Angin berhembus dingin malam itu, jendela kamar yang tak terkunci serta tirai yang hanya tertutup setengah membuat sinar rembulan mengintip masuk kedalam ruangan berukuran sedang tersebut. Ruangan itu terlihat gelap, tak ada cahaya lampu yang menyinari selain sinar bulan yang mengintip malu-malu setiap tirai jendela tersebut berhembus.
Hanya terdapat sebuah tempat tidur dan meja belajar dikedua sisi ruangan. dia terduduk dikursi meja belajarnya, jarinya tak berhenti mengetik . menekan-nekan setiap tuts keyboard tanpa henti. Angin malam yang menusuk tak membuat jarinya berhenti bergerak sedikitpun, pun walau hanya untuk sekedar mengusap kedua lengannya yang mulai terasa dingin. Atau sekedar menggosokan kedua telapak tangannya juga yang mulai kedinginan.
Kalimat demi kalimat yang dia ketik terlihat kacau sesekali. Susunan kata yang tak beraturan itu beberapa kali dia hapus. Ahhh. . . . ternyata itu semua karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya itu. Membuat dia kurang dapat melihat keyboard tersebut dengan baik.
Wajahnya menunduk sesekali demi memperjelas huruf-huruf itu. "tak terlihat" bisiknya lirih
Terdiam, dia menatap jendela kamarnya kembali. Wajahnya tertutup rambutnya yang tergerai berantakan tak beraturan.
Kembali menunduk , dia mengetik kembali lalu berhenti " terimakasih" itu kalimat terakhirnya
Terbangun, dia berdiri limbung . jarinya meremas kedua sisi meja kuat sampai tangannya bergetar
Mengambil sesuatu dilaci lalu mulai melangkah mundur.
Tangannya yang lain menarik kursi itu ketengah ruangan
Lalu kemudian. . . . . . gelap
Dia melangkah terlalu jauh, sinar bulan tidak cukup masuk terlalu dalam sehingga cukup menyinari ruangan dan memperlihatkan apa yang sedang dia lakukan
Laptopnya masih menyala, angin masih berhembus membuat tirai jendelanya bergerak-gerak . Keadaan sekitar pun masih sunyi, masih sepi dan masih gelap
Dia sendirian. Tak ada yang tahu apa yang terjadi padanya malam itu, atau hari-hari sebelum maLam itu. ada apa, kenapa, dan sesakit apa. Tak ada satupun yang cukup tau dan mengerti.
Hari-hari berlalu. Tak ada yang menyadari ketidak hadirannya itu, bahkan seekor semut pun tidak. Sampai akhirnya seseorang menemukannya.
Dia diketemukan ketika hari sudah berlalu setiap harinya.
Meninggalkan mata yang membelalak terkejut dengan jeritan histeris ketakutan. Tapi hanya sepersekian detik. Orang tersebut kembali terdiam setelah tadi berteriak terkejut
"pagi-pagi bikin sial aja. Padahal udah jadi mayat"