"Eh?! sialan! arghhh.sungguh sial!!!"
walaupun dia tahu kalau teriakan paniknya membuatnya seperti orang gila. Miyamoto Ryota tidak mempunyai keinginan untuk menghentikan pelariannya.sambil melarikan diri ke gang dimalam yang larut Ini,
dia melirik kebelakang dia melihat ada sembilan orang.
walaupun dia sudah berlari hampir tiga kilometer, masih saja Ada sembilan orang yang mengejarnya. tentu Saja, untuk miyamoto Ryota yang bukan superhero atau ninja 'cyber' yang masih tersisa dizaman ini,
kemungkinan untuk menang dari musuh yang sebanyak itu adalah kecil.
lebih jelasnya, perkelahian melawan sembilan orang dengan anak SMA akan terlalu berat untuknya. lupakan untuk membandingkan kemampuan atau semacamnya,
perkelahian sudah jelas hal yang sia-sia.20 juli
ya 20 juli adalah hari yang buruk.begitu senangnya dia karena hari ini menandakan dimulainya liburan musim panas, dia pergi ke toko buku dan membeli sebuah manga dilanjutkan ke sebuah restoran keluarga untuk sekali - kali makan makanan yang enak, masih dalam keadaan hati yang gembira, ketika ia melihat seorang gadis dikelilingi oleh berandalan mabuk sehingga dia memiliki ide gila ini dikepalanya bahwa 'Hei, mungkin saya harus membantunya'.
Dia tidak mengira semua teman-teman mereka akan mulai bermunculan keluar dari kamar mandi bersama-sama Dia berpikir jika hanya wanita yang diperbolehkan untuk pergi ke kamar mandi bersama-sama.
"... Aku buru-buru keluar dari sana sebelum aku mendapatkan melon dan escargot yang akhirnya kupesan, sekarang aku malah diperlakukan seperti "orang yang sehabis makan kemudian kabur" bahkan sebelum sempat memakan apa pun! Arghhh, ada apa dengan kesialan ini!?"
"Gyuh!", Ryota berteriak, sambil memegangi kepalanya ketika dia keluar dari gang ke jalan utama.
Ini semua karena tanggal 20 Juli. Ryota, yang tak punya pacar, berteriak dari dalam hatinya.
Dia Terus berlari sekitar 2 kilometer kemudian, berkeringat dan bercucuran air mata, ia akhirnya keluar dari daerah perkotaan dan sampai ke pinggir sebuah sungai besar.
Para pengejarnya sudah menghilang
"Huff... Mereka akhirnya menyerah."
Ryota menahan keinginannya untuk segera duduk, menarik napas panjang sembari memandang ke atas melihat langit malam.
Tiba² suara seorang gadis terdengar
"Haiss. Kamu pikir kamu siapa? Berpura-pura menjadi orang baik, melindungi para berandalan... Apa kamu seorang guru sekolah antusias?"
Badan Ryota membeku karena kaget.
Ryota tidak menyadari kehadiran orang itu. Kira-kira 5 meter di depan, dari arah datangnya Ryota, seorang gadis muda berdiri sendirian- seorang anak SMP biasa yang memakai rok hitam, blus lengan pendek, dan sweater musim panas.
"Note:Ini bukan ilustasi Asli cuma mirip doang:v"
Melihat ke langit malam, Ryota, secara serius mempertimbangkan untuk segera berbaring. Anak perempuan yang digoda di restoran keluarga tadi adalah anak perempuan yang berdiri di hadapannya sekarang.
"...Jadi, karena itulah mereka berhenti mengejarku?"
"Yeah, mereka menjengkelkan, jadi kuhajar saja mereka."
*Bachin*, suara kilatan putih-biru menggema.
Bukan karena anak perempuan itu memegang stun gun. Setiap kali rambutnya yang sebahu dan berwarna coklat muda berayun, kilatan memancar seperti percikan dari api. Ketika sebuah plastik supermarket yang diterbangkan angin mendekati wajahnya, kilatan putih-merah menembaknya seperti sistem pertahanan otomatis.
"Whoa!". Ryota berseru, dan satu kata itu membuatnya capek.
20 Juli. Begitulah, dia pergi ke toko buku dan membeli sebuah manga yang dilihat dari sampulnya aja udah kelihatan jelek, berlanjut pergi ke sebuah restoran keluarga untuk sekali-kali makan makanan yang enak, dan sialnya melihat seorang gadis SMP dikelilingi oleh beberapa berandalan mabuk, sehingga dia berusaha menolong mereka. Ya, mereka. Bukan si gadislah yang ingin ditolong oleh Ryota, melainkan para berandalan yang ceroboh karena menggoda si gadis.Ryota menghela napas. Gadis itu selalu seperti ini.
Mereka tidak ingat nama satu sama lain, walaupun telah bertemu selama hampir satu bulan. Dengan kata lain, mereka bukan teman.
Jika aku kalah telak sekali, perasaannya akan lega,' pikir Ryota. Namun, keahlian bersandiwaranya sangat jelek, dahulu ketika dia "pingsan" sambil memasang muka seperti setan, gadis itu mengejarnya sepanjang malam.
"... Hei, apa sih yang pernah kulakukan padamu?"
"Aku tidak bisa membiarkan fakta bahwa ada seseorang lebih kuat daripada diriku. Itu alasan yang cukup bagiku,"
Begitulah dia. Bahkan Ryota merasa karakter dalam permainan street fighting mempunyai tujuan yang lebih jelas daripada tujuan si gadis ini.
Karena Ryota tidak ingin ada hal merepotkan dia kabur meninggalkan gadis itu dan pergi ke apartemen sewaan miliknya.
Apa yang harus kukatakan... Kemalangan, eh?"
Dan begitulah bagaimana Ryota menutup hari tersebut, satu hari itu, 20 July.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maou no Fukkatsu
ActionBercerita tentang Miyamoto Ryota yang Ingin hidup damai tapi selalu terjebak disuatu masalah