suka memasak. Ya walau umurku masih 6 tahun. Akan ada kursi sampai tangga dadakan disamping kabinet dapur apabila aku akan memasak. Memang lucu. Tapi aku menikmatinya. Untuk hobi, sepertinya aku lebih suka menyanyi. Impianku adalah suatu hari nanti dapat menyanyi semauku dan tentu punya restoran atau hal seperti itu. Terdengar hanya mimpi disiang bolong bukan?
Dengan memakai celemek bergambar helo kitti dan wajah sumringah aku antusias mengikuti kelas memasak.
"Ok anak-anak" kak lucy yang pagi ini akan menemani dalam kelas memasak."Hari ini kita akan membuat kue kering!" Teriaknya semangat. Diikuti teriakan hore anak-anak didepannya. Total ada lima anak yang hadir. Banyak atau sedikitnya anak yang hadir tergantung minat mereka hari itu.
Kak lucy menyiapkan bahan-bahan pembuatan kue di atas kabin. Menyalakan pemanggang dan sebagainya. Sesekali kak lucy akan menerangkan cara pembuatanya. Sedangkan tiap anak hanya boleh membantu bagian kecil. Seperti mencetak dan menghias.
Tiap kelas akan berakhir jam 11 siang. Dan dilanjutkan kegiatan lain. Kalau dibilang sibuk juga tidak terlalu. Hanya saja akan ada berbagai kegiatan yang menguras waktu anak-anak panti.
Seperti sore ini. Seorang donatur panti datang membawa banyak kardus roti dan makanan ringan lain untuk panti. Biasanya kami akan dengan senang hati bersalaman serta mengobrol ringan.
Kami duduk melingkar diaula panti dengan ibu pengasuh sebagai pembicara yang mewakili panti asuhan.
"Anak-anak seperti biasa bu sulis beserta suami datang membawa berbagai macam makanan. Ayo ucapin apa untuk bu sulis?" Tanya ibu pengasuh kearah kami."Terimakasih bu" jawab kami serentak. Bu sulis dan suaminya pak tyo selalu membantu panti sejak 3 tahun lalu. Berbagai macam makanan sampai pakaian seringkali di berikan ke panti asuhan.
Dan sudah menjadi kebiasaan aku lah yang ditunjuk untuk mewakili teman-teman ku mengungkapkan rasa terimakasih kami.
"Pak, bu" kata ku memulai. "Saya perwakilan teman-teman saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pak tyo dan ibu sulis yang telah sering kali membantu kami di panti. Dibalas oleh yang maha kuasa bu, pak" kuakhiri dengan senyuman tulus.
Wajah kedua donatur kami memerah haru. Menahan isakan dengan saling berpelukan.
Setelah ucapan demi ucapan tersampaikan, ibu pengasuh memboleh kami untuk memakan jajanan yang diberikan donatur. Serta mengajak donatur untuk banyak mengobrol.
Malam datang tiba-tiba. Anak-anak lain pun telah bubar. Menyisahkan aku dan kakak-kakak yang sedang beres-beres aula.
"Kamu sadar apa gak si ros?" Tanya kak amelia didepanku. Dengan sapu ditanganya."Hah? Apa kak?" Kuputar mata ku tak paham.
"Dari semua anak yang mau bantu kami hanya rosie aja" senyum kakak-kakak lain menanggapi. "Kamu capek gak rosie?" Tanya kak lucy kemudian.
"Enggak kok kak. Masih kuat malah" senyumku sambil mengambil sampah-sampah yang berceceran. Disusul tawa renyah kakak-kakak yang lain.
Tiba-tiba ibu pengasuh datang ke arah kami dengan tangan dibelakang badan. Senyuman tak lepas dari wajahnya.
"Rosie ada yang nyariin tu" kata ibu pengasuh. Sontak aku kaget. Siapa ya.Aku pun mengikuti langkah ibu pengasuh kearah dua orang yang membelakangi kami.
"Pak, bu" sapa ibu pengasuh.Saat kedua nya menoleh aku tidak terkejut sama sekali. Yap itu ibu sulis dan pak tyo. Namun yang aku kejutkan ialah kalimat ibu pengasuh selanjutnya.
"Rosie mulai besok akan tinggal dengan bu sulis dan pak tyo" kuputar mata ku menatap ibu pengasuh tak percaya. Sungguh kah.
"Benar rosie. Rosie akan jadi anak mama" sedetik kemudian air mataku tumpah. Bukan setetes tapi sangat deras. Bu sulis berjongkok menyeimbangkan tingginya dengan ku. Memeluk ku erat.
"Mama" tangis ku di pundak nya. Selama ini momen inilah yang kutunggu. Akhirnya aku punya orang tua. Orang tua yang akan menyayangi ku. Memberiku rumah. Tempat pulang.
Entah mengapa air muka pak tyo tidak menunjukan kebahagiaan. Atau hanya firasatku.
Malam itu menjadi malam terakhir ku tinggal dipanti. Tidak hanya teman kamar. Semua kakak-kakak pengasuh berkumpul membuat acara perpisahan sederhana. Rencananya besok pagi mama (bu sulis) dan papa (pak tyo) akan datang untuk menjemput ku.
Tuhan semoga ini memanglah hal baik yang engkau takdirkan untuk ku. Untuk merubah jalannya hidup ku ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROSIE
Short Storykehidupan memanglah tak selalu sesuai dengan harapan. derita dan lara akan menambah rasa dan aroma khas yang mampu membuat pemiliknya berpikir lebih dewasa, juga lebih memiliki rasa tanggungjawab. tanpanya?. hampa. kosong tak bertuan. namun kalau be...