Happy reading
Bab 1
Aileen cantika argantara, nama seorang gadis pencinta sebuah karya sastra yang bernama novel. Baginya novel begitu menyenangkan untuk dibaca, ia bisa merasakan berbagai emosi saat membaca novel. Saat membaca novel terkadang iya bisa tersenyum gembira, tersipu malu, bahkan hingga menangis kencang. Semua orang rumah sudah mengerti tabiat dari gadis itu, jadi mereka tidak akan khawatir jika gadis itu tiba-tiba menangis atau tertawa terbahak-bahak.
"hiks...hiksss... huaaa" teriakan yang sudah biasa didengar oleh seorang laki-laki yang berada di sebuah kamar tepat di samping kamar gadis tersebut. Baginya suara seperti itu sudah menjadi bagian dari suara-suara yang wajib didengarnya setiap hari.
"kenapa kamu milih rena? Harusnya tuh kamu pilih Aira, yang tulus sama kamu tuh Aira bukan Rena arghhh..." gerutuan seorang gadis yang merasa tak terima dengan alur novel yang sedang ia baca. Menurutnya si laki-laki dalam novel tersebut terlalu bodoh.
"padahal jelas-jelas itu si Rena yang salah malah nuduh Aira. Ini lagi Aira malah diem aja lawan lahh...astaga huhhh.. sabar..." gurutuan gadis it uterus berlanjut dan berlanjut hingga penghuni di kamar sebelah merasa terganggu akan gerutuan-gerutuan tidak jelas si pemilik kamar di sampingnya.
"Aileen Cantika Argantara, adik aku yang paling cantik, paling manis, paling pinter bisa tidak volume teriakan kamu dikurangin ? lama-lama rumah ini bisa roboh karena teriakan kamu tiap hari " omel si laki-laki yang sudah tak tahan laki suara-suara bising adik bungsunya itu.
" abangku Radit Augustifan Arganatara, yang paling ganteng dan play boy cap kodok ijo, tolong dong kamu mengerti keadaaan dan kondisi dari anak kesayanganmu ini. Dia ini sedang membaca novel jadi dia harus mengekspresikan apa yang dia rasakan, tolong pamahi aku" jawab gadis yang akrap dipanggil Aileen itu.
" abang lagi kerjakan skripsi lho Ai, tolong dong mulutmu dikondisikan biar ini skripsi bisa kelar gitu lho. " ntah harus dnegan kata apalagi ia meminta Aileen untuk tidak berteriak-teriak yang bisa mengganggu konsentrasinya.
" abang, teriakan Ai abang anggap saja sebagai penyemangat, biar abang semangat biar skripsinya cepat kelar, abang cepet wisuda, terus kita makan-makan deh.. yeayyy..... aku requet restoran jepang ya" elak si gadis yang tidak mau disalahkan oleh abangnya sebagai penggagu konsentrasi sang abang.
" kalau mau skripsi abang cepet selesai ya bantuin lahhh... pake segala dah atur tempat makan, dasar adik yang tidak berperipersaudaraan" mereka terus saja berdebat hingga terjadilah sebuah kesepakatan.
" kalau abang mau dibantuin ada syaratnya, nggak gampang kok ehhh nggak sulit kok syaratnya" Aileen mengedipkan matanya sebelah sambal tersenyum kea rah abangnya.
"emang nggak pernah tulus bantuin orang, pasti aja ada imbalannya. Kalua bantuain orang tuh harus ikhlas, biar dapat pahala, dapat berkah bukannya malah malak kayak gini" dalam fikiran Aileen sepertinya sang abang salah mengambil jurusan, dia lebih cocok mengambil jurusan agama dari pada jurusan bisnis.
" bang kayak kamu beneran salah ambil jurusan deh..pindah aja deh jurusannya nggak cocok abang jadi pebisnis cocoknya jadi ustadz penerus ustadz yang sering bialng jamaahhhhh...ohhh jamahhhh alhamdulillah..apa namanya lupa aku, siapa bang namanya?" bukannya malam membantu dnegan ikhlas, Aileen malah meminta abangnya untuk berpindah jurusan karena menurutkan abangnya tidak cocok menjadi seorang pembisnis.
"keliatan banget jarang nonton kajian kamu, jangan baca novel mulu makannya. Belajar nohh ilmu agama biar jadi anak baik, berbudi perkerti, tidak sombong, yang pelajari novel mulu, cinta-cinta mulu" ejekankan dari Radit membuat Aileen memutar malas bola matanya.