Ray menepati kata-katanya, sore ini dia mengajak Zuny ke suatu tempat. Gadis itu bahkan tidak sempat menanyakan tempat apa, Ray sudah memutuskan panggilan teleponnya.
Rambut lurus yang di biarkan tergerai sepinggang dengan T-shirt putih di jaket denim dan celana jeans hitam denim tak lupa sneakers putih kesayangannya, Zuny membuka pagar rumahnya dan menemukan mobil Ray tepat di depan pagar.
"Udah nunggu lama?" tanyanya usai masuk ke dalam mobil dan memakai seatbelt.
"Baru aja," jawab Ray singkat padat kemudian menginjak pedal gas.
Mobil hitamnya melaju dengan kecepatan rata-rata, membaur dengan pengendara lainnya.
"Kita mau kemana?" tanya Zuny yang sedari tadi penasaran.
"Liat aja nanti," ujar Ray tanpa menoleh. Zuny menghela napas pelan sambil memperhatikan jalanan raya.
Ini hari Minggu dan besok adalah hari pertama Zuny menginjakkan kaki di sekolah baru, gadis itu ingin memberi tahu pria di sebelahnya tapi rasa ragu meliputi hatinya.
Tak butuh waktu lama, sekitar lima belas menit mereka sampai di sebuah pedesaan. Zuny sendiri tidak tahu ini dimana, mungkin jika bertanya lagi Ray mungkin akan menjawab seperti sebelumnya.
"Bantu gue bawa buku sama cemilan di bagasi," pinta Ray yang dibalas anggukan oleh Zuny.
Mereka sama-sama keluar dari mobil, tidak ada istilah di bukakan pintu oleh pacar. Zuny sendiri tidak ambil pusing oleh itu, ia sempat bingung melihat ada empat kantong plastik yang terisi cemilan dan buku di bagasi mobil Ray.
Keduanya membawa dua kantong masing-masing, Zuny mematung menatap punggung Ray yang mendahuluinya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Tungguin!" teriak Zuny, Ray berhenti dan berbalik menatap Zuny yang cukup jauh darinya. Ada rasa aneh yang menggelitik, melihat Zuny berlari mendekatinya tanpa perduli genangan air mengenai sepatunya.
Keduanya berjalan beriringan menuju tempat yang Ray maksud, terlihat rombongan anak-anak dan orang tua yang seperti menunggu kedatangan seseorang.
"Yeay! Kak Ghala datang buk!" teriak seorang anak laki-laki dengan antusias, begitu melihat Ray dan Zuny datang.
"Wah, tumbenan nak Ghala datang sama pacarnya." sahut wanita berumur dengan senyuman manis menyambut Ray dan Zuny.
"Sekali-kali di ajak ke sini Bu, bantu-bantu yang lain." ucap Ray ramah, tak lupa senyuman hangat yang lelaki itu pancarkan.
Zuny terkejut sekian kalinya, ia baru pertama kali melihat lelaki itu tersenyum. Senyuman hangat yang mampu menghanyutkan siapa saja saat melihatnya, termasuk Zuny.
"Kenapa?" tanya Ray bingung saat Zuny tak berkedip menatap dirinya.
"Eung? Gapapa kok," Zuny menggeleng pelan berusaha fokus.
"Oh," Ray mengangguk paham.
"Mereka warga desa Kenari, gue sering bagi-bagi makanan ringan, buku ataupun sembako. Papa suka bagi-bagi rezeki ke tiap desa yang kurang mampu," ucapan Ray seolah menjawab ekspresi bingung Zuny sedari tadi.
Zuny mengangguk paham dan membagi-bagikan buku maupun makanan ringan yang mereka bawa tadi, Ray memperhatikan Zuny yang tertawa kecil melihat anak kecil yang meminta lebih.
"Kak Ghala," Ray melihat seorang anak perempuan yang berumur enam tahun sedang menatapnya sambil menarik-narik ujung kaosnya.
"Kenapa Ay?" Anak kecil itu memberi isyarat Ray untuk berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zuray
Teen Fiction"Siapa yg namanya Zuny!?"dengan nada suara datar cowok berwajah asing menghampiri meja Zuny. "K-kenapa?!"jawab yg empunya nama terkejut sekaligus ragu terhadap sosok dihadapannya. Detik berikutnya cowok itu menarik tengkuk Zuny ... Cup. Zuny langsun...