Hallo...
Terima kasih sebelumnya, karena kalian sudah bersedia mampir dan membaca cerita ini♡••••••
"Kadang yang indah-indah itu selalu jadi alasan datangnya kekecewaan."
-Fajar Dirgantara-|
^
|Minggu yang suram, langit terlihat sedih, ia terus saja menurunkan air ke bumi, bahkan awanpun ikut menghitam, beruntungnya tak ada kilatan amarah dari sang langit.
"Mbok, Kirei mau ke mini market, Mbok mau nitip di beliin sesuatu nggak?" ucap Kirei yang baru saja menuruni tangga.
"Eh jangan, itu liat di luar masih hujan, nanti Neng Kirei masuk angin." ucap Mbok Asih, sembari meletakkan toples kue coklat kacang yang sudah habis setengah.
"Hujan nya udah sedikit reda Mbok, Kirei lagi pengen beli camilan buat temen nonton."
"Yaudah, Mbok nitip beliin coklat silverqueen aja Neng."
"Wahh keren, sekarang jajanannya coklat, bukan bakso lagi haha..."
"Jangan gitu atuh Neng, Mbok waktu itu nggak sengaja nyicip dikit, coklat punya Neng Kirei, eh ternyata enak, ketagihan sampai sekarang."
"Pantesan waktu itu Kirei nyari-nyari coklat nggak ada, taunya Mbok yang habisin. Mbok Asih mah kebiasaan, pasti baru inget sekarang kan? Kalo Mbok udah habisin coklat Kirei."
"Iyah maafin Mbok yah Neng Kirei, maklum udah tua mah sifat pelupanya malah makin parah."
"Hahaha... Iya nggak papa Mbok, makanan Kirei kan makanan Mbok juga."
Mbok Asih tersenyum kearah Kirei, "terima kasih Neng Kirei, Mbok jadi inget anak Mbok yang lagi kuliah di jakarta, sekarang keadaannya gimana yah?"
Kirei berjalan ke arah pintu, ia sudah memegang payung, "Coba aja Mbok telpon anaknya, siapa tahu bisa ngilangin rasa rindunya Mbok."
"Iyah yah, kalo gitu Mbok mau pergi telpon dulu anak Mbok yah Neng, kamu hati-hati jangan sampai kenapa-napa."
"Yaudah, Kirei pamit pergi dulu Mbok. Assalamu'alaikum" Kirei pergi meninggalkan rumah dengan membawa payung kesayangannya.
"Waalaikumsalam."
Sesampainya di mini market, Kirei segera memasukan satu persatu keperluan yang ia butuhkan ke dalam troli, tak lupa dengan coklat pesanan Mbok Asih.
Setelah selesai dengan semua keperluannya, Kirei mendorong troli ke kasir. "Mbak semuanya jadi berapa?"
"Sebentar mbak," ucap mbak kasir. "total semuanya jadi Rp.150.000 mbak. Mau di bayar lewat Oppo, Dana atau Cass?"
"Sebentar saya bayar langsung aja mbak," ucap Kirei sembari memeriksa setiap saku yang ada di baju dan celananya.
Kirei panik, pasalnya saat dia datang ke mini market, dia sudah membawa dompetnya, tapi di cari-cari dari tadi malah nggak ketemu.
"Mbak, jadinya bagaimana?"
"Aduh... Maaf mbak, tapi dompet saya hilang, saya yakin kok tadi dompetnya di bawa, nggak ketinggalan di rumah."
"Mbak punya Dana? Coba pake Dana dulu aja mbak."
"T-tapi saya nggak bawa hp.".
Di tengah-tengah ke panikan Kirei, seseorang tiba-tiba menepuk pundak Kirei.
"Mbak Kirei?" ucap lelaki itu, "Saya lihat dari tadi mbak sepertinya sedang mencari sesuatu?"
"Loh, kok Mas tahu nama saya? Tahu dari mana Mass, Mass satu sekolah sama saya? Atau tetangga saya?" ucap Kirei yang semakin panik, kini wajahnya terlihat memerah, menahan tangisan yang sedetik saja matanya berkedip air mata itu akan jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirei (On Going)
Teen Fiction❎ BUKAN CERITA PLAGIAT, KALO ADA BEBERAPA KESAMAAN ITU HANYA KEBETULAN ❎ ••••• Untuk perjalanan yang begitu panjang, untuk pertemuan yang tak begitu singkat, dan untuk kehilangan yang meninggalkan sesak, terima kasih karena sudah menyenangkan, menga...