Seorang gadis muda berjalan di tengah malam yang sepi, dengan pakaian yang terbilang seksi dan rambut coklat yang dibiarkan tergerai bebas.
Sebotol minuman keras tergenggam di tangan kanannya ,dengan sebuah ponsel pintar di tangan kirinya.
Matanya bengkak, entah karena dia yang terlalu lama menahan tangisan atau karena dia terlalu lama menangis.
Gerakannya semakin melambat, seakan keputus-asaan menghampiri nya. Gairah dan rasa takut menghilang tergantikan oleh emosi yang tidak terkendali.
Dialah Alesha, Seorang gadis yang berusia Tujuh belas tahun yang sedang mengalami masa pubertas.
Pubertas adalah masa peralihan dari anak-anak menuju remaja . Biasanya anak remaja akan mengalami pemberontakan atau kenakalan remaja . Begitu pula dengan Alesha.
Alesha terdiam beberapa saat didepan pintu rumahnya. Sungguh Alesha sangat membenci rumah dengan segala kenangan yang berada di dalamnya.
Dulu, Rumah adalah tempat ternyaman menurutnya, namun semuanya berubah semenjak Mama dan Papanya memilih untuk berpisah dan hidup bersama keluarga barunya masing-masing.
Ma, Pa Alesha kangen kalian. Alesha kangen dipeluk Mama, Alesha juga kangen dimanja papa.
Ma, pa Alesha kangen banget makan bersama kalian. Alesha kangen masakan mama, Alesha juga kangen waktu berdiskusi santai dengan Papa. Apa Alesha masih bisa mengulangi kenangan itu lagi Ma, Pa?
Alesha tertawa lirih, apa yang aku lakukan? Bukankah itu sangat sia-sia? Untuk apa aku bersedih , sedangkan mereka tidak perduli kepadanya?
Emosinya kacau, Alesha semakin menggenggam kencang botol minuman keras di tangannya, sehingga botol tersebut pecah dan melukai tangannya nya .
Alesha terdiam melihat darah segar yang mengalir dari telapak tangannya. Perih yang dihasilkan dari luka tersebut, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan luka di hatinya.
Alesha sudah terbiasa dengan luka. Menurutnya luka adalah salah satu teman menuju pendewasaannya.
Seketika kenangan manis kembali hadir diingatannya.
Alesha kecil sedang bermain sepeda dihalaman rumahnya. Karena tidak berhati-hati ,Alesha kecil pun terjatuh dan membuat Lutut nya pun berdarah. Alesha menangis karena perih yang dia rasakan.
Mama Alesha pun menghampiri Alesha dengan rasa cemas, dengan perlahan Mama Alesha membawa Alesha menuju rumah untuk mengobati lukanya.
"Alesha Cantik, Sudah jangan menangis ya! Nanti kalo Alesha menangis mama ikutan nangis loh. "
Alesha menggelengkan kepalanya, "Ma, Alesha Sekarang sering nangis loh, apa mama juga nangis? Semoga engga ya Ma, Cukup Alesha saja yang menangis. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Di ujung Senja
RandomKetika Impian dihancurkan oleh realita, tinggal lah kepahitan yang terasa sangat menyakitkan untuk dikenang. Belajar untuk terus baik-baik saja dan menjadi kuat oleh kerasnya hidup, tidaklah semudah yang orang fikirkan. Begitu pula yang dialami o...