"Lisa, besok kamu berangkat sama Sehun ya?" Lisa seketika menghentikan gerakannya, menatap ibunya bingung.
Mereka sedang berada di meja makan saat ini. Semuanya terlihat tenang sampai sang ibu membuka suaranya. Lisa meletakkan sendok, lalu mengambil gelas di depannya. Ia meminum air putih terlebih dahulu sebelum membalas ucapan sang ibu.
"Kenapa harus sama Sehun?" Tanya Lisa. Terlihat jelas wajah Lisa yang tampak tidak setuju dengan ucapan ibunya.
"Mama sama papa besok subuh harus udah berangkat ke Makassar. Lagian abang juga nanti selesai makan harus langsung balik lagi ke Malang. Mama udah titipin kamu ke Tante Yoona." Lisa mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan ibunya.
"Tapi maaa..., atau gak gini deh. Lisa naik ojol aja ya?!" Lisa menatap kedua orangtuanya penuh harap.
"Gak ada ya, itu pemborosan. Lagian mama udah bilang sama Tante Yoona, gak enak kalo tiba-tiba di batalin. Cuma seminggu ini, kamu tuh kenapa sih kayak gamau banget bareng Sehun?" Dara menatap anak bungsunya dengan heran. Kenapa putri satu-satunya itu benar-benar tidak bisa akrab dengan Sean sedari kecil.
"Gamauuuu..., pokoknya Lisa gamau sama Sehun. TITIK!"
Dara menghela napasnya jengah melihat Lisa yang terus memohon. Ia menatap Bagas yang berstatus sebagai suaminya.
"Kamu mau gak mau harus mau, kalo gamau uang jajannya papa tarik," ucap Bagas santai. Lisa menatap ayahnya horor, berbeda jauh dengan Juned yang sedang menahan tawanya dan Dara yang memperhatikan ketiganya hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.
"Papa gak bisa gitu dooong!" Pekik Lisa tidak terima. Uang jajannya di pertaruhkan hanya karena dia menolak untuk pulang pergi ke sekolah selama seminggu dengan Sehun.
"Dengerin aja sih dari pada uang jajan lo gak di kasih. Lagian bagus juga sekalian pdkt sama Sehun. Siapa tau cocok ya gak?" Juned menaik turunkan alisnya dan tersenyum lebar menggoda Lisa.
Lisa memukul kepala Juned dengan sendok bekasnya. Ia juga mendorong badan Juned kesal. "Tau ah males. Sana pergi lo sana, katanya mau balik ke kostan, gak usah ke sini lagi!"
"Awas ya kalo ntar lu nelpon gue terus ngerengek ke gue buat cepetan pulang," ucap Juned sambil menyodorkan telunjuknya tepat di depan Lisa yang langsung di hempas.
"Gak! Gak akan!"
"Hahahaha dasar lo." Lisa mencebikkan bibirnya kesal saat Juned menoyor kepalanya pelan.
Baru saja Lisa ingin membalas perkataan kakaknya, sebelum ucapan kakaknya menghentikannya. "Abang pamit sekarang kayaknya deh. Lumayan sejam lagi, takutnya nanti macet di jalan," ucap Juned setelah mengecek arlojinya.
"Dih, kok cepet banget?"
"Noh kan liat! Gue belum berangkat aja lo udah gak ikhlas biarin gue jauh hahahaha."
"Ih gak gitu maksud gue. Tau ah gue mau nugas lagi, berangkat sono lo!" Lisa berdiri dan ingin meninggal meja makan. Namun sebelum itu, gadis itu sempat menjitak kepala Juned dan langsung lari menaiki tangga saat mendengar protesan sang kakak.
Dara menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku kedua anaknya. Lalu ia menatap Juned dan Bagas yang sudah bersiap untuk pergi.
"Kamu hati-hati di sana ya. Jangan nakal, awas aja kalo nakal, mama tendang dari KK!" Juned terkekeh mendengar ucapan ibunya yang seolah mengancam.
"Siap ibu negara! Izinkan saya pergi menjalankan tugas!" Junsd memberikan tanda hormat dan tersenyum saat ibunya mendengus sebal.
"Yaudah sana pergi gih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbor
FanfictionAda pepatah mengatakan bahwa benci dan cinta hanya memiliki perbedaan setipis kulit bawang. Cinta bisa menjadi benci begitupun sebaliknya, benci bisa menjadi cinta. Apakah pepatah tersebut akan terjadi kepada Aileen dan Sean? Aileen dan Sean adalah...