Bagian 1 : Yang Terkuat

17 0 0
                                    

Malam itu hujan turun dengan begitu deras. Terdengar suara seorang bidan berteriak,"Ayo bu sedikit lagi, Ibu pasti bisa ayo bu!".

"Auhh ahhh! Dimana suami saya?!" teriak seorang Ibu yang sedang melahirkan sambil menahan rasa sakit.

"I-Ibu tidak usah khawatir dan mikirin suami Ibu, fokus saja pada proses persalinan anak Ibu," ucap seorang bidan sambil menenangkan si Ibu.

Disaat yang bersamaan disuatu area lapangan yang sangat luas. Terlihat ratusan preman dan mafia sedang bersiap siap untuk saling membantai satu sama lain.

"Mereka hanyalah ikan teri! gausah takut dan gentar sama kriminal murahan kaya mereka. Habisi mereka dan jangan sisakan satupun dari mereka!" teriak Ibrahim pemimpin dari para mafia itu sambil menyemangati anak buahnya.

Habisi mereka!

Merekapun saling baku hantam dan baku tembak dengan para preman yang memang tidak bisa dihindarkan lagi.

Blam!

Jedor!

Suara hantaman dan tembakan terdengar dimana mana. Hujan yang deras mengawali terciptanya lautan berdarah di malam yang kelam itu.

Bruk!

Satu persatu dari kedua belah pihak pun saling bertumbangan. Hingga dari ratusan orang yang terlibat, hanya tinggal tersisa beberapa puluh orang saja yang masih bertahan.

"Dirgantara! Maju dan lawan aku sendirian dengan tangan kosong, kalau kau memang laki laki Dirgantara!" teriak Ibrahim kepada pemimpin para preman itu.

"Apa kau sudah siap untuk mati disini, ditanganku Ibrahim?!" bentak Dirgantara.

"Jangan banyak omong kosong! Ayo kita selesaikan masalah yang terjadi selama 10 tahun ini!" balas Ibrahim sambil bersiap untuk menghabisi musuh bebuyutannya itu.

Ketika mereka bersiap untuk saling menghabisi satu sama lain. Tiba-tiba terdengar suara sirine polisi yang langsung membuat orang orang yang tersisa kocar kacir, begitupun dengan kedua tangan kanan dari para pemimpin masing-masing pihak yang mencoba memisahkan duel satu lawan satu antar pemimpin mereka.

"Tenang Im tenang, ayo buruan pergi dari sini," ucap Karsa seorang kepercayaan sekaligus tangan kanannya Ibrahim.

"Dengar ini Ibrahim, ini belumlah berakhir dan akan terus menjadi perang antara kita berdua sampai salahsatu dari kita mati!" teriak Dirgantara.

"Ayo Ga! Udah gaada waktu lagi buat meladenin dia, kita pergi dari sini sebelum polisi datang," ucap Baron sang tangan kanan Ketua Preman.

Peperangan itupun diakhiri dengan datangnya belasan mobil polisi dan tertangkapnya sebagian besar orang orang yang terlibat dalam tragedi itu.

Sementara para pemimpin dari kedua belah pihak berhasil melarikan diri.
Dirgantara pun pulang kerumah dengan berlumuran darah ditangannya.

•••

Sesampainya dia disana, terdengar suara tangisan yang membuatnya mengalami perasaan senang dan sedih dalam waktu bersamaan.

Bagaimana dia tidak senang. Karena suara itu merupakan suara tangisan seorang bayi. Sebuah tangisan yang dia tunggu-tunggu selama ini.

Tapi disisi lain dia juga sedih, karena ada tangisan lain yang mengiringi tangisan bayi tersebut.

Yaitu isak tangis para keluarga dan orang orang terdekatnya yang mengiringi kepergian sosok ibu dari si bayi.

Sambil menggendong bayinya dengan darah yang masih berlumuran ditangannya, Dirgantara pun berkata.
"Tenang saja harta ku, kau akan ku jadikan orang terkuat yang pernah lahir di dunia ini. Meskipun tanpa hadirnya seorang Ibu di sisimu, aku akan memenuhi semua kebutuhanmu dan menjadi Ayah sekaligus Ibu yang bisa kau andalkan. Akan ku beri nama kau Keegantara Putra Rajatama, dan biarkan malam yang kelam ini menjadi saksi bahwa kau malaikatku telah lahir di dunia ini. Dan mulai sekarang orang orang yang mengikuti ku akan menjadi pengikutmu, orang orang yang tunduk kepadaku akan tunduk juga kepadamu, dan nama Rajatama yang melegenda denganku akan melegenda juga bersamamu!". Untuk pertama kali dalam hidupnya dia meneteskan air mata dan merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan dalam waktu yang bersamaan.

KeeganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang