Hallo...
Sebelumnya terima kasih karena sudah bersedia untuk mampir dan membaca cerita ini♡Happy readings, semoga kalian suka♡
••••••
Angin berhembus kencang tatkala matahari mulai menampakan dirinya yang begitu terang.
Matahari selalu datang ditemani cahaya, pulang membawa cahaya, begitu indah dan menenangkan. Akankah ada seseorang yang bisa menjadi matahari untuk membantu menyinari hati??
Gadis itu memejamkan mata, merentangkan kedua tangan, angin berhembus menerpa rambut hitam panjangnya, "tenang, seandainya hidupku setenang angin di pagi hari, seandainya tak ada hujan badai yang diam-diam datang, mungkin semuanya akan baik-baik saja sampai sekarang." ucap gadis itu, matanya masih terpejam, diam-diam tetesan air mata turun dari kedua matanya.
Lagi-lagi gadis itu menangis, tak ada tawa setiap kali ia datang ke tempat ini, tak ada senyuman yang terukir setiap kali ia melihat pemandangan indah di depannya, tak ada cerita bahagia setiap kali ia duduk di bangku taman ini.
Gadis itu membuka sebuah buku catatan kecil bertuliskan "Catatan Kirei."
Dia membuka setiap lembarnya, tangan kecil itu berhenti di lembaran kosong, dia mulai menuliskan satu kata demi kata sampai lembaran kosong itu terisi penuh oleh coretan tinta pulpen.Ada satu kalimat yang gadis itu tulis sebagai penutup cerita "aku pasti bahagia." dia terdiam cukup lama di bangku taman, sampai pada akhirnya seorang wanita paruh baya menyerukan namanya.
"Neng Kirei, waktunya sarapan neng, kenapa kamu gak pakai jaket nanti kamu sakit."
Kirei bangkit dari duduknya, menghampiri wanita itu, lalu memeluknya erat dan berkata, "Terima kasih, terima kasih karena tak pergi saat dunia sudah sangat kejam melukai hati."
Wanita itu mengelus punggung dan rambut Kirei, menyenangkan rasanya jika itu adalah sebuah pelukan dengan usapan dari seorang ibu, sayangnya Kirei tidak bisa merasakan itu, Kirei hanya bisa mendapatkan pelukan hangat serta usapan lembut dari tangan pembantunya yang sudah Kirei anggap sebagai ibu. Namanya Mbok Asih.
Kirei melepaskan pelukannya bersama Mbok Asih, muncul sedikit rasa tenang setiap kali dia bertemu dengan Mbok Asih, Kirei pikir, "selagi masih ada Mbok Asih, pasti Kirei nggak bakalan sendirian di rumah."
"Hayuk masuk ke dalem rumah, Mbok Asih udah bikin sarapan kesukaan Neng Kirei." ucap Mbok Asih, lalu menarik tangan Kirei untuk pergi meninggalkan taman, Kirei hanya bisa mengikuti dengan pasrah.
Sesampainya di rumah, Kirei bertanya kepada Mbok Asih, "Mbok cinta itu apa sih? Kenapa cinta itu menyakitkan, harusnyakan cinta itu bahagia?"
Mbok Asih yang sedang menyiapkan sarapan untuk Kirei merasa bingung, tak seperti biasanya Kirei menanyakan hal-hal seperti ini.
"Neng Kirei, cinta itu gak bisa di jelaskan cuman bisa di rasakan. Kata siapa cinta itu menyakitkan? Cinta itu sebuah keikhlasan, kebahagiaan yang jadi tujuannya, kecewa dan luka itu sudah ada sepaket dengan cinta bersandingan gak bisa di pisahkan."
Kirei terdiam cukup lama, dia masih tak bisa mengerti atas penjelasan dari Mbok Asih.
"Keikhlasan seperti apa yang Mbok maksud?"
Mbok Asih tersenyum melihat Kirei yang sangat ingin tahu tentang cinta.
"Nanti, kamu sendiri yang akan tahu, apa maksudnya keikhlasan dari cinta. Sekarang waktunya sarapan, sebentar lagi kamu harus sekolah kan, masa di hari pertama sekolah di hukum karena telat."
Kirei tak bisa menutupi raut wajahnya yang kesal karena pertanyaannya tak menemukan jawaban.
Seolah sudah mengerti Mbok Asih berkata, "Neng, gak semua pertanyaan harus terjawab sekarang, sama seperti do'a. Gak semua do'a dapat terkabulkan sekarang, nanti nunggu waktu yang tepat buat terkabul, kamu ngertikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirei (On Going)
Teen Fiction❎ BUKAN CERITA PLAGIAT, KALO ADA BEBERAPA KESAMAAN ITU HANYA KEBETULAN ❎ ••••• Untuk perjalanan yang begitu panjang, untuk pertemuan yang tak begitu singkat, dan untuk kehilangan yang meninggalkan sesak, terima kasih karena sudah menyenangkan, menga...