Pembodohan

0 0 0
                                    

Tanganku bergetar melihat pemandangan itu. Pemandangan yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya, mataku terasa panas seakan-akan ada angin kencang yang meniupnya. Dadaku sesak, sakit sekali... ingin rasanya ku menghampiri tapi kaki ini tak mau bergeming seolah-olah menahanku untuk berbuat yang tidak-tidak.

"Kenapa?" Batinku. Namun itu hanya terdengar seperti gumaman lirih

Cukup lama terdiam disana sambil menikmati pemandangan yang menyakitkan itu, melihat tangan yang selalu menggenggam tanganku dengan erat sekarang menggenggam tangan yang lain dengan lembutnya.

"Kenapa mesti ketemu aku sih. Kenapa juga aku harus melihat ini".  gumamku pelan sambil terisak berharap dia mendengar ucapanku yang dari kejauhan ini menyaksikan drama dengan para bintang pemain papan atas ini. Bagaimana tidak dia sudah berhasil membohongi penonton satu-satunya yang sedari tadi berdiri disini menonton aksi romansa mereka. Aku berharap para pemain ini mendapatkan piala Citra karena sudah membuat penonton sangat terbawa suasana, ingin rasanya ku lempar batu ke arah para pemain ini.

Ya, ternyata sedari tadi air mata sudah tidak bisa dibendug lagi. Ku ambil hp ku yang bergetar dari dalam tasku yang ternyata pesan Whatsapp dari mamah yang bertanya kenapa aku belum kembali. Aku memang mau mencari makan malam untuk mama, ketika sampai di tempat makan itu aku melihat sepeda motor yang aku sangat kenal itu, benar saja ternyata pemain papan atas ini bersama lawan mainnya yang baru.

Sebelum kejadian aku mengajak untuk makan malam diluar bareng. Tapi si aktor menolak karena sudah ada janji meeting dengan teman kantornya dan dengan polosnya penonton ini mengiyakan saja tanpa ada kecurigaan sedikitpun.  Haha...

Penonton tertipu ternyata...

Terbesit di benakku untuk mencoba menelepon si aktor, ingin tahu skrip apa lagi yang akan si aktor keluarkan untuk menipu penonton yang sudah tidak polos ini. Ku tekan tombol call, terdengar nada berdering yang artinya si aktor memang tidak mematikan handphonenya ketika sedang beradu akting ini. Ku lihat dikejauhan dia merogoh saku celanya dan mengambil handphone.. matanya kuakui sedikit terkejut melihat siapa yang menelpon dia. Dann..

"Halo?" Terdengar suara yang sekarang ini ku benci di handphone ku. Ku tarik nafasku agar suaraku terdengar biasa saja.

"Lagi dimana?". Tanyaku dengan suara agak sedikit bergetar

"Lagi meeting yang, kan tadi aku udah bilang sama kamu". Jawabnya dengan suara pelan mungkin supaya ngga terdengar sama lawan mainnya yang tadi.

Bajingan.

"ohh.. meeting dimana?" Tanyaku sambil menahan emosiku yang kira-kira sudah ke ubun-ubun.

"Yaa.. dikantor lah" jawabnya sambil gelisah kulihat dari kejauhan "kamu udah makan?". Katanya sambil mengalihkan pembicaraan.

"Belum sih, ini lagi beli di luar".

"Oh ya? Beli apa? Dimana?". Tanyanya tambah gelisah

"Yaa.. di tempat makan lah. Tapi, sejak kapan tempat makan ini jadi tempat syuting ya? Soalnya sekarang ini aku liat ada yang lagi akting, ada lawan mainnya juga loh. Keren banget.. dari tadi aja aku terkesima sama aktingnya, penonton tertipu dibuatnya". Jelasku dengan cepat karena emosi.

"Wahh, ngga jadi beli makan. Malah nonton orang syuting kamu ya, haha". Ku akui dari jawabannya yang ini dia agak tenang. "Ya udah, aku lanjut meeting dulu ya, kamu jangan lupa makan".

"Sebentar,.."

"Aku mau tanya satu hal sama kamu". Ku coba tenangkan diriku dengan menarik nafas ku dalam-dalam.

"Apa yang?"

"Kamu tau ngga apa yang paling aku benci dalam hubungan kita?".

"Iya tau". Jawabnya singkat

"Coba sebutkan". Kataku lirih

"Kamu kenapa sih? Ini pasti gara-gara liat orang syuting sinetron itu ya? Lagi scene apa sih, sampai kamu jadi baper gini? Haha". Terdengar suara tertawanya di ujung sana yang malah membuatku semakin muak.

"Iya nih haha, aku sampai baper banget. Jawab aja pertanyaan aku". Tanganku sudah mengepal ingin rasanya ku tinju mukanya yg bajingan itu.

"Iya iyaa.. kamu ngga suka dibohongin, kamu ngga suka diselingkuhin, kamu ga suka cowo yang ngga jujur, kamu ngga suka sama cowo yang ngga setia.. hmm itu sih yang paling ngga suka". Jawabnya santai sesekali mengusap lembut rambut lawan mainnya. Kurang ajar.. Ternyata si lawan main tau si aktor sudah punya pacar. Semakin remuk hatiku dibuatnya melihat itu, seakan-akan perasaanku selama ini dipermainkan. Entah berapa lama aku dibohongi oleh para pemain ini. Mataku terpejam menahan rasa sakit hati ku rasakan.

"Ternyata kamu masih ingat ya". Jawabku lirih

"Kamu tau, scene yang dilakukan para pemain ini hal-hal yang kamu sebutkan tadi. Sangat wajar kalau aku sangat baper kan?". Jelasku terlihat tegar. Tak ada jawaban dari ujung sana, tapi kulihat dia masih mendengarkanku bicara.

"Sangat sakit hatiku, kalau memposisikan diri aku disana, entah kenapa cowo itu membohongi pacarnya dan jalan sama cewe lain. Menurutmu kenapa?". Lagi-lagi ku menahan isak tangisku.

Ku lihat dia terkejut mendengarku menanyakan itu. Tapi kemuadian yang kudengar hanya gelak tawanya yang pecah. "Hahah... yang.. yang.. mana ada cowo kaya gitu, itu cuma untuk kebutuhan syuting. Yaa, mungkin ada sih yang kaya gitu. Tapi aku bener-bener ngga tau deh alasannya apa. Kalau menurutku sih itu bodoh banget, meninggalkan pacarnya yang sayang banget sama dia hanya demi cewe lain". Lagi-lagi dia menjawab seakan-akan dia manusia paling baik didunia ini. Tanganku sudah terlalu perih karena terlalu mengepal dengan keras sehingga kuku-kukuku yang panjang menusuk telapak tanganku.

"Aku juga merasa itu bodoh banget. Bajingan sih kalau ku bilang. Aku kalau diposisi cewe itu pasti akan sakit hati banget dan mungkin itu akan menjadi hari terakhir kita ". Kakiku sudah selangkah maju tapi tiba-tiba kepalaku pusing, lalu terdiam lagi.

"Sudah, sudah. Jangan ngomong kaya gitu. Pamali. Pokoknya aku ngga akan kaya gitu sama kamu. Sekarang kamu pulang gih, terus makan. Nanti kalau aku sudah sampai rumah aku telfon yaa sayangku". Semakin jijik aku mendengar bualan omong kosongnya ini. Ku coba menguatkan dab  beranikan diri ini.

"Iya ini aku mau pulang, tapi aku mau nyapa para pemain itu dulu. Kayaknya ngefans banget aku sampai buat aku baper kaya gini. Salut aku dengan aktingnya".

"Emang siapa sih artisnya? Artis FTV gitu ya?". Tanya nya penasaran

"Kayaknya dia pemain baru.. kamu mau tau juga siapa?". Jawabku menggebu-gebu karena amarah. Terdengar agak meninggi suaraku

"Hmm.. ngga usah lah. Bukan penyuka sinetron aku haha". Jelasnya yang sambil menenangkan lawan mainnya yang mungkin sudah gusar karena sedari tadi dicuekin. "Udah dulu ya, aku mau lanjut meeting ngga enak ditinggal lama". Katanya ga sabar

"Bentar aku mau ngenalin kamu sama pemainnya,." Ku tarik nafasku dalam-dalam.. semoga ini yang terbaik. "Coba kamu lihat ke arah jam 9". Jawabku sambil mempersiapkan diriku, ku hanya berdoa semoga aku bisa menerima semua ini.

"Maksud kamu apa sih?". Jawabnya panik

"Lihat aja".

Terlihat melihat kesana kemari dan.. pemain itu melihat aku berdiri disana di kejauhan. Tidak bisa dielakkan dia langsung berdiri terkejut melihat aku berdiri mematung disana. Semoga air mataku tidak terlihat agar aku terlihat tegar. Sambil kulambaikam tanganku.

"Hay.. bajingan". Sapaku sambil tersenyum.















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang