Dia selalu menyukainya. Selalu. Ketika angin berhembus lembut menerpa wajahnya, ketika angin membuat rambutnya berterbangan tak beraturan, atau ketika bajunya yang kebesaran itu bergerak-gerak kencang diterpa angin.
Itu sebabnya dia senang menghabiskan waktu berdiri di tepian pantai, itu sebabnya dia selalu menurunkan kaca mobil ketika sedang berkendara. Sekedar merasakan angin menerpa wajahnya bagaikan beban yang selama ini dia rasakan ikut pergi terbawa angin.
Terkadang dia terduduk di tepian taman, kursi favoritenya adalah kursi coklat kayu usang yang biasa disimpan dibawah pohon rindang oleh petugas taman kota.
Sore itu dia berada disana (lagi). Terduduk diam bersama seseorang, tak ada kata yang keluar dari masing-masing bibir itu. Mereka hanya terduduk diam memandang lurus ke depan. Ke arah langit sore yang warnanya mulai berubah ke orange.
Bibirnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu. Tapi tak ada kata yang keluar
Dia menoleh, lalu tersenyum ketika mendapati orang disampingnya itu kini tengah memandangnya. Memperhatikannya (Entah sejak kapan) lalu turut tersenyum .
Kembali memandang lurus kedepan, orang itu akhirnya lebih dulu bersuara "besok kita kesini lagi ya"
Mendengarnya, di a semakin tersenyum lebar. Mengangguk, Kemudian kembali memandang ke depan.